Gerakan Tanaman Hortikultura untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga

0
1157

Laporan Sepry Yason

Wilayah desa Meny, distrik Warmare, kabupaten Manokwari, provinsi Papua Barat, dahulunya merupakan sentra pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang terdiri dari umbi-umbian, jagung dan pisang. Untuk beralih dari petani yang fokus utamanya pada tanaman pangan dan perkebunan menjadi petani hortikultura memang sangat sulit. Berbagai tantangan harus dihadapi, apalagi harus mendapat perlawanan dari berbagai jenis hama pada tanaman hortikultura.

Maryam Indou (34), sebelumnya dari hasil pangan seperti umbi-umbian dan pisang di lahan miliknya seluas 1,5 hektar, paling bisa menyimpan uang sebesar Rp500 ribu/enam bulan. Setelah mengenal Yayasan Bina Tani Sejahtera dan Panah Merah yang bekerja sama dengan Yayasan Cinta Papua, lewat kebun kelompok sebagai lokasi belajar di kampung Subsay, ia pun memberanikan membabat lahan pisang dan umbi-umbian untuk menanam tanaman hortikultura.

Sulit memulai menanam hortikultura karena Maryam Indou terkenal dengan tanaman pisang dan umbi-umbian. Namun setelah mendapatkan arahan dari petugas Yayasan Bina Tani Sejahtera termasuk penjelasan mengenai kendala-kendala pada tanaman hortikultura, mama Indouw bilang dia masih ragu untuk memulai tanam, tetapi petugas Yayasan Bina Tani Sejahtera mengarahkan untuk mencoba 500 meter persegi saja.

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

“Saya berani mengambil resiko dengan modal nekat untuk memulainya. Dari situ mulai menebang pisang dan membuat bedengan dan pasang plastik mulsa, belajar cara membuat bedengan dan cara pasang plastik mulsa di bedengan.”

ads

Mama Maryam mengaku, mereka dulunya dapat plastik mulsa, pupuk racun hama, tetapi tidak tahu cara pakai.

“Akhirnya kami jual plastik mulsa yang besar seperti pinggang satu rool seharga seratus ribu sama orang SP. Tetapi setelah ikut belajar di menara doa, datang saya punya plastik sisa dua roll, saya tidak jual, saya mau belajar pasang di kebun,” tuturnya menceritakan.

Baca Juga:  Hari Konsumen Nasional 2024, Pertamina PNR Papua Maluku Tebar Promo Istimewa di Sejumlah Kota

Modal awal hanya nekat dan berani untuk membuat bedengan sebanyak 34 bedengan, disiapkan untuk tanaman tomat, buncis  dan cabai rawit, berbekal ilmu bercocok tanam hortikultura dari Yayasan Bina Tani Sejahtera.

Tanam pertama benih buncis satu bungkus keuntungannya Rp3.235.000. Itu hanya dua bulan saja sudah simpan tiga juta, sedangkan tomat hanya tanam 400 pohon sudah dapat uang sebanyak Rp4.700 ribu.

Sedangkan, cabai masih dua minggu lagi sudah panen.

Hasil pertanian Maryam Indou dijual sendiri di pasar Wosi dan pasar SP II. Maryam  mengaku tidak sulit memasarkan sendiri ke pasar karena pasti ada yang beli.

“Hari ini tidak laku di pasar Wosi. Saya bawa jual lagi di pasar SP dua,” kata Maryam.

Baca Juga:  Upaya Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Jaga Pasokan BBM Saat Lebaran

Hal ini yang membuat Maryam gencar untuk terus belajar tentang tanaman hortikultura. Dia merencanakan menjurus ke petani hortikultura dan sudah perlahan mulai dilakukan.

Mama Maryam Indou adalah seorang petani yang pernah sekolah, tetapi setelah tamat SD, tidak lanjut ke jenjang lebih lanjut.

“Saya saja walau tamatan SD, sudah berusaha dan terus belajar untuk menjadi petani sayuran yang profesional. Ahli di bidang budidaya sayuran hortikultura meskipun orang mengatakan masa’ tanam sayur saja butuh belajar,” tandasnya.

Dari hasil kerja keras dan kemauan, mama Maryam Indou sudah mendapatkan perhatian khusus dari dinas pertanian dengan bantuan saprodi (sarana produksi), mesin air dan sumur bor, setelah diadakan kegiatan temu lapang petani (Farmer’s Field Day/FFD), yaitu launching tanaman cabai dewata 43 F1. (*)

Sepry Yason adalah relawan pendamping petani dari Yayasan Bina Tani Sejahtera. Saat ini sedang memberikan pendampingan bagi para petani di Nabire.

Artikel sebelumnyaSelain RHP, Tiga Orang Lainnya Juga Jadi Tersangka Korupsi Proyek Infrastruktur di Mamberamo
Artikel berikutnyaKasus Mutilasi Empat Warga Papua Diangkat di Sidang Dewan HAM PBB