BeritaSoal 400 Korban Pengungsi Nduga, Hesegem: Itu Masih Tanda Tanya

Soal 400 Korban Pengungsi Nduga, Hesegem: Itu Masih Tanda Tanya

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Theo Hesegem, direktur eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, mengaku heran dengan pembengkakan data 400 jiwa korban pengungsi Nduga.

“Data korban pengungsi Nduga yang dikatakan berjumlah 400 itu saya sendiri belum tahu. Itu masih tanda tanya. Karena data yang ada itu semua 263 jiwa termasuk korban 20 orang dari karyawan PT. Istaka Karya,” jelasnya kepada suarapapua.com di Wamena, Senin (14/12/2020).

Theo memastikan 263 orang korban itu telah didata dengan baik dan dinyatakan valid.

“Data ini diakui pula ketua-ketua klasis, karena kita sudah klarifikasi semua,” ujarnya.

Ia merinci data korban jilid satu atau publikasi pertama berjumlah 184 jiwa, sedangkan jumlah korban jilid dua atau publikasi kedua sebanyak 59 jiwa. Ditambah 20 orang karyawan PT. Istaka Karya.

“Korban orang asli Papua itu 243, terus ditambah dengan 20 orang korban karyawan itu semuanya berjumlah 263 jiwa.”

Pembela HAM ini akui korban lanjutan yang kini terus terjadi memang belum bisa dipastikan sebab ketika berbicara data diperhadapkan dengan berbagai kendala.

Baca Juga:  Wapres RI dan Enam Pj Gubernur Tanah Papua Dikabarkan Hadiri Hut PI Lembah Balim

“Memang korban masih terus berjatuhan, tetapi kalau kita mau bicara kira-kira itu tidak bisa. Sebuah laporan mengenai kemanusiaan atau HAM, ya harus berdasarkan data yang kuat. Walaupun kita akui ada korban dari pengungsian karena dampak sakit, kelaparan dan lain-lain, terus ada korban yang ditembak, ini ada, tetapi belum didata baik,” tutur Theo.

Karena itu ia tak berani benarkan, sebab selama belum didata dengan baik lalu ngotot bicara ke publik, nantinya bisa dianggap salah dan mengundang polemik. Menghindari itu ada baiknya dilakukan pendataan dengan baik.

“Datanya kalo belum valid, tidak perlu keluarkan statement. Saya pegang prinsip ini. Karena ketika orang balik tanya, mau jawab apa, terus mau kasih tunjuk apa? Ini hal sensitif.”

Theo akui laporan kasus Nduga sudah ada di level internasional. Laporan tersebut sarat dengan data lapangan. Jika ada kejadian susulan yang belum terungkap, tentunya perlu didata lagi.

Baca Juga:  Pelaku Penyiksaan Harus Diadili, Desakan Copot Pangdam Cenderawasih Terus Disuarakan

“Itu sangat penting supaya tidak salah menyampaikan berita atau laporan tanpa data faktual. Kita harus hindari kemungkinan pihak lain tidak bisa percaya terhadap data lapangan,” ucapnya.

Satu hal penting lagi, kata Hesegem, laporan sebuah kejadian hanya bisa dipercaya dari lembaga resmi yang berbadan hukum.

“Lembaga yang menyusun dan menerbitkan laporan dengan data yang kuat karena dia berbadan hukum, dan itu diakui dimana-mana, karena dia lembaga yang punya legalitas, sehingga bisa menjadi berita yang akurat,” kata mantan jurnalis itu.

Menurutnya, jumlah data korban sebanyak 400 jiwa yang diwartakan jubi.co.id tanpa data akurat.

“Setelah saya tanya sama orang yang mengeluarkan pernyataan itu, dibilang ‘adu bapak, datanya belum terdata’. Saya katakan, ‘kalau belum lengkap, sebaiknya tra perlu bicara ke publik’. Ya, banyak hal penting yang harus dipertimbangkan,” tuturnya.

“Data belum lengkap baru cepat sekali omong di media massa itu pertaruhkan krebilitas penyampai berita termasuk reputasi media itu sendiri. Ini dua hal penting, perlu dipahami baik,” ujar Theo.

Baca Juga:  PGGY Kebumikan Dua Jasad Pasca Ditembak Satgas ODC di Dekai

Sementara itu, Sipe Kelnea, pemuda relawan pengungsi Nduga, saat dikonfirmasi suarapapua.com untuk memastikan data jumlah 400 jiwa yang disampaikan sebelumnya, menjelaskan, data tersebut berdasarkan informasi atas meninggalnya warga pengungsi Nduga yang terdekat.

“Data dari bapak Theo Hesegem itu data tahun kemarin (2018 dan 2019), karena dua tahun belakangan itu mereka yang kerja. Dan tahun 2020 ini tidak ada yang mendata. Dan itu ada kematian di Kwiyawagi, terus dimana-mana pengungsian itu,” katanya.

Sipe membenarkan hingga kini beberapa titik belum diambil data secara akurat. Katanya, data-data korban belum didapat lantaran lokasi jauh dan medan juga sulit dijangkau, sehingga tidak dilakukan pendataan.

“Kita dengar kabar keluarga pengungsi meninggal itu yang kita ambil. Tetapi datanya kita belum ambil langsung di tempat kejadian, maksudnya tempat orang meninggal,” imbuh Sipe.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Perda Pengakuan dan Perlindungan MHA di PBD Belum Diterapkan

0
“Kami bersama AMAN Sorong Raya akan melakukan upaya-upaya agar Perda PPMHA  yang telah diterbitkan oleh beberapa kabupaten ini dapat direvisi. Untuk itu, sangat penting semua pihak duduk bersama dan membicarakan agar Perda PPMHA bisa lebih terarah dan terfokus,” ujar Ayub Paa.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.