Meski Sudah Dibongkar, Sebagian Pedagang Memilih Tetap Berjualan di Bekas Pasar Boswesen

0
510

SORONG, SUARAPAPUA.com — Para pedagang ikan, sayur, dan pinang di pasar Boswesen tetap berjualan walaupun sudah berkali-kali digusur paksa oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) dan pembongkaran terakhir, Pemerintah Kota Sorong melibatkan TNI, dan POLISI pada Rabu 28 September 2022 lalu.

Para pedagang ikan biasanya berjualan di sebelah Timur pasar. Kemudian pindah lalu berjualan di bagian Barat pasar ikan. Mereka membuat pondok  tiga sampai lima berjajar lalu berjualan di sana.

Setelah penggusuran, mereka pindah kembali jualan di bagian Timur pasar ikan yang sudah dibongkar dan berhadapan langsung dengan tumpukan sampah yang telah ditimbun. Tetapi, para pedagang tetap berjualan walaupun berhadapan langsung dengan tumpukan sampah plastik yang mengeluarkan bau tidak sedap setiap hari.

Semua lapak para pedagang di dalam pasar seperti lapak ikan, sayur, pinang, dan pakaian telah dibongkar. Saat ini, para pedagang, ikan, pinang, dan hasil kebun tetap membuat lapak kecil-kecil dan tetap berjualan di ruas jalan raya pasar Boswesen. 

Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender

Salah satu pedagang yang tidak ingin namanya disebutkan mengatakan, dia akan tetap berjualan di tempat itu. 

ads

“Walaupun harus mati, saya tetap bertahan di pasar Boswesen,” katanya saat sambangi para pedagang itu. 

Mama-mama ingin mempertahankan pasar Boswesen dengan alasan, pasar Boswesen adalah pasar bersejarah. Dengan alasan itu mereka meminta pemerintah kota Sorong untuk membangun pasar tersebut menjadi pasar lokal Papua yang hanya digunakan untuk menjual hasil kebun, mancing, buruan, dan pinang. 

“Berbagai tempat bersejarah di Sorong telah ditutup oleh pemerintah kota contohnya, Tembok Berlin kini sedang diubah menjadi area reklamasi. Ruang terbuka lapangan Hockey dibangun stadion sepak bola, dan lainnya,” ujar mama-mama saat memprotes wacana pemindahan, maupun saat pembongkaran paksa.

Baca Juga:  Upaya Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Jaga Pasokan BBM Saat Lebaran

Kepada suarapapua.com, mama-mama pedagang mengungkapkan rasa sedih dan sakit hati dengan perlakukan mantan Walikota Sorong. 

Salah satu mama yang menyampaikan rasa sakit dan sedih itu adalah mama Lepina Duwit. Dia mengungkapkan, sudah lebih dari tiga kali lapaknya dibongkar, tetapi pemerintah kota Sorong belum ganti rugi karena setiap kali membuat lapak membutuhkan biaya lebih dari lima ratus ribu rupiah.

“Mantan walikota saat mau peresmian lalu datang dengan mobil. Dia bawa Satpol-PP bongkar pondok-pondok. Pondok-pondok bukan uang dari walikota. Kami punya usaha sendiri.” 

“Waktu bongkar mama-mama menangis barang jualan kami. Kami hanya minta seratus ribu untuk bawa pulang hasil jualan. Dia bilang, buang saja di laut. Kami ini manusia bukan binatang yang diperlakukan seperti itu,” ungkap mama Duwit dengan kesal.  

Sedangkan, untuk kondisi pasar modern Rufei,  mama-mama dan pedagang bumbu-bumbu dan sayur mayor menjual dagangan mereka di lapak bagian luar. 

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

Dari hemat media ini di pasar Rufe, los di dalam gedung disewakan kepada para pedagang yang berjualan pakaian, sepatu, perabot rumah, mainan dan bahan makan.

Masih banyak tempat di luar dan dalam gedung yang juga belum terisi. Pengunjung pun belum sepadat pasar Remu. Akses jalan dari timur dan barat pun belum bagus sehingga taksi jarang akses ke dalam pasar modern Rufei. 

Saat ini pemerintah sedang berupaya perbaikan jalan untuk meningkatkan akses masuk para penjual dan pembeli karena akses jalan juga menjadi salah satu alasan para  pedagang di masih bertahan di pasar Boswesen. Mereka merasa jauh dan biaya ojek yang mahal untuk pulang dan pergi (PP).

Pewarta: Maria Baru
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaPemkab Yalimo Siap Kendalikan Inflasi
Artikel berikutnya447 CPNS Yalimo Mengikuti Pelatihan Dasar di Wamena