Esau Tekege: Tidak Mau Istilah “Guru Ikut Ujian” Ada di Sekolah Saya

0
1153

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Kesiapan siswa-siswi kelas III SMP YPPK Epouto, Distrik Yatamo, Paniai, menghadapi Ujian Nasional (UN) tahun ajaran (TA) 2020/2021 sangat siap. Namun untuk kemampuan IQ terbilang rata-rata, tidak bodoh sekali, tidak juga pintar sekali.

Hal ini diungkapkan Kepala Sekolah SMP YPPK Epouto, Esau Tekege, saat ditemui suarapapua.com, belum lama ini, di sekolahnya di Epouto.

Esau katakan, meskipun mengetahui kemampuan murid-muridnya demikian, dia bersama guru-gurunya tidak akan bakal membantu dalam bentuk apapun murid-muridnya mengerjakan satu soalpun.

“Kenapa? Karena saya tidak mau ada istilah ‘guru ikut ujian’ di sekolah saya. Biarkanlah anak-anak dapat nilai sesuai kemampuannya,” kata Esau.

Cara itu, menurutnya, sudah ia berlakukan sejak 2010 sekolahnya pertama ikut UN.

ads

“Sekolah ini saya buka tahun 2008 setelah 20 tahun dipindahkan ke Mowanemani (Dogiyai). 2010 angkatan pertama saya ikut UN. Sejak itu sampai sekarang namanya guru bantu kerjakan soal di sekolah saya, tidak pernah ada,” ujarnya.

Baca Juga:  ULMWP Desak Dewan HAM PBB Membentuk Tim Investigasi HAM Ke Tanah Papua

Sehingga jangan heran, dikatakannya, sekolahnya tiap tahun dari 17 sekolah menengah pertama (SMP) yang ada di kabupaten Paniai selalu berada diperingkat terbawah.

“Dan itulah yang saya inginkan. Jangan nilai bagus tapi kemampuan tidak sesuai,” tuturnya.

Untuk kesiapan menghadapi UN, jangankan remedial, les sore tidak pernah pihaknya lakukan. Menurutnya karena cara-cara itu bagian dari memanjakan anak membuat malas belajar.

“Karena mereka akan pikir, ada les sore, ada remedial jadi tidak perlu pergi sekolah. Ini yang saya paling tidak mau. Jam sekolah harus masuk, tidak boleh alpa. Apalagi mau kita bantu perbaiki nilai, itu tidak bisa. Dapat nol ya kita tulis nol, lima tulis lima,” tukasnya.

Baca Juga:  AJI, PWI, AWP dan Advokat Kecam Tindakan Polisi Terhadap Empat Jurnalis di Nabire

Tujuan berlakukan itu, kata Esau, hendak menanamkan rasa tanggungjawab atas hasil usahanya sendiri agar kelak sukses menjadi berguna bagi masyarakat dan tanah Papua.

Dia pada kesempatan itu juga menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh guru yang statusnya semua tenaga honorer tetapi selalu senantiasa setia dengan tabah mengajar.

“Guru di sekolah saya ada 12 termasuk saya.  Yang 11 ini semua guru sukarela. Saya sendiri yang pegawai. Mereka walaupun berlatar pendidikan sarjana umum tapi ilmu yang mereka ajarkan luar biasa. Saya salut sekali. Apalagi kesetiaan mengajar mereka yang tidak pikir honor yang dibayarkan enam bulan sekali. Jujur sekali lagi saya salut, karena hampir sebagian besar mereka sudah berkeluarga,” ungkapnya.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

Salmon Eria, guru mata pelajaran bahasa Inggris yang merupakan angkatan di sekolah tersebut, mengatakan kesiapan muridnya hadapi UN khususnya bahasa Inggris lumayan.

“Kesiapan mereka lumayanlah. Tapi untuk saya tambahkan nilai untuk nanti yang dapat nilai kecil tidak bisa. Karena memang sekolah ini dari dulu waktu saya sekolah juga begitu aturannya,” ungkapnya.

Dia berharap untuk honor mereka pada tahun ajaran ini pemerintah daerah dapat naikkan.

“Saya hanya harap pemerintah naikkan honor kami. Karena kami terima itu 6 bulan sekali. Jarak cukup jauh dan honor yang kami dapat tidak sebanding sekali dengan kebutuhan kita sehari-hari. Itu masalahnya,” harapnya.

Pewarta: Stevanus Yogi

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaMasyarakat Distrik Bolakme Diharapkan Dukung PLN Pasang Jaringan Listrik
Artikel berikutnyaKelompok Cipayung Jayapura Bikin Diskusi Panel Bahas Otsus dan DOB