BeritaAuriga dan PFW Hidupkan Jurnalis Warga

Auriga dan PFW Hidupkan Jurnalis Warga

SORONG, SUARAPAPUA.com — Yayasan Auriga Nusantara, sebuah organisasi non-pemerintah berbasis di Jakarta, bersama Papua Forest Watch (PFW) mengajak pemuda-pemudi di wilayah Sorong Raya untuk menjadi garda terdepan dalam menyampaikan informasi kepada publik.

Agar mampu menyajikan informasi publik berupa tulisan melalui media jurnalis warga, kalangan muda diajarkan cara menulis berita pendek. Materi pelatihan jurnalistik diberikan oleh Yudono Yanuar Akhmadi, redaktur Tempo.co.

Kepada sejumlah anak muda yang hadir mengikuti pelatihan jurnalisme warga, Yanuar membedah perbedaan antara opini dan fakta.

Jurnalis senior Tempo yang akrab disapa Mas Dodo itu juga mengajarkan cara bikin berita sederhana. Menurutnya, berita sederhana tidak berarti berita tidak penting. Justru berita sederhana akan cepat dipahami orang. Asalkan berita ditulis secara singkat, fokus, kuat datanya, dan padat isinya.

Sebuah berita akan penting dan sarat makna, kata Dodo, jika disertai foto.

Karena itu, ia minta tidak lupa abadikan gambar. Bagus lagi kalau dibuat dalam bentuk video.

“Hasil dari citizen journalism atau jurnalisme warga jelas bermanfaat. Teman-teman coba mulai dari sekarang. Ada media jurnalis warga, kalian bisa menulis di bakarbatu.id. Di sana ada ruang untuk kalian bisa sumbang berita, foto dan video,” ajak Dodo.

Pelatihan dibuat awal pekan ini selama dua hari (19-20/9/2022) bertempat di sekretariat PFW, kota Sorong.

Dodo menjelaskan, pelatihan jurnalisme warga yang difasilitasi Auriga dan PFW ini bisa merangsang pemuda-pemudi di Sorong untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dengan berkontribusi sebagai citizen journalist (jurnalis warga).

Setiap anak muda peka terhadap sesuatu hal yang menarik dan penting untuk dipublikasikan. Tentu saja setiap karyanya sedapat mungkin memenuhi unsur 5W+1H, layaknya karya jurnalistik di media mainstream.

Hanya saja media mainstream dan media warga tak sama karena ada aturan yang membedakan. Jika di media mainstream hanya wartawan profesional dari media itu saja yang menulis berita, di media jurnalis warga siapapun bisa berpartisipasi.

Baca Juga:  C1 Pleno 121 TPS Kembali Dibuka Atas Rekomendasi Bawaslu PBD

Keberadaan citizen journalism boleh jadi media alternatif. Hal-hal yang tidak diangkat atau luput dari pemberitaan media mainstream, di situlah peran jurnalis warga dibutuhkan.

Sebelum ini, pelatihan menulis sudah diadakan beberapa kali. Kala itu dibuat pelatihan secara daring. Kali ini pelatihannya offline, langsung tatap muka.

Pemberiaan nama media, awalnya ada dua. Kata Dodo, sempat diusulkan dua nama: Bakarbatu dan Noken. Nama Bakarbatu akhirnya dipilih sebagai nama media jurnalis warga.

“Waktu itu kami lebih memilih nama bakarbatu. Awal digagas media ini untuk publikasikan kasus-kasus pelanggaran tentang sumber daya alam terutama hutan. Sekarang, semua hal bisa dikabarkan melalui website ini,” jelasnya.

Tetapi, kata Dodo, semua hasil karya jurnalis warga ditampung lebih dulu sebelum dipublikasikan. Minimal sebulan kemudian, semua rubrik yang ada di bakarbatu.id bisa diisi oleh jurnalis warga. Aplikasinya sementara sedang diperbaiki.

Ia akui jurnalis warga dengan lugas menggambarkan suatu hal atau sebuah peristiwa melalui tulisan, foto maupun video. Kehadiran jurnalis warga mengisi ruang kosong. Tak semua bisa berharap sama media mainstream. Apalagi jurnalis warga ada di mana-mana. Jangkauannya lebih dekat. Berbeda dengan reporter sebuah media mainstream.

“Jurnalis warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian, pasti lebih paham situasi dan boleh jadi lebih cepat publikasinya. Jurnalis media mainstream kalah jangkauan, sulit tembus. Itulah untungnya jurnalis warga,” imbuh Yanuar.

Karya jurnalis warga penting bagi pihak terkait. Buah karyanya juga pasti ditindaklanjuti media mainstream.

Semata-mata untuk membangkitkan semangat anak muda Papua peka melihat kondisi riil yang mesti diperhatikan bersama, tak terkecuali pengambil kebijakan, kehadiran jurnalis warga, tegas Yanuar, sangat dibutuhkan di era teknologi dewasa ini.

Baca Juga:  Saksi Beda Pendapat, KPU PDB Sahkan Pleno Rekapitulasi KPU Tambrauw

Salah satunya, ia sebutkan dampak deforestasi yang kian masif belakangan. Peran jurnalis warga dibutuhkan untuk mengabarkan.

