Jendela Papua10 Tahun Dogiyai Berdarah: 2 Orang Tewas Tertembak, 3 Luka Kritis

10 Tahun Dogiyai Berdarah: 2 Orang Tewas Tertembak, 3 Luka Kritis

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Lima warga sipil di Mowanemani, distrik Kamuu, kabupaten Dogiyai, tertembak peluru aparat kepolisian. Dua orang diantaranya, Dominikus Auwe (27), anak dari Pendeta Yulianus Auwe, dan Alwisius Waine (25 tahun) terkapar di ujung bedil. Tiga pemuda lainnya, menderita luka serius akibat terkena peluru.

Sepuluh tahun lalu, Rabu, 13 April 2011, peristiwa tragis itu terjadi.

Kejadian berawal dari bentrok warga sipil dengan aparat kepolisian dari Polsek Kamuu. Pemicunya, bisnis perjudian Roulette di Mowanemani. Permainan judi karcis itu, selain Toto Gelap (Togel), sebenarnya ilegal.

Berbagai sumber di ibu kota kabupaten Dogiyai menceritakan awal mula Roulette dihadirkan Dewa, seorang pengusaha asal Bali. Sumber lain menyebutkan nama pemiliknya Made, anggota Polsek Kamuu. Ia buka setahun sebelumnya, 2010.

Aktivitas permainannya dengan bayar karcis seharga Rp5000. Jika menang 4 angka diberi Rp10.000.000, begitu seterusnya.

Bisnis yang satu ini langsung memikat minat warga setempat. Karena itu sang pemilik kemudian buka beberapa agen Roulette di sekitar Mowanemani.

Bisnisnya berlangsung lancar. Tak ada teguran atau larangan. Aparat keamanan membiarkannya berlanjut.

Sang pemilik mengelola bisnis menggiurkan ini dengan aman.

Sumber terpercaya mengaku, bisnis Roulette termasuk jenis judi lain diback-up penegak hukum. Oknum aparat kepolisian setempat diduga kuat rutin menerima jatah (fee) dari bisnis ilegal tersebut.

Sejumlah anak muda asal Lembah Kamuu direkrut Dewa untuk membantu menjalankan bisnisnya. Mereka dipercayakan sebagai agen di beberapa lokasi berbeda.

Dominikus Auwe, salah satu pemuda yang dipercayakan pemilik sebagai agen Roulette. Ia agen di sekitar pasar dan komplek pasar Mowanemani.

Peluru Menyalak

Dominikus Auwe yang seharian sebagai agen terpercaya justru menjadi sasaran perampasan oknum aparat kepolisian.

Investigasi yang dilakukan Departemen Keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi Tanah Papua di Mowanemani mengungkapkan kronologi kejadian.

Tanggal 13 April 2011 sekira jam 9.00 pagi, Dominikus Auwe menjual kupon dalam jumlah banyak. Semuanya laris. Itu karena banyak orang datang beli kupon.

Hasil dari penjualan kupon atau karcis itu, ia dapat uang cukup besar.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba oknum anggota Polsek Kamuu mendatangi tempat penjualan karcis Roulette dan permainan Dadu.

Dari depan Dominikus, oknum polisi langsung mengambil uang hasil penjualan kupon.

Baca Juga:  Yakobus Dumupa Nyatakan Siap Maju di Pemilihan Gubernur Papua Tengah

“Polisi tidak banyak bicara, tidak tegur, langsung rampas uang dari tangan Dominikus Auwe,” kata sumber terpercaya di Mowanemani kepada Yones Douw dari Departemen Keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi Tanah Papua.

“Begitu polisi ambil (uang) dan isi dalam plastik hitam, langsung pergi ke arah kantor Polsek di Nuwaibutu,” jelasnya.

Merasa rugi karena uangnya telah dirampas polisi, Dominikus segera menyusul ke kantor Polsek. Di sana ia minta kembalikan

Sempat adu mulut sebentar. Permintaannya disambut dengan tembakan. Peluru tajam menembus tubuh Dominikus. Ayah tiga anak itu tersungkur di tanah.

“Peluru pertama di dada. Terus peluru kedua kena kepala. Hancur. Dia langsung jatuh,” kata sumber lain.

“Dominikus tewas di tempat. Pelurunya bersarang di dalam dada dan kepalanya.”

Saat itu banyak warga setempat yang berdiri maupun lewat depan markas Polsek Kamuu melihat kejadian penembakan.

