Mengenang Misionaris, Banua: Tahun Depan Kita Bangun Tugu Pesawat di Minimo

0
143

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Pemerintah kabupaten Jayawijaya akan  bangun monumen tugu pesawat di Minimo, tepatnya di muara kali Mini (Miniaput) sebagai bukti pertama kali para Misionaris tiba di Lembah Balim dengan menggunakan pesawat terbang.

“Tahun depan (2022) kita akan bangun tugu pesawat di Minimo tepatnya di muara kali Mini sebagai bukti bahwa para Misionaris Pekabaran Injil di Lembah Balim telah mendarat menggunakan pesawat di muara kali Mini dan setelah beberapa waktu di Minimo, kemudian berkemah di Hepuba dan Hitigima,” ujar bupati Jhon Richard Banua saat kunjungan kerja di distrik Maima, Rabu (24/11/2021).

Dalam kunjungan kerja, bupati bertatap muka sekaligus mendengar langsung sejumlah aspirasi dari masyarakat distrik Maima khususnya dua kampung yakni kampung Minimo dan Menagaima.

Bupati Jayawijaya mengatakan, pembangunan monumen tersebut sesuai jejak para Misionaris.

“Masih ada satu keinginan masyarakat Minimo, tetapi mungkin masyarakat lupa sampaikan dalam kesempatan ini atau bagaimana saya tidak tahu sampai tidak disampaikan bahwa tempat Injil masuk pertama adalah di Minimo,” tuturnya.

ads

Perlunya pembangunan tugu pesawat di Minimo yang merupakan keluhan masyarakat setempat terkait sejarah pekabaran Injil di Lembah Balim, memang tak sempat dibicarakan di hadapan bupati Jayawijaya pada kunjungan tersebut.

“Kita harus buat apa di tempat Injil masuk di Lembah Baliem tepatnya di Minimo ini. Saya dengar bapak atau ibu minta bangun tugu Salib dan lain sebagainya, tetapi saya sebagai bupati atau secara pribadi saya, karena tempat inilah Injil masuk pertama di Lembah Balim dan pegunungan tengah Papua yang datang dengan pesawat, maka sebaiknya kita bangun tugu pesawat di tempat ini,” jelas Banua.

Baca Juga:  Puskesmas, Jembatan dan Kantor Lapter Distrik Talambo Rusak Dihantam Longsor

Sesuai sejarah masa lalu, kata Banua, dari Minimo para Misionaris berjalan sampai Hepuba dan bangun suatu pondok untuk bermalam. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Hitigima dan buka lapangan terbang.

“Itu yang kita kita harus bikin sejarahnya. Supaya orang datang ke Lembah Balim, dan Injil masuk di pegunungan tengah adalah di Lembah Balim, tetapi supaya jelas dari mana asal usulnya, karena kebanyakan orang masih belum tahu. Kalau kita bikin tempat Injil masuk itu sebagai tempat wisata rohani, bahwa datang mendarat di Minimo, ya bikin pesawat sebagai bukti pendaratan pertama pesawat misionaris. Selanjutnya ke Hepuba, di sana mereka bermalam, lalu mereka ke Hitigima dan buka lapangan terbang di sana” tuturnya.

Usai menceritakan singkat tentang perjalanan Misionaris di Lembah Balim, Banua bertanya kepada masyarakat Minimo terkait apakah benar cerita perjalanan singkat tersebut? Masyarakat serentak menjawab benar.

Selanjutnya bupati mengatakan siap bangun monumen sesuai alur perjalanan para misionaris di Lembah Balim.

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

Bupati Jayawijaya membeberkan alasan mengapa harus bangun tugu pesawat.

“Kita akan bangun tugu pesawat di Minimo, karena Minimo merupakan akses dimana ada satu pondok yang mereka bangun di Hepuba itu kita harus bangun, baru kita lanjut ke Hitigima. Dan di Hitigima, lapangan terbang sudah berfungsi sekarang.”

“Ini yang saya perlu sampaikan kepada bapak dan ibu sekalian, bahwa rencana saya seperti itu. Makanya saya sampaikan di depan masyarakat semua,” imbuh Banua.

Usai tatap muka dengan masyarakat kampung Menagaima dan Minimo di halaman kantor kampung Menagaima, bupati Jayawijaya launching kegiatan pembongkaran jalan antar kampung yaitu dari Menagaima menuju ujung kampung Minimo.

Di tempat yang sama, kepala distrik Maima Irman Mulait mengucapkan terimakasi kepada bupati yang telah merespons dengan cepat atas permintaan masyarakat Menagaima dan Minimo terkait pembongkaran jalan.

Beberapa Usulan Kebutuhan

Kepala distrik Maima juga minta kepada pemerintah kabupaten Jayawijaya untuk bangun gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah distrik Maima.

Permintaan tersebut, kata Mulait, hasil kesepakatan dari seluruh stakeholder di wilayah kerjanya, mengingat anak-anak tamatan Sekolah Dasar (SD) Advent Maima dan SD Inpres Miniaput sering terkendala jarak tempuh untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikut.

“Setelah tamat SD lanjut ke SMP Negeri 3 Megapura distrik Asolokobal dan SMP Advent Sogokmo distrik Asotipo, tetapi dihadapkan dengan ketidaknyamanan akibat banyak yang menghalang-halangi anak sekolah dan hal-hal lain menyangkut keamanan” bebernya.

Baca Juga:  Dua Anak Diterjang Peluru, Satu Tewas, Satu Kritis Dalam Konflik di Intan Jaya

Selain itu, kepala distrik Maima juga melaporkan ke bupati Jayawijaya tentang kebutuhan dokter di Puskesmas Maima.

“Kami butuh satu dokter. Sebab, sejak bangun Puskesmas hingga pelayanan dimulai, belum ada dokter, sehingga kami sangat kesulitan untuk kepastian pelayanan kesehatan. Apapun pembangunan yang akan dikerjakan pemerintah bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, tetapi kalau rakyatnya tidak sehat, maka bangunan itu sia-sia atau percuma,” tutur Mulait.

Irman juga menambahkan, usulan pemekaran distrik Minimo sudah lama disampaikan dan sempat dilakukan peletakan batu pertama di Menagaima saat kepemimpinan Jhon Wempi Wetipo dan Jhon R Banua sebagai wakil bupati Jayawijaya.

“Sehingga saya usulkan kepada bapak bupati untuk minta ditetapkan sebagai distrik Minimo pemekaran dari Maima,” ujarnya melanjutkan aspirasi masyarakat.

Keliopas Mulait, perwakilan intelektual, menyampaikan, di wilayah distrik Maima ada banyak sarjana, namun semua masih berstatus pengangguran akibat tak ada peluang kerja.

“Saya minta kepada bapak bupati, tolong perhatikan hal ini. Kami punya adik-adik banyak sudah selesai kuliah, jadi bapak bisa perhatikan supaya mengurangi tingkat kemiskinan maupun angka kejahatan di kabupaten Jayawijaya,” tutur Keliopas.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaPernyataan KSAD Merangkul KKB, Warinusi: Harapan Tersebut Tidak Hanya Retorika Belaka
Artikel berikutnyaVanuatu Dukung Rakyat Kanaki untuk Menunda Pelaksanaan Referendun Kemerdekaan Kaledonia