BeritaEkonomiTitus Pekei Kesal, Keringat Perajin Noken Papua Tak Dihargai PB PON XX

Titus Pekei Kesal, Keringat Perajin Noken Papua Tak Dihargai PB PON XX

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Mama-mama perajin Noken Papua resah dengan belum adanya kepastian dari Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) XX Papua. Janji pemanfaatan Noken Papua karya mereka sebagai suvenir di perhelatan multi-event empat tahunan itu belum ditepati.

Belakangan muncul rencana pihak panitia akan menggunakan noken imitasi yang dibuat di luar Papua sebagai suvenir atau cendera mata PON XX.

Titus Christhoforus Pekey, penggagas Noken Warisan Budaya Papua ke UNESCO, mengaku selama beberapa waktu terakhir mendapat keluhan dari mama-mama Papua terkait janji pemerintah bersama panitia PON XX menggunakan noken Papua hasil tangan mereka selama dua tahun terakhir.

“Pada tahun 2018, perajin Noken Mama Papua aspirasikan kepada pemerintah provinsi Papua melalui Wakil Gubernur Klemen Tinal saat pertemuan di Museum Noken Papua, Waena. Pada waktu itu Wagub berpesan bahwa para perajin Noken Papua siapkan 6.000 suvenir noken PON XX Papua. Perajin Noken menyatakan siap menyediakan suvenir Noken PON XX,” jelas Titus kepada suarapapua.com di Nabire, Rabu (8/9/2021) sore.

Herannya, kata Titus, ada pihak tertentu hendak meniadakan peran perajin Noken Papua dalam event nasional yang akan diselenggarakan bulan depan di Tanah Papua.

“Apabila pihak lain meniadakan peran perajin Noken Papua berarti identik memalsukan suvenir Noken khas Papua. Karena suvenir noken yang dibuat di luar sana itu identik kantong plastik yang tidak punya nilai warisan budaya Papua. Noken khas Papua tidak bisa imitasikan sepihak tanpa sepengetahuan mama-mama perajin Noken Papua,” ujarnya.

Bagi Titus, bentuk suvenir Noken PON XX bukan ukuran proyek, juga bukan harga mahal atau murah, tetapi bagaimana kinerja PB PON XX dengan seluruh perajin Noken Papua dari tujuh wilayah adat Papua.

Baca Juga:  Desak Pelaku Diadili, PMKRI Sorong Minta Panglima TNI Copot Pangdam Cenderawasih

“Produksi suvenir Noken dari luar Papua merupakan suatu tindakan pemalsuan dan bukti tidak menghargai masyarakat asli Papua bersama nilai-nilai budaya yang kita hayati. Bila suvenir Noken dengan berbahan bukan bahan baku alami Papua namun duplikasi dari karung goni atau sejenisnya, pihak PB PON XX Papua di Jayapura, Mimika dan Merauke mesti memahami dan hentikan monopoli proyek cari untung sepihak tanpa hargai para perajin Noken Papua dari tujuh wilayah adat Papua. Perajin Noken itu pekerja ulet yang perlu dihargai talentanya,” tegas Titus.

Noken hasil rajutan Mama Yeimo di Tasangkapura, Polimak, Kota Jayapura. (Lenny Aninam – SP)

Pada tahun 2019, ia pernah diminta oleh beberapa komunitas perajin Noken Papua untuk menyampaikan aspirasinya.

“Ada dari pesisir maupun dari pedalaman Papua. Saya kawal, mengantar aspirasi Noken mama Papua ke kantor DPRP,” kata Titus.

Titus mengaku tahu persis seperti apa perjuangan komunitas perajin Noken Papua.

“Seperti koordinator kelompok Aniya Agiya ibu Merry Dogopia mewakili perajin Noken dari wilayah adat Meepago. Terus, koordinator kelompok Nabua Kabua ibu Hibera Wenda mewakili perajin Noken dari wilayah adat Laapago. Dan komunitas perajin Noken dari kelompok Iwin Miobo Kurudu wilayah adat Saireri, juga Mamta, Doberay, dan Bomberai Papua Barat,” bebernya.

Para perajin Noken Papua sampaikan aspirasi kesiapan suvenir Noken PON XX. Tetapi sayangnya tertunda karena merebaknya Covid-19.

“Urusan perajin Noken Papua sangat jelas, tetapi pihak PB PON XX kerja tidak transparan, tertutup tanpa koordinasi apa yang para perajin Noken harus lakukan untuk menyambut PON XX.”

Menurut Titus, beberapa hari lalu para perajin Noken Papua pertanyakan janji yang pernah disampaikan oleh pemerintah provinsi maupun DPRP.