Sesaat tewaskan Dominikus Auwe, anggota polisi melepaskan tembakan secara brutal ke arah luar kantor Polsek. Peluru tembus tubuh Albertus Pigai. Tepat di bagian rusuk kanan.

Peluru lain berhasil menembus dada Vincen Yobee. Dada hingga tembus ketiak kanan.

Ketiga pemuda ini segera dilarikan ke Puskesmas Mowanemani. Jarak dari Polsek sekira 500 meter.

Sekira Pukul 12.00 WIT, pasukan Polsek Kamuu mengambil dua korban penembakan yang terluka parah: Albertus Pigai dan Vincen Yobee. Lalu, dirujuk ke RSUD Nabire.

Mendapatkan perawatan termasuk infus, korban mulai sadar. Vincen Yobee karena ketakutan melarikan diri dari rumah sakit. Sedangkan Albertus Pigai tetap dirawat dalam keadaan kedua tangan diborgol di tempat tidur.

Di hari yang sama, anggota Brimob bersama Dalmas dari Polres Nabire dengan menggunakan 2 truk melaju ke Mowanemani.

Hampir seluruh warga yang mengetahui kejadian itu tak bisa terima tindakan keji anggota Polsek Kamuu. Mereka kemudian berbondong-bondong ke Nuwaibutu, membakar kantor Polsek. Termasuk beberapa barak kios milik Dewa.

Tak cuma itu. Sejumlah pemuda bahkan menganiaya Kapolsek Ajun Komisaris Mardi Marpaung dan dua anggotanya.

“Kapolsek dan anak buahnya hampir tewas. Untungnya hari sudah malam, orang-orang langsung berhenti dan pulang ke rumah dan kampung masing-masing.”

Keesokannya, Kamis, 14 April 2011, sekira jam 8.00 pagi, Alwisius Waine ditemukan warga di Tauwamani, desa Ikebo. Jenazahnya terbaring melintang jalan. Di tubuh terdapat luka tembak.

Baca Juga:  Empat Terdakwa Pembunuhan Bebari dan Wandik Dibebaskan, Wujud Impunitas

Data yang dihimpun para pekerja HAM saat melakukan investigasi di Mowanemani, jam 8.30 pagi, kedua korban penembakan (Dominikus Auwe dan Alwisius Waine) dimakamkan di halaman kantor distrik Kamuu Selatan, Puweta.

Pukul 24.00 WIT, sebanyak 5 truk Batalyon Timsus 753/AVT dari Nabire tiba di Mowanemani.

Identitas Korban

A. Korban Meninggal Dunia

1. Nama                     : Dominikus Auwe

    Umur                     : 27 tahun

    Pekerjaan               : Petani

    Agama                   : Kristen Protestan

    Alamat                   : Desa Matadi, distrik Kamu Selatan

    Suku                       : Mee

    Status                     : Berkeluarga (1 istri, 3 anak)

    Kondisi Korban  : Luka tembak di bagian dada dan kepala; peluru masih bersarang di dalam tubuh.

2. Nama                     : Alwisius Waine

    Umur                     : 25 tahun

    Pekerjaan               : Petani

    Agama                   : Kristen Katolik

    Alamat                  : Puweta, distrik Kamuu Selatan

    Suku                      : Mee

    Status                    : Berkeluarga (1 istri, 2 anak)

    Kondisi Korban  : Luka tembak di bagiab dada; peluru tembus belakang.

B. Korban Luka-luka

 1. Nama                     : Vincen Yobee

     Umur                    : 23 tahun

     Pekerjaan              : Petani

     Agama                  : Kristen Katolik

     Alamat                  : Mowanemani, distrik Kamuu

     Suku                      : Mee

     Status                    : Berkeluarga (1 istri, belum ada anak)

     Kondisi Korban  : Luka tembak di dada tembus keluar di bawah ketiak kanan.

 2. Nama                     : Albertus Pigai

     Umur                    : 25 tahun

     Pekerjaan              : Pemuda

     Agama                  : Kristen Protestan

     Alamat                  : Bukapa

     Suku                      : Mee

     Status                    : Belum kawin

     Kondisi Korban  : Luka tembak di bagian rusuk belakang tembus di bagian perut depan.

 3. Nama                     : Matias Iyai

     Umur                    : 27 tahun

     Pekerjaan              : Petani

     Agama                  : Kristen Protestan

     Alamat                  : Puweta, distrik Kamuu Selatan

     Suku                      : Mee

     Status                    : Berkeluarga

     Kondisi Korban  : Luka tembak di mata kaki pergelangan betis dan telapak.

