SORONG, SUARAPAPUA.com — Direktur Bengkel Pembelajaran Antara Rakyat (Belantara) Papua menyebut kekuatan masyarakat adat terletak pada budaya.
Hal itu ditegaskan Max Binur dalam diskusi publik bertema “Gerakan sosial masyarakat adat dan kebudayaan Papua” yang digelar di sekretariat AMAN Sorong Raya, Rabu (13/7/2022) malam. Diskusi publik dihadiri Abdon Nababan, wakil ketua Dewan AMAN Nasional.
Menurut Max Binur, sudah tidak ada solusi lain untuk mengorganisir masyarakat adat, selain dengan potensi budaya yang dimiliki masyarakat adat itu sendiri.
“Kekuatan masyarakat adat ada pada budaya mereka, tidak ada cara lain. Bagaimana masyarakat adat dapat berdiri kuat, mandiri dan berdaulat di atas tanah adat mereka kalau tidak organisir diri sendiri dengan budaya,” ujar Max.
Ia kemudian membeberkan dua jenis ancaman yang bakal dihadapi masyarakat adat jika tidak diorganisir secara baik.
“Ancaman pertama itu dari dalam internal masyarakat adat sendiri, yang kedua adalah ancaman dari luar terutama sisi kebijakan yang tidak pernah melibatkan masyarakat adat di wilayah mereka. Hal ini yang menyebabkan posisi masyarakat adat terancam. Untuk mencegah terjadinya ancaman, maka perlu diorganisir secara baik dengan budaya mereka,” jelas Binur.
Senada, Abdon Nababan melihat aspek adat di Papua sangat kental dan sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Papua. Karena itu, masyarakat adat perlu diorganisir dengan baik.
“Gerakan sosial masyarakat adat untuk Papua sebenarnya ada karena di Papua memang kental adatnya dan organisasi sosialnya sudah ada sejak ribuan tahun silam dan itu teroganisir di dalam suku-suku,” urainya.
Mantan Sekjen AMAN itu menyarankan perlunya gerakan sosial masyarakat adat berbasis berbasis suku.
“Gerakan sosial masyarakat adat mestinya berbasis suku. Suku merupakan sistem kebudayaan, jadi untuk mengorganisir masyarakat adat harus dengan budaya berbasis hak seperti yang sudah tertuang di dalam deklarasi PBB tentang masyarakat adat,” kata Abdon.
Pewarta: Reiner Brabar
Editor: Markus You