Masyarakat Kimyal: Kami Minta Maaf Kepada Gereja GIDI dan Masyarakat Ninia

0
1001
Masyarakat, intelektuan dan mahasiswa Kimyal di Sentani, Jayapura, Senin (11/10/2021). (Atamus Kepno - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Masyarakat dan intelektual dari Kimyal Kabupaten Yahukimo mengaku insiden penyerangan yang terjadi di Dekai Yahukimo baru-baru ini merupakan tindakan spontanitas setelah mendengar meninggalnya mantan Bupati Abock Busop di Jakarta.

“Benar bahwa penyerangan itu terjadi, tapi kami intelektual dan seluruh masyarakat suku Kimyal tidak merencanakan dan tidak menduga bahwa akan seperti itu. Peristiwa tersebut terjadi sebagai bentuk pelampiasan atas meninggalnya seorang tokoh Yahukimo yang berasal dari suku Kimyal, yaitu Alm. Abock Busup di Jakarta secara mendadak. Sehingga sebagian masyarakat Kimyal secara spontan melakukan penyerangan yang menimbulkan korban jiwa maupun harta benda di kedua bela pihak,” ujar Mari Mirin, salah satu intelektual Kimyal kepada media di Sentani Jayapura, Senin (11/10/2021).

Oleh sebab itu ia mewakili masyarakat suku Kimyal mengaku bersalah di hadapan Tuhan, dan meminta maaf kepada gereja GIDI.

“Kami masyarakat suku Kimyal meminta maaf kepada GIDI Wilayah Yahukimo, hamba-hamba Tuhan, badan pengurus jemaat GIDI Evanestia, dan kali Brasa. Kami juga meminta maaf kepada masyarakat Suku Yali yang mengalami korban jiwa, luka-luka maupun harta benda lainnya,” ucap Mirin.

Baca Juga:  PGGY Kebumikan Dua Jasad Pasca Ditembak Satgas ODC di Dekai

Selanjutnya kata Mirin pihaknya bersedia melakukan penyelesaian perdamaian dengan saudara-saudara dari suku Yali Ninia.

ads

“Kami masyarakat suku Kimyal menyatakan bersedia melakukan penyelesaian damai permasalahan tersebut dengan suadara-saudara kami dari masyarakat suku Yali (Ninia) secara aturan gereja, ataupun aturan adat, agar permasalahan tersebut tidak berlarut-larut dan dapat menimbulkan kegelisahan serta ketidaknyamanan bagi masyarakat kedua suku.”

Selain itu, pihaknya meminta Kapolda Papua memerintahkan Kapolres Yahukimo agar tidak melakukan penyisiran berlebihan di lingkungan tempat tinggal masyarakat suku Kimyal di Dekai yang menimbulkan ketakutan, ketidaknyamanan, trauma, tetapi memberikan jaminan kesehatan, keselamatan serta makan minum bagi 58 warga yang telah ditahan.

“Kami meminta kepada Kapolres Yahukimo untuk memberikan jaminan keamanan kepada saudara-saudara kami dari suku lain yang ikut dalam insiden itu. Jangan indimidasi mereka, karena mereka bukan pelaku langsung.”

“Tetapi juga kami menolak rencana mendirikan Mako Brimop di Dekai Kabupaten Yahukimo yang disampaikan saudara bupati pada 8 Oktober 2021. Karena kami menilai peristiwa ini menjadikan sebagai dasar untuk memuluskan agenda pihak tertentu yang tidak sesuai urgensi di Kabupaten Yahukimo.”

Termasuk pihaknya mendesak Pemkab Yahukimo agar tidak melakukan pemilihan 517 kepala desa ulang yang telah dilantik oleh almarhum mantan Bupati Abock Busop. Karena pergantian tersebut telah melalui mekanisme dan tahapan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara ini.

Baca Juga:  Konflik Horizontal di Keneyam Masih Berlanjut, Begini Tuntutan IPMNI

Selain itu pihaknya meminta agar Pemkab Yahukimo dan para donator yang menyumbangkan Bama maupun dana bantuan kemanusiaan agar bersikap netral, dan tidak menjadikan peristiwa ini sebagai ajang mencari kepentingan.

Pihaknya juga Bersama keluarga Alm. Abock Busop mengklarifikasi informasi yang beredar di media bahwa almarhum Abock meninggal karena sakit.

“Gagal jantung dan lain sebagainya adalah berita bohong dan tidak sesuai fakta. Sebenarnya, setelah beliau dinyatakan meninggal di Jakarta, belum ada bukti. Jadi kematian almarhum masih menjadi misteri, dan janggal bagi kami keluarga, karena almarhum tidak mempunyai riwayat sakit jantung maupun penyakit lainnya.”

Pihaknya juga memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada pimpinan Gereja Injili di Indonesia, Presiden dan Wakil Preiden GIDI serta jajarannya yang turut hadiri dalam ibadah pemakaman Alm. Abock Busup, serta ikut membantu pemerintah meredahkan situasi Yahukimo.

Sementara, Maus Asso, Anggota DPRD Kabupaten Yahukimo dari Fraksi PAN meminta kepada Kapolda Papua agar segera menarik anggota keamanan yang baru didatangkan di Dekai setelah kejadian itu. Karena dalam konteks kasus ini, ia mengaku tidak ada konflik susulan yang terjadi.

Baca Juga:  Panglima TNI Didesak Tangkap dan Adili Prajurit Pelaku Penyiksa Warga Sipil Papua

“Jadi kami minta keamanan segera menarik kembali. Pemerintah dan keamanan itu kan melindungi dan mengayomi masyarakat. Jadi keamanan yang baru ditambahkan dari Polda Papua itu ditarik kembali karena di Dekai sudah tidak ada aksi,tukasnya.

Oleh sebab itu, pihaknya menyatakan bahwa;

  1. Masyarakat suku Kimyal berharap agar ada kepastian hukum bentuk penyelesaian peristiwa tersebut, apakah akan diselesaikan secara hukum positif, gereja atau hukum adat.
  2. Kemudian ada 4 orang korban dari suku Yali, 2 dari suku Kimyal, sehingga pihaknya meminta agar keadilan ditegakan seadil-adilnya bagi kedua suku.
  3. Kami menolak tegas permintaan Pemkab Yahukimo pada 8 Oktober 2021 di gereja GIDI Efanhastia untuk mendirikan Mako Brimob di Kabupaten Yahukimo, karena kami menilai pemerintah Yahukimo menjadikan peristiwa ini sebagai dasar untuk memuluskan agenda pihak tertentu yang tidak sesuai urgensi di Kabupaten Yahukimo.

 

Pewarta: Atamus Kepno

Editor:Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaOlvah Alhamid Dianggap Menyakiti Hati Orang Papua
Artikel berikutnyaSekjen KWI Hadir di Bilogai, Bupati Berharap Pulihkan Intan Jaya