Bantah Pernyataan Bupati, Intelektual Intan Jaya: Masyarakat Mengungsi Sejak Desember 2019

0
1547

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com —- Mianus Yarinap, Intelektual Intan Jaya membantah pernyataan bupati dan seorang tokoh pemuda asal kumbalagupa yang menyatakan tidak ada pengungsi di Intan jaya.

Menurut Mianus, klaim bupati dan seorang pemuda di Kumbalagupa adalah pernyataan yang tidak benar karena masyarakat Intan Jaya sudah mengungsi sejak Desember 2019 baik ke Sugapa, Nabire, Timika maupun Beoga di kabupaten Puncak.

“Pernyataan bahwa tidak ada pengungsi di Intan Jaya itu tidak benar dan salah,” tegas Yarinap kepada suarapapua.com di Nabire pada Senin (15/2/2021).

Alasan Yarinap menyatakan ada pengungsi adalah karena masyarakat dari sejumlah kampung sudah mengungsi keluar dari kampung ke ibukota kabupaten maupun ke luar dari intan jaya.

“Saya akan tunjukkan dimana pengungsi intan jaya berada kalau bupati dan pak Deky Belau tidak tahu. Siapa siap untuk tunjukkan mereka punya keberadaan. Bupati jangan hanya lihat masyarakat yang ada di Bilogai, Yokatapa dan Wandoga. Masyarakat dari banyak kampung sudah mengungsi,” ungkapnya.

ads
Baca Juga:  Pertamina Pastikan Stok Avtur Tersedia Selama Arus Balik Lebaran 2024

Dia membeberkan, masyarakat dari kampung Ndugusia, Sugapa Lama, hitadipa, wabui, Danggobuga, kulapa, balamai, dagomba, tausiga, uyamulogo, Togondigi, danggoae, mbamogo dan soali sebagian besar masyarakatnya sudah tidak ada dan telah mengungsi.

“Kalau bupati mau tahu keberadaan mereka ini, saya akan tunjukkan kepada bupati. Jadi jangan asal bicara. Masyarakat intan jaya tidak kelihatan seperti pengungsi karena memang tidak ada posko dan pemerintah juga malas tahu dengan mereka,” tegasnya lagi.

Yarinap juga mengatakan, masyarakat Intan Jaya lebih banyak telah mengungsi ke Nabire dan Timika tidak tinggal di posko namun nginap sama keluarga mereka. Sehingga terkesan tidak ada pengungsi.

“Mereka yang mengungsi ini sedang hidup dalam ketakutan dan penderitaan. Jadi pemerintah jangan buat pernyataan untuk meniadakan pengungsi. Karena mereka tinggalkan segala sesuatu yang mereka punya. Pemerintah harus perhatikan mereka,” tambah Yarinap.

Anak-anak dari Kampung Ndugusiga saat hendak mengungsi ke Nabire. Mereka yang turun ke Nabire di bandara Sokopaki, Bilogai, Sugapa pada 28 Desember 2019. (supplied for SP)

Yang paling miris, lanjut dia, bupati juga menipu diri sendiri, karena sebagian besar masyarakat Soanggama, Pugisiga dan Janamba, kampung asal bupati sendiri juga sebagian besar sudah mengungsi.

Baca Juga:  KPU Papua Terpaksa Ambil Alih Pleno Tingkat Kota Jayapura

Yarinap juga mengingatkan kepada Deky Belau agar tidak membuat pernyataan mengatasnamakan kepala suku Intan Jaya. Karena itu akan sangat keliru.

“Dia itu kepala suku untuk orang Belau di Kumbalagupa. Bukan satu Intan Jaya. Jadi jangan bikin pernyataan kosong yang membuat masyarakat kami yang sedang mengungsi sakit hati,” tukasnya.

Anak-anak dari Kampung Ndugusiga saat hendak mengungsi ke Nabire. Mereka yang turun ke Nabire di bandara Sokopaki, Bilogai, Sugapa pada 28 Desember 2019. (supplied for SP)

Sebelumnya, Bupati Kabupaten Intan Jaya, Natalis Tabuni menegaskan bahwa tidak ada pengungsi di Sugapa. Kata dia, yang ada adalah warga Bilogai dan Kumbalagupa yang berlindung ke pastoran dan susteran karena takut.

Demikian ditegaskan bupati Tabuni dari Sugapa ketika dihubungi suarapapua.com pada Jumat 12 Februari lalu.

Menurut pandangan bupati, ratusan warga yang sejak Senin berkumpul dan menginap di pastoran dan susteran tersebut bukan pengungsi. Melainkan mereka mengamankan diri karena takut dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dilakukan oleh aparat untuk mengejar pelaku yang menembak pedagang di Tigamajigi.

Baca Juga:  Penolakan Memori Banding, Gobay: Majelis Hakim PTTUN Manado Tidak Mengerti Konteks Papua

“Ini bukan pengungsi. Menurut pandangan bupati, ini bukan pengungsi. Tetapi karena kejadian hari Senin itu mereka takut dan kuatir jangan sampai aksi pembalasan dari aparat dengan melakukan penyisiran dan operasi di rumah-rumah, sehingga karena takut dan panik, mereka kumpul di pastoran. Warga yang ada di sini kurang lebih dua desa, bilogai dan kumbalagupa,” tegas Tabuni.

Tabuni juga menjelaskan, dirinya baru tiba di Bilogai dua hari setelah kejadian. Setelah tiba, kata dia, dirinya bertemu dengan masyarakat di halaman gereja.

“Pertama tanggal 9 kami ketemu dengan masyarakat di halaman gereja. Memberikan penguatan dan arahan agar tetap bersabar. Kemarin tanggal 11 didrop ke Sugapa dengan menggunakan pesawat sebanyak tiga flight. Lalu kami berikan bantuan kepada masyarakat,” bebernya.

 

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaBupati Intan Jaya Klaim Tidak Ada Pengungsi di Sugapa
Artikel berikutnya15 Februari, TPNPB Tewaskan Satu Anggota TNI di Intan Jaya