SORONG, SUARAPAPUA.com— Wali Kota Sorong, Lambert Jitmau berpesan kepada keluarga besar suku Tehit dan juga pemerintah Kabupaten Sorong Selatan (Sorsel) untuk serius membangun tanah besar Tehit, karena Tehit adalah awal peradaban pembangunan dan manusia kepala burung Cenderawasih Papua.
Hal itu disampaikan Lambert Jitmau dalam kegiatan musyawarah besar (Mubes) kedua suku Tehit Binasket. Lambert meminta generasi dari Tehit dan pemerintah daerah Sorsel untuk menata kembali situs-situs sejarah di tanah Tehit, karena itu adalah aset Tehit dan tanah Papua.
Tanah Tehit harus dibangun dengan baik, sebab dahulu Teminabuan merupakan peradaban awal. Tempat peradaban awal yang mencetak manusia-manusia cerdas dan hebat dari Sorong Raya, yaitu Imeko, Sawiat, Imeko (Inanwatan, Metemani, Kokoda) dan suku besar (A3) Ayamaru, Aitinyo, Aifat Kabupaten Maybrat, bahkan sampai di Kabupaten Tambrauw.
“Tanah Tehit, Teminabuan di Kabupaten Sorong Selatan adalah tempat awal peradaban dibangun di kepala Burung Cenderawasih. Pak Yap Salosa, Yanpit Wanane, saya dan orang A3 lainnya yang telah ada di birokrasi dan lainnya di seluruh tanah Papua telah dibentuk, dibina, dan dididik di sana. Di sanalah huruf, angka, buku, dan pena diperkenalkan kepada kami.”
“Orang tua datang dengan cawat merah ke sana. Datang antar anak, beli garam dan VVetsin. Teminabuan membawa terang. Membawa manusia untuk bisa membaca dan menulis,” paparnya Jimau dalam sambutannya pada pebukaan kegiatan Mubes kedua suku Tehit Binasket di gedung Gereja Baptis kota Sorong, Kamis (28/7/2022).
Ketua panitia Mubes, Samuel Sesa mengatakan bahwa tujuan adanya Mubes kedua suku Tehit Binasket (Badan Pembinaan Keluarga Suku Tehit) di tanah Papua untuk membangun persatuan dan kesatuan suku Tehit yang merantau ada di seluruh tanah Papua.
“Mubes kedua merupakan kegiatan pergantian pengurus baru dan program baru. Selain itu, tujuan mendasarnya adalah untuk membangun persatuan semua orang suku Tehit yang hidup merantau di seluruh tanah Papua. Menciptakan kebersamaan dalam membangun persahabatan di tanah rantau,” tutup Sesa.
Pewarta: Maria Baru
Editor: Elisa Sekenyap