Pelatihan ini menurut Yanuar, tanpa sertifikat. Peserta harap maklum. Yang paling dibutuhkan adalah manfaat dari kegiatan ini: mau membangkitkan semangat generasi muda Papua terlibat sebagai citizen journalist.

Perlunya citizen journalism di Tanah Papua khususnya wilayah Sorong Raya diakui Abner Korwa, koordinator umum PFW.

Abner yakin ini akan sangat efektif dalam publikasi persoalan arus bawah, apalagi di era teknologi akhir-akhir ini, kebutuhan publik mendapatkan berita dan keterbukaan informasi merupakan sesuatu yang tak bisa dibendung lagi.

Karena itu, Abner berharap, pelatihan ini merangsang generasi muda Papua terutama di Sorong untuk berpartisipasi aktif sebagai jurnalis warga.

Sebelum sampai ke sana, ia menghendaki adanya perubahan pola pikir generasi muda. Ini terutama agar kemudian lebih jeli terhadap apapun persoalan dan situasi di sekitarnya.

“Dengan semakin peka terhadap situasi sekitar kita apalagi ada handphone bisa akses internet, di media sosial posting sesuatu yang bermanfaat. Mengabarkan sesuatu hal penting itu jauh lebih bermanfaat. Dari pada handphone dipakai hanya bikin live di media sosial, tetapi tidak ada manfaatnya. Menurut saya, rubah pola berpikir seperti itu juga bagian dari tujuan pelatihan selama dua hari di sini,” tutur Abner.

Para peserta cukup antusias mengikuti pelatihan selama dua hari.

Mereka tampak semangat mengikutinya. Beberapa diantaranya agak penasaran, bagaimana bisa hasilkan sebuah berita.

Olof Nimbra, salah satu peserta pelatihan jurnalisme warga mengapresiasi dua lembaga dengan impiannya membangkitkan citizen journalism di Tanah Papua khususnya di Sorong Raya.

Nimbra merasa bersyukur dengan kegiatan tersebut.

Mulai sedikit ada gambaran tentang pentingnya jurnalis warga dan bagaimana menulis berita pendek, Nimbra mau kegiatan sama bisa lagi dilaksanakan di lain waktu.

Baca Juga:  Demo KPU, Massa Aksi Tuntut Keterwakilan Tambrauw di DPR PBD

“Sebaiknya tidak habis di sini saja. Kalau bisa kegiatan seperti ini nanti diadakan kembali. Kami anak-anak muda mau lebih paham lagi,” Nimbra berharap.

Upaya Bersama

Sebagai sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus dengan upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan demi peningkatan kualitas hidup manusia, Auriga turut mendorong perubahan kebijakan terutama tata kelola sumber daya alam dan lingkungan yang lebih baik.

Kemudian, terus melakukan penelitian investigasi. Juga, membangun kampanye selamatkan alam dan lingkungan.

Berbagai komunitas lokal di Nusantara dilibatkan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan melalui pendekatan-pendekatan kesejahteraan dan konservasi.

Hal paling penting lainnya, membangun kesadaran masyarakat merawat alam dan lingkungan.

Bagi Auriga, pelatihan jurnalisme warga salah satu poin yang diberi perhatian cukup.

Karena itu, wartawan senior dari Tempo digandeng untuk menularkan ilmu jurnalistik ke anak-anak muda Papua.

Kegiatan pelatihan dibuat Auriga berkolaborasi dengan PFW, salah satu LSM di Tanah Papua yang konsen di bidang kehutanan.

Dengan cara ini diyakini sebagai bagian dari ikut mengawal aneka persoalan kerusakan sumber daya alam, termasuk kehancuran hutan, konservasi, dan lain-lain.

Selaras visinya demi penegakan hukum sumber daya alam, Yayasan ini juga kerap mengadvokasi melalui mekanisme hukum.

“Organisasi kami terbuka bagi siapapun dan di manapun yang memiliki gagasan yang sama,” kata Timer Manurung, ketua Yayasan Auriga Nusantara, dikutip dari laman websitenya.

Auriga sebelumnya bernama Yayasan Silvagama. Didirikan 12 November 2009. Disahkan Kementerian Hukum dan HAM RI pada 27 April 2010.

Melalui Notaris Rini M Dahliani, pada 26 Mei 2014, diubah menjadi Yayasan Auriga Nusantara dengan Akta Perubahan nomor 02, yang kemudian mendapat persetujuan Kementerian Hukum dan HAM RI melalui keputusan nomor AHU-60.AH.01.05.Tahun 2014 pada 23 Juli 2014.

Pewarta: Reiner Brabar
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

DKPP Periksa Dua Komisioner KPU Yahukimo Atas Dugaan Pelanggaran KEPP

0
“Aksi ini untuk mendukung sidang DKPP atas pengaduan Gerats Nepsan selaku peserta seleksi anggota KPU Yahukimo yang haknya dirugikan oleh Timsel pada tahun 2023. Dari semua tahapan pemilihan komisioner KPU hingga kinerjanya kami menilai tidak netral, sehingga kami yang peduli dengan demokrasi melakukan aksi di sini. Kami berharap ada putusan yang adil agar Pilkada besok diselenggarakan oleh komisioner yang netral,” kata Senat Worone Busub, koordinator lapangan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.