Melawan Lupa, TNI Bohongi Publik Setelah Tembak Mati Siswa Kelas VI SD di Sugapa

0
2022

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pada 18 Februari 2020, aparat keamanan Indonesia telah menembak empat orang. Dua orang ditembak mati dan dua orang lainnya tertembak dan mengalami luka tembak. 

Hingga April 2021, tidak ada tindakan apa pun yang diambil pihak berwajib untuk mengadili pelaku.

Korban yang ditembak mati adalah Kayus Sani (51) kena luka tembak di bagian data tembus ke hati dan tertembak di lengan tangan. Pada akhir Januari lalu, Kayus tertembak di bagian kaki saat berada di halaman gereja Katolik Galunggama. Sedangkan korban yang ditembak mati lainnya adalah Melki Tipagau (12). Melki yang ditembak mati tercatat sebagai anak sekolah kelas VI di SD YPPK Bilogai.

Baca juga: BREAKING NEWS: Aparat Indonesia Tembak Mati Dua Warga Sipil dan Dua Luka-luka di Sugapa

Dalam serangan yang sama,  Elepina Sani, ibu kandung Melki Tipau (siswa kelas VI SD) dan  Martina Sani (12) siswa kelas VI SD YPPK Bilogai juga ditembak. Keduanya dibawah ke Timika untuk mendapatkan perawatan dan kemudian dipulangkan ke Intan jaya.

ads

Dua korban yang ditembak mati pada 18 Februari dimakamkan dalam satu liang lahat. Pemakaman dilakukan pada Rabu (19/2/2020) di Kampung Galunggama.

Kronologis

Narasumber Suara Papua yang namanya tidak ingin disebutkan melaporkan dari Kampung Galunggama, Yoparu, Distrik Sugapa, sebelumnya aparat sudah masuk dan melakukan tembakan sambil pemeriksaan dari rumah ke rumah sekitar pukul 03.00 subuh dini hari.

Sambil melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah, aparat juga melakukan penembakan-penembakan sejak subuh hingga pukul 09.00 pagi. Setelah itu, dua korban yang disebutkan di atas ditemukan ditembak mati dan dua korban lainnya tertembak dan mengalami luka tembak.

Saat ini, sumber tersebut mengatakan, masyarakat sedang semayamkan kedua jenazah di halaman Gereja Katolik Galunggama.

“Kami sekarang sedang duka di halaman gereja Katolik Galunggama,” ungkapnya.

Pernyataan TPNPB

Karel Tipagau, Anggota TPNPB Kodap VIII Intan Jaya, Komandan Pos Bulapa kepada media ini pada Selasa (18/2/2020) siang mengungkapkan bahwa aparat sedang melakukan penembakan dari arah Bulatugapa ke arah Bulapa dan Galunggama Kampung Yoparu.

Baca Juga:  Nomenklatur KKB Menjadi OPM, TNI Legitimasi Operasi Militer di Papua

Ia mengungkapkan bahwa Melki Tipagau meninggal setelah tertembak di kepala bagian belakang (otak kecil) dan kaki kanan. Melki tertembak saat berada di rumahnya di Kampung Galunggama, Yoparu, Distrik Sugapa.

Menurut Karel, saat aparat melakukan serangan membabi buta di kampung tersebut tidak ada anggota TPNPB dengan senjata yang berada di Sugapa. Semunya sudah bergeser ke tempat tujuan mereka. Dan tindakan aparat melakukan pemeriksaan dan penembakan dilakukan secara membabi buta ke masyarakat.

“Di sini tidak ada anggota TPNPB dengan senjata. Mereka sudah ke tempat yang jadi tujuan kami. Dan ini saya tidak bisa kasih tahu (tempat tujuan). Aparat saat ini melakukan penembakan secara membabi buta,” jelasnya.

Pemakaman Kayus Sani (51) dan Melki Tipagau (11). (Suplied for Suara Papua)

Pihak Sekolah Buka Suara 

Kepala Sekolah SD YPPK Bilogai, Stefanus Sondegau yang dikonfirmasi Suara Papua, Selasa (18/2/2020) mengungkapkan bahwa Melki Tipagau tercatat sebagai siswa kelas VI SD YPPK Bilogai. Hal tersebut diungkapkan Sondegau saat dikonfirmasi suarapapua.com dari Sugapa.

“Melki Tipagau itu benar murid kami di sekolah. Saat ini dia kelas enam dan tercatat sebagai peserta ujian,” ungkapnya.

Baca juga: Pastor Yustinus: Anak SD yang Ditembak Mati TNI itu Anak Murid Saya

Sondegau menambahkan, salah satu anak yang sebelumnya disebutkan namanya Malopina Sani melalui pemberitaan media ini sebelumnya adalah kurang tepat [Malopina adalah nama panggilan dari keluarganya]. Namanya yang tercatat dalam data sekolah adalah Martina Sani (12). Martina lahir pada 4 Februari 2008. Martina juga murid kelas VI SD YPPK Bilogai yang tercatat sebagai peserta ujian tahun ini.

Sondegau mengaku tidak bisa masuk ke kampung Galunggama karena dijaga ketat aparat dan tidak diperbolehkan menuju ke Galunggama, tempat Kayus Sani dan Melki Tipagau disemayamakan dan dimakamkan.

