BeritaPolhukamAMP3B Berharap Insiden di Maybrat Ditangani Secara Persuasif dan Humanis

AMP3B Berharap Insiden di Maybrat Ditangani Secara Persuasif dan Humanis

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Penanganan kasus penyerangan Posramil Kisor, distrik Aifat Selatan, kabupaten Maybrat, provinsi Papua Barat, Kamis (2/9/2021), disarankan agar diselesaikan secara persuasif dengan mengutamakan pendekatan lebih humanis.

Harapan ini dikemukakan Jansen Previdea Kareth, sekretaris jenderal Asosiasi Mahasiswa, Pemuda, dan Pelajar Papua Barat (AMP3B) di Provinsi Papua kepada suarapapua.com, menyikapi insiden penyerangan yang mengorbankan anggota TNI AD dari Posramil Kisor.

Sembari menyampaikan turut berduka cita yang mendalam atas korban penyerangan itu, AMP3B Papua menilai kasus penyerangan yang menimpa aparat TNI sangat serius sekaligus sensitif, sehingga perlu mendapat perhatian dan dalam penanganannya diutamakan pendekatan persuasif.

“Perhatian serius dan cepat harus dari pemerintah setempat di kabupaten Maybrat dan provinsi Papua Barat,” katanya, Kamis (2/9/2021).

Jansen mengemukakan, insiden berdarah itu terjadi karena ada dua penyebab utama.

“Pertama, interest politik kepentingan para elit di daerah, dan yang kedua adalah kurang adanya sentuhan tangan pemerintah daerah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah sana.”

Sejauh ini ia mengaku kejadian di kampung Kisor belum ada kronologi jelas termasuk sumber penyebab utama hingga terjadi aksi penyerangan ke pos militer.

Baca Juga:  Komnas HAM RI Didesak Selidiki Kasus Penyiksaan Warga Sipil Papua di Puncak

“Sekiranya perlu diselesaikan dengan cara persuasif dengan semua komponen. Masalah lahir pasti ada sebab akibat. Pemerintah harus turun tangan mencari akar masalah. Bupati punya tanggung jawab untuk turun tangan cepat selesaikan masalah yang timbul ini jangan sampai akumulasi dari kebijakan yang belum merata hingga masalah ini muncul,” tuturnya.

Sebelum insiden penyerangan ini, kata Jansen, di kabupaten Maybat beberapa bulan lalu ada upaya perampasan senjata milik aparat keamanan. Situasi masih tegang, tiba-tiba muncul lagi aksi penyerangan pos TNI hingga penghilangan nyawa prajurit.

“Persoalan seperti ini bukan kali pertama, sehingga bupati Maybrat dan gubernur Papua Barat punya tanggung jawab untuk selesaikan dengan melakukan pendekatan terhadap masyarakat terutama pihak yang berafiliasi membuat gangguan Kamtibmas di daerah itu,” kata Jansen.

Ia menyebut kejadian tersebut di luar dugaan semua orang, sehingga agar tidak terkesan lakukan pembiaran harus disikapi serius oleh pemerintah daerah dengan mencoba pendekatan ke masyarakat agar kasus seperti ini tidak terulang.

Baca Juga:  Hilangnya Hak Politik OAP Pada Pileg 2024 Disoroti Sejumlah Tokoh Papua

“Kami harapkan pantauan advokasi dari semua pihak terutama Komnas HAM, Elsham Papua, LBH Papua dan semua pihak agar dapat memantau kondisi terkini di Maybrat. Sebab masyarakat di kabupaten Maybrat untuk saat ini lagi dalam situasi ketakutan dan trauma dengan kejadian kemarin,” imbuh Jansen.

Empat anggota TNI Angkatan Darat ditemukan meninggal dunia akibat diserang sekelompok orang tidak dikenal (OTK) di Posramil Kisor, distrik Aifat Selatan, kabupaten Maybrat, Kamis (2/9/2021) pukul 03.00 WIT.

Empat anggota yang meninggal dunia, masing-masing Praka Dirham, Serda Ambrosius, Pratu Zul Ansari, dan Lettu Chb Dirman. Dua prajurit lainnya belum ditemukan. Diduga keduanya melarikan diri.

Kepala Penerangan Kodam XVIII/Kasuari Letnan Kolonel Arm Hendra Pesireron mengatakan, korban telah dievakuasi dan para pelaku dalam proses pengejaran aparat gabungan.

Saat penyisiran di lokasi kejadian, kata dia, aparat telah mengamankan dua orang terduga pelaku penyerangan Posramil Kisor. Keduanya ditangkap berdasarkan hasil interogasi awal, mengaku anak buah dari kelompok separatis pimpinan Manfret Fatem yang juga masuk Daftar Pencarian Orang  (DPO) kasus pembunuhan.

Baca Juga:  Atasi Konflik Papua, JDP Desak Pemerintah Buka Ruang Dialog

“Kedua terduga pelaku saat ini masih dalam pemeriksaan. Keterangan lebih lanjut belum kami terima termasuk kronologis penangkapan,” ujarnya.

Menyikapi kasus penyerangan tersebut, Pangdam XVIII/Kasuari telah mempertebal pengamanan serta pencarian terhadap para pelaku yang diperkirakan 50 gerilyawan bersenjata.

“Pada saat serang pos militer, mereka menyerang enam tentara dengan panah, parang, dan kapak. Saat itu anggota TNI di pos lagi tidur. Sekarang statusnya siaga satu, pengamanan sudah dipertebal menjadi satu kompi (100-150 orang) di sana,” beber Hendra.

Kepada wartawan di aula Korem 181/Praja Vira Tama, Pangdam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa mengatakan, dua orang telah diamankan setelah perintah pengejaran terhadap  pelaku penyerangan Posramil Kisor. Pengejaran masih dilanjutkan dengan berdasarkan hasil pemeriksaan dua tersangka yang telah ditahan di Polres Sorong Selatan.

“Memang masih ada (pelaku) dalam pengejaran, tetapi sekarang kami telah menemukan dua pelaku yang terlibat di sana,” kata Pangdam.

Kedua pelaku itu, imbuhnya, saat ini sedang dalam pemeriksaan petugas.

Pewarta: Agus Pabika
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

20 Tahun Menanti, Suku Moi Siap Rebut Kursi Wali Kota Sorong

0
"Kami ingin membangun kota Sorong dalam bingkai semangat kebersamaan, sebab daerah ini multietnik dan agama. Kini saatnya kami suku Moi bertarung dalam proses pemilihan wali kota Sorong," ujar Silas Ongge Kalami.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.