Versi Polda Papua

Pengakuan sejumlah saksi berbeda dengan laporan Polda Papua.

Kombes Wachyono, kepala bidang Humas Polda Papua, dilansir kompas.com, menjelaskan, saat patroli Rabu (13/4/2011) siang, anggota Polsek Kamuu mengamankan sejumlah orang yang tengah mabuk dan bermain Togel di Pasar Mowanemani, serta mengambil kupon Togel dari tangan penjual.

Tak lama, kata Wachyono, masyarakat berunjuk rasa sambil mendesak kupon dan uang dikembalikan. Judi diminta dibiarkan tetap berlangsung.

Baca Juga:  Soal Pembentukan Koops Habema, Usman: Pemerintah Perlu Konsisten Pada Ucapan dan Pilihan Kebijakan

“Sekitar pukul 15.00, massa semakin terpusat di depan kantor Polsek. Massa melempari kantor dengan batu. Kapolsek Mardi Marpaung berusaha menenangkan massa dan bernegosiasi. Tetapi saat bernegosiasi, dia justru dikeroyok dan senjatanya dirampas,” bebernya.

Kapolsek menurutnya dilarikan ke Nabire yang berjarak 200 kilometer dari Mowanemani.

Polda menduga para pelaku melarikan diri ke hutan.

Sementara pistol milik Kapolsek Mardi Marpaung yang dirampas massa belum ditemukan.

Kasus tersebut langsung ditangani Polda Papua. Kapolda Papua Irjen Pol Bekto Suprapto turunkan tim ke Mowanemani selidiki kronologi dan keterangan berbagai pihak.

Tim dipimpin Kabid Propram dan Direskrim Polda Papua. Memeriksa Kapolsek terkait dugaan sebagai bandar Togel.

Juga memeriksa anggota Polsek yang terlibat dalam kasus penembakan, apakah sudah sesuai prosedur atau tidak.

Situasi selama tiga hari sempat mencekam. Warga tinggal dalam rumah. Beberapa lainnya memilih mencari tempat aman.

Sebuah pistol yang dikabarkan dirampas massa akhirnya dikembalikan. Suasana kota Mowanemani kembali kondusif.

Di Jayapura, para pelajar dan mahasiswa Dogiyai “turun jalan” menuju kantor DPRP dan markas Polda Papua. Mendesak penuntasan tragedi berdarah.

DPRP membentuk tim gabungan, 15 April 2011. Tim diikutkan pula beberapa wakil pelajar dan mahasiswa Dogiyai. Turun ke Mowanemani untuk menelusuri akar persoalan.

Di Jakarta, mahasiswa Papua tak tinggal diam. Aksi damai dan jumpa pers dilakukan Koalisi Mahasiswa Papua Anti Militerisme (KMP-HAM), dengan tujuan mendesak Kapolri tuntaskan kasus ini.

“Kapolri segera mencopot jabatan Kapolda Papua, Kapolres Nabire dan Kapolsek Moanenami terkait insiden penembakan tiga warga sipil di Moanemani, kabupaten Dogiya, Papua,” ujar juru bicara KMP-HAM, Frans Tomoki di kantor KontraS, Jln. Borobudur no. 14, Jumat (13/5/2011).

Sayangnya, upaya tuntaskan tragedi berdarah itu berakhir tanpa ada kejelasan. Meski Kapolda berjanji, para pelaku penembak tak pernah tersentuh hukum. Hingga kini masih aktif berdinas.

Tuntutan warga bersama keluarga korban mengembalikan senjata milik oknum polisi penembak ke Presiden Republik Indonesia juga kandas. Oleh pimpinan DPRD Dogiyai senjata diserahkan ke negara melalui Kapolda Papua.

Rongsokan peluru yang dikumpulkan terdapat tulisan di bagian ujung peluru: PIN 10 5.56. (*)

Terkini

Populer Minggu Ini:

Hari Konsumen Nasional 2024, Pertamina PNR Papua Maluku Tebar Promo Istimewa...

0
“Kami coba terus untuk mengedukasi masyarakat, termasuk para konsumen setia SPBU agar mengenal Pertamina, salah satunya dengan menggunakan aplikasi MyPertamina sebagai alat pembayaran non tunai dalam setiap transaksi BBM,” jelas Edi Mangun.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.