Pemda Tambrauw Diminta Adil Bangun Akses Jalan

0
933

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com — Pemerintah kabupaten Tambrauw diminta adil dalam pembangunan akses jalan sepanjang utara distrik Sausapor agar masyarakat dari kampung mudah untuk mengangkut hasil kebun ke pasar Sausapor ataupun ke Kota Sorong.

Buruknya kondisi jalan selalu dikeluhkan masyarakat dari distrik Bikar, Kwoor, Kwesefo, dan lainnya, tidak hanya pada saat musim hujan, tetapi juga hampir setiap hari karena akses jalan merata di semua distrik.

Kondisi tersebut dibenarkan Yulianus Yapen, salah tokoh masyarakat di kampung Wertam, distrik Bikar, kabupaten Tambrauw.

“Pembangunan akses jalan di utara Sausapor tidak merata. Kalau hujan, masyarakat dari distrik Bikar, Kwoor, Kwesefo, dan lainnya biasa kesulitan pada saat angkut hasil kebun ke pelabuhan Sausapor,” ujarnya saat dijumpai suarapapua.com di kampung Wertam, pekan lalu.

Pada musim hujan, jalanan pecek. banyak lubang, batu-batu tajam dan tidak rata. Akibatnya, tak bisa dilalui kendaraan roda dua. Begitupun masyarakat kesulitan tepati waktu kapal tolak untuk mengangkut hasil kebun ke Sorong.

ads
Baca Juga:  Berlangsung Mulus Tanpa Masalah, KPU Maybrat Diapresiasi

Yulianus mengaku melihat mama-mama di sana selalu kesulitan dalam akses transportasi. Mereka sering mengalami kendala ketika hendak membawa hasil kebunnya jual di Sorong. Minimal butuh Rp300.000 untuk membawa hasil kebunnya ke pelabuhan Sausapor.

“Kasihan sekali mama-mama yang mau bawa hasil kebun, buru-buru ke pelabuhan juga tidak bisa. Mobil tidak bisa laju karena kondisi jalan rusak. Mau dengan motor juga tidak bisa cepat. Itu lebih bahaya lagi. Kadang mama dorang tunggu mobil lama, jadi carter biar muat kelapa, pisang, nenas, keladi, sayuran, dan hasil kebun lainnya untuk pergi drop di pelabuhan Sausapor,” tuturnya.

Dalam situasi demikian, pemerintah diharapkan mesti peka dan berlaku adil dalam membangun akses jalan dan transportasi jika warga masyarakat di sana dianggap sebagai penduduk kabupaten Tambrauw.

Baca Juga:  Pelaku Penyiksaan Harus Diadili, Desakan Copot Pangdam Cenderawasih Terus Disuarakan

Keluhan sama dikemukakan mama Fince Mambrasar yang biasa tiap minggu harus bawa hasil kebunnya ke Kota Sorong.

Mama Fince berharap pemerintah daerah segera atasi persoalan akses jalan dan transportasi.

“Kondisi jalan sangat tidak mendukung. Kendaraan juga sama. Makanya, saya biasa keluarkan biaya besar untuk angkut jualan.”

Setiap pekan ia harus bayar sewa mobil Rp300.000 untuk muat dan angkut hasil kebunnya ke pelabuhan Sausapor.

“Sampai di pelabuhan juga saya harus kasih seratus ribu, kadang seratus lima puluh ribu ke buruh untuk angkat barang-barang ke dalam kapal. Terus, bayar bagasi lima puluh ribu dan bayar tiket kapal lima puluh ribu,” mama Fince mengisahkan.

Baca Juga:  12 Parpol Desak KPU PBD Tunda Hasil Pemilu Raja Ampat

Tiba di pelabuhan Sorong, ia harus merogoh koceknya lagi. Kepada buruh yang turunkan barang-barang jualan dari kapal, ia bayar Rp100.000.

“Setelah itu saya pasti carter mobil lagi angkut ke pasar Remu. Saya bayar seratus ribu, kadang seratus lima puluh ribu,” lanjutnya.

Dari pengalaman pahit yang dirasakan mama Fince dan mama-mama lain pada setiap minggu, pemerintah daerah diharapkan tidak membiarkan warga distrik Bikar menderita dengan kondisi jalan dan akses transportasi.

“Kami pu hasil kebun seperti kelapa, pisang, nenas, sirih, pinang, dan sayuran banyak, sehingga kami mau jual di Sorong. Tetapi kitong susah dengan transportasi dan jalan. Sayang mama-mama di distrik Bikar, Kwoor, Kwesefo, dan lainnya harus bangun akses jalan secara merata” ujar mama Fince.

Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaJelang Natal dan Tahun Baru, Sepi Wanimbo: Stop Miras!
Artikel berikutnyaMasyarakat Wesangma Syukuri Bantuan Bama Kampung