NABIRE, SUARAPAPUA.com — Sore hari seakan mentari hendak turun dan menawarkan senja indah di lintasan bibir teluk Cenderawasih yang molek.
Ketika itu para nelayan sedang mendaratkan perahu, anak anak berlarian dan warga hendak mengunjungi pantai indah.
Saat senja indah kujumpai salah seorang warga bernama Udin di Kelurahan Kali Bobo Distrik Nabire mengaku, akibat cuaca ekstrim belakangan ini, puluhan rumah warga di pesisir pantai Kelurahan Kali Bobo terancam abrasi.
“Tidak hanya di kali bobo, tapi di beberapa tempat lain lagi, mengalami hal serupa,” katanya, kepada Suara Papua, Rabu pekan ini.
Udin mengatakan, jarak antara bibir pantai dan perumahan kurang dari 10 meter. Sehingga cuaca ekstrim dan tingginya gelombang laut akhir-akhir ini bahkan sebelumnya, membuat dirinya bersama warga lain semakin resah.
“Dulu dulu itu jarak rumah dan darat masih jauh, hampir 35 meter. Tapi sekarang 10 meter tidak sampai, sehingga kalau sudah musim ombak, kami selalu waspada, karena abrasi dan erosi. Rumah warga sepanjang pantai sangat dekat dengan bibir pantai dan terancam terkikis ombak,” terangnya.
Udin berharap pemerintah dapat membangun talud. Agar mencegah erosi dan abrasi di bibir Pantai.
“Tidak hanya kami di Kalibobo. Nasib yang sama juga dialami kawan kawan kami di sepanjang bibir teluk Cenderawasih oleh sebab itu ini aspirasi yang kiranya di ketahui oleh pemangku kepentingan di Nabire,” katanya.
Sementara itu, salah Seorang Pengunjung Pantai Nabire, Philemon Magai mengatakan, pengelolaan pantai di Nabire sudah baik. Bahkan banyak pantai baru. Pantai-pantai tersebut menjadi tempat warga Kota Nabire refreshing. Hanya yang perlu dilihat adalah persoalan kebersihan. Dan ancaman pengikisan abrasi di beberapa pantai di pesisir Nabire.
Magai mengatakan, bahaya ancaman abrasi laut di pesisir Nabire dapat berdampak pada kehidupan masyarakat di pesisir pantai, dan muara sungai, dsb.
“Saya lihat jarak pantai dan rumah tidak jauh lagi. Hal ini tidak semestinya terjadi apabila pemerintah membangun talud untuk mencegah erosi,” katanya.
Magai mengharapkan pemilik pantai di bibir teluk Cenderawasih ini harus dibina sesuai dengan kearifan lokal.
“Mereka harus diberikan modal usah agar mereka mengelola Pantai dengan mendahulukan kebersihan sekaligus membangun spot spot wisata yang baik. Agar ketika wisatawan datang mereka tak hanya menikmati keindahan alam. Tapi mereka bisa memanfaatkan spot spot yang ada. Agar ada pemasukan bagi mereka untuk meningkatkan taraf hidup mereka,” ujarnya.
Magai mengatakan Dinas Pariwisata dan Kehutanan terkait harus bekerja sama untuk merehabilitasi hutan di tepi pantai untuk mencegah terjadinya abrasi.
“Dinas Kehutanan juga harus melakukan patroli penebangan liar di Nabire. Sebab kalau hutan ditebang akan berdampak pada laut,” katanya.
Terpisah, Dewan adat Nabire Herman Sayori mengatakan Abrasi laut yang terjadi di pesisir Nabire itu terjadi secara alamiah.
“Abrasi ini akan terus terjadi. Namun apabila dibiarkan masyarakat di sekitar teluk, apalagi yang berada di kampung itu bisa berdampak buruk jika tidak dicari alternatif nya,” katanya.
Sayori mengatakan, pembiaran dari dinas terkait, pengetahuan di kalangan masyarakat minim sehingga terjadi pembuangaan sampah di sembarang tempat.
Laut harus dijaga. Sebab laut bagi masyarakat pesisir. Sumber kehidupan yang menjanjikan. Tidak boleh lagi mengotori alam. Apalagi membuang sampah sembarangan.
“Karena sampah yang kita buang di darat. Akan membawa masalah baru di pesisir pantai. Ingat mereka juga jangan kita terlalu egois karena masih ada Saudara-saudara kita di pesisir,” katanya.
Selain laut, Sayori mengingatkan warga untuk melindungi sungai, sungai yang ada di tengah kota Nabire. Sebab sungai dicemari tentu akan merugikan manusia.
“Limbah-limbah bengkel motor mobil dst. Harus di daur ulang tidak boleh dibuang ke sungai atau kali sebab akan berdampak bagi masyarakat di pesisir Teluk. Dan terancam hewan hewan endemik yang ada,” katanya.
Sayori mengatakan, siapapun yang hidup di Nabire wajib menjaga kebersihan itu amanah sekaligus tanggungjawab secara individu, kelompok, organisasi paguyuban.
“Kebersihan itu berkaitan dengan keindahan sehingga. Menjadi tanggung jawab kita. Tidak bisa berharap kepada satu pihak,” katanya.
Lanjut Sayori, untuk penanganan sampah di Nabire pemerintah harus memberikan kepada pihak ketiga untuk mengelola. Agar mereka mengelola dengan baik.
“Selama ini pengelolaan sampah tidak bagus karena dikelola oleh pemerintah. Kedepan harus diberikan kepada pihak ketiga untuk mengelolanya,” katanya.
Sebelumnya, dilansir Jubi Online Edisi 1 Februari 2021 Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nabire, Papua, Vicktor Fun mengakui jika abrasi pantai merupakan kendala luar biasa yang saat ini dihadapi. Apalagi, hal tersebut membutuhkan biaya tidak sedikit untuk diatas.
“Memang benar, soal abrasi ini kendala besar. akan tetapi pemerintah tidak membiarkan warga terdampak, namun sedang berupaya,” ujar Victor Fun.
Menurutnya, abrasi pantai yang memberikan dampak terhadap warga Nabire khususnya di pesisir seperti Kampung Waroki, Kelurahan Kalibobo, Kelurahan Nabarua, Smoker hingga di Makimi, memang membutuhkan perhatian serius.
Namun menurutnya, pemerintah tidak menutup mata dan tinggal diam, karena sedang berupaya.
“Jadi sementara sedang diusulkan ke Pusat, semoga menjadi perhatian. Sebab kondisi keuangan daerah saat ini belum stabil, terlebih sedang menghadapi pandemi covid-19,” tuturnya.
Sehingga, Fun berharap kepada warga terdampak agar bersabar, Jika ada jawaban dari pusat atau pendanaan yang mencukupi, pastinya akan diatasi.
“Saya harap warga bersabar. Situasi belum stabil apalagi covid. Kalau sudah ada jalan, pasti diperhatikan,” harap Fun. (*)