“Perajin warisan budaya tak benda adalah kaum perempuan, mama-mama asli Papua. Tetapi sejauhmana upaya para anggota DPRP, DPRD se-Tanah Papua untuk memberdayakan mama-mama perajin Noken Papua dalam mengisi, mendukung dan menyukseskan PON XX Papua? Lalu, bagaimana respons gubernur, bupati, walikota dalam menyukseskan sekaligus demi mendukung perajin Noken Papua dari masing-masing wilayah adat?,” tanya Titus.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Dukung Asosiasi Wartawan Papua Gelar Pelatihan Pengelolaan Media

Presiden Joko Widodo, Menpora dan semua pihak terkait dengan penyelenggaraan PON XX Papua, ia ingatkan, pembuatan noken telah menguras keringat mama-mama Papua karena Noken Papua memiliki nilai warisan budaya dunia dari Tanah Papua.

“Saya penggagas Noken Papua berjuang daftarkan ke UNESCO agar melindungi dan memberdayakan perajin Noken Papua. Semua pihak harus memahami esensi Noken Papua berbasis budaya luhur masyarakat adat Papua,” harap Titus.

Noken Papua (Ist.)

Dari Kota Jayapura, Cyntia Warwe, pengurus Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP), mengabarkan, hingga kini panitia PON XX belum menepati janji memberdayakan Mama-mama Papua untuk menyediakan Noken Papua.

“Tanggal 23 Agustus 2021, dalam rapat dengan mama-mama komunitas Noken kulit kayu Meepago, mama-mama mengeluhkan janji PB PON akan beli 5.000 Noken Papua. Tetapi sampai sekarang belum ada transaksi pembelian,” kata Warwe.

Komunitas Noken Papua, imbuh dia, telah menyiapkan Noken dengan jumlah yang dijanjikan akan dibeli oleh PB PON XX.

“Kami coba sampaikan keluhan ini ke teman pengusaha. Menurut informasi, disampaikan bahwa akan ada pengiriman noken tiruan dari luar Papua untuk PON XX,” lanjut Tia.

Janji PB PON XX akan membeli Noken Papua juga dikeluhkan mama-mama perajin Noken Papua di kabupaten Mimika.

Beberapa kelompok yang saban hari bergelut dengan usaha kerajinan tangan yang satu ini di Timika, ibukota kabupaten Mimika, mengaku hingga sebulan jelang kegiatan belum ada informasi dari PB PON XX.

Meski dikabarkan panitia PON XX akan mendatangkan noken tiruan dari luar Papua untuk dijadikan sebagai suvenir, Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) di Jakarta, Senin (30/8/2021), mengatakan, mama-mama Papua sudah bikin belasan ribu Noken khas Papua sebagai suvenir bagi para peserta PON, baik ofisial maupun atlet.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

“Pada saat PON diselenggarakan, pihak penyelenggara akan menjadikan 25 ribu noken sebagai official merchandise untuk PON XX bagi atlet dan ofisial,” kata Sandiaga dalam temu wartawan secara daring, dilansir dari Kompas.com.

Noken khas Papua sebagai salah satu potensi ekonomi kreatif menurutnya tetap diberi tempat dengan kolaborasi berbagai lembaga. Selain dijual secara umum di arena PON, karya tangan mama-mama Papua akan dijadikan sebagai cendera mata bagi setiap orang dari seluruh kontingen juga diberikan kepada partisipan dalam event nasional itu.

“Merchandise ini terwujud dengan kolaborasi PB PON dengan mama-mama Papua yang juga diberikan lokasi untuk menjual Noken Papua,” kata Sandiaga.

Sandiaga akui Noken merupakan ikon kearifan lokal Papua yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Tanggal 4 Desember 2012, UNESCO resmi menetapkan dan memasukkannya dalam kategori In Need of Urgent Safeguarding. Pengakuan internasional itu berkat perjuangan keras Titus Pekei.

Noken Anggrek dari Mapiha, kabupaten Dogiyai. (Ist.)

Menurut laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Noken dikenal dan digunakan oleh sekitar 250 suku di Tanah Papua dan merupakan kebudayaan yang dikerjakan secara turun temurun hingga kini.

Sekadar informasi, PON XX akan diselenggarakan bulan depan (2-15 Oktober 2021) di empat daerah, yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke.

Pembukaan dan penutupannya akan dipusatkan di Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan, distrik Sentani Timur, kabupaen Jayapura.

Pewarta: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

HRM Melaporkan Terjadi Pengungsian Internal di Paniai

0
Pengungsian internal baru-baru ini dilaporkan dari desa Komopai, Iyobada, Tegougi, Pasir Putih, Keneugi, dan Iteuwo. Para pengungsi mencari perlindungan di kota Madi dan Enarotali. Beberapa pengungsi dilaporkan pergi ke kabupaten tetangga yakni, Dogiyai, Deiyai, dan Nabire.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.