“Kami tadi sudah mau ke sana. Tetapi aparat larang kami untuk masuk ke sana. Jadi kami tidak lihat dan saksikan pemakaman murid kami. Kedua anak itu adalah murid kami yang saat ini mereka kelas enam,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pembagian Selebaran Aksi di Sentani Dibubarkan

Sondegau memastikan bahwa Melki Tipagau (11) dan Martina Sani (12) adalah anak muridnya yang ditembak mati setelah mendapat informasi lengkap dari Pater Yustinus Rahangiar, Pr, pastor Dekan Dekenat Moni Puncak Jaya, Keuskupan Timika. Karena pastor Yustinus diijinkan untuk mendatangi rumah duka saat sebelum dimakamkan.

Sondegau dengan tegas membantah pemberitaan dari Kodam XVII Cenderawasih yang menyebutkan bahwa Melki Tipagau usianya 18 tahun. Dan Kina Sani usinya 14 tahun.

“Melki Tipagau itu murid kami. Umurnya 11 tahun. Dan Martina Sani umurnya 12 tahun. Bukan seperti yang Kodam bilang,” tegasnya.

Pastor Yustinus Rahangiar, Pr, Pater Dekan Dekenat Moni Puncak Jaya, Keuskupan Timika, mengungkapkan bahwa Melki Tipagau (11) yang ditembak mati bersama Kayus Sani (51) kepala suku kampung Yoparu oleh tentara Indonesia adalah anak muridnya yang sedang duduk di kelas VI SD YPPK Bilogai, Sugapa, Intan Jaya, Papua.

“Iyo [Melki Tipagau itu] saya punya murid. Saya mengajar to di SD. Saya mengajar kelas VI. Itu anak saya. Saya tahu mukanya, badannya halus-halus putih sedikit. Ini pas ujian kelas VI,” ungkap Pater Yustinus kepada suarapapua.com dari Bilogai, Kamis (20/2/2020).

Menurut Pastor Yustinus, Melki (11) yang ditembak mati maupun Martina Sani (12) anak SD kelas VI di sekolah yang sama, dan tertembak sejak Desember belum masuk sekolah.

“Jadi sejak Desember itu karena sudah waktu itu mau menjelang 1 Desember itu kan ada kekhawatiran macam begitu juga kami sekolah tutup, mulai dari situ dia tidak sekolah begitu. Bukan hanya dia, yang dari Galunggama itu begitu semua mereka takut naik karena kekhawatiran, begitu,” jelasnya.

Pemkab Intan Jaya Bicara

Sekda Kabupaten Intan Jaya, Asir Mirip saat dikonfirmasi Suara Papua pada hari ini membenarkan bahwa ada penembakan yang dilakukan aparat di kampung Yoparu. Namun belum bisa dipastikan jumlah korbannya.

“Benar. Hari ini ada penembakan di kampung Yoparu. Tetapi saya belum bisa pastikan korbannya. Penembakan dilakukan dari pagi,” ujarnya saat dihubungi suarapapua.com tadi siang.

Baca Juga:  Direpresif Aparat Kepolisian, Sejumlah Massa Aksi di Nabire Terluka

Meski demikian, kata Mirip, kondisi secara umum di Sugapa, terutama untuk Kampung Yokatapa dan Bilogai, aktivitas berjalan seperti biasa. Dalam artian, kata dia, khusus untuk Yokatapa dan Bilogai saja yang terlihat aman dan ada aktivitas jalan.

Kodam XVII Cenderawasih Bohongi Publik

Tentara Nasional Indonesia (TNI), dalam siaran pers yang dikeluarkan Kapendam XVII Cenderawasih,  Kolonel CPL Eko Daryanto membeberkan, Tim Gabungan melaksanakan pembersihan sektor kontak tembak dan menemukan beberapa barang bukti antara lain 1 (satu) orang mayat laki-laki (18 tahun) an. Meki Tipagau, suku Moni yang berhasil dilumpuhkan saat kontak tembak karena membawa 1 pucuk senjata.

Dalam keterangan tersebut, Kodam mengatakan bahwa korban yang ditembak mati adalah Meki Tipagau umurnya 18 tahun. Sedangkan dari penelusuran Suara Papua, juga dengan didukung data siswa SD YPPK Bilogai, korban yang ditembak mati diketahui Melki Tipagau. Tercatat sebagai siswa kelas VI dan berumur 11 tahun.

Penelusuran Suara Papua, Melki Tipagau lahir pada 9 Juli 2008. Hingga dia ditembak mati tentara Indonesia, umurnya belum genap 12 tahun.

Baca Juga: Setelah Tembak Mati Anak SD, Kodam XVII Cenderawasih Bohongi Publik

Kodam juga membeberkan bahwa keterangan yang diperoleh dari kepala suku ybs bergabung dengan OPM/KSB. Saat kena tembak, 1 pucuk senjata sempat dibawa lari oleh KSB lainnya.

Pernyataan tersebut terkesan Kodam XVII Cenderawasih menutupi fakta dan menuding Melki adalah anggota OPM. Sedangkan, pada kenyataannya, Melki Tipagau adalah siswa SD yang masih duduk di bangku kelas VI.

Kodam XVII Cenderawasih juga membeberkan, seorang murid SD yang ditembak adalah Kina Sani dan berusia 14 tahuh. Namun, dari penelusuran Suara Papua dengan konfirmasi kepada pihak keluarga, didukung dengan data siswa SD YPPK Bilogai menunjukkan bahwa yang tertembak adalah Martina Sani.

Dari data sekolah menunjukkan Martina lahir pada 4 Februari 2008. Saat tertembak, usianya genap 12 tahun dan sedang duduk di bangku kelas VI SD YPPK Bilogai.

 

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaMahasiswa Yahukimo Bikin Aksi 1000 untuk Korban Longsor di Distrik Hogio
Artikel berikutnya10 Tahun Dogiyai Berdarah: 2 Orang Tewas Tertembak, 3 Luka Kritis