Belasan Rumah Bantuan untuk Korban Banjir Bandang Sentani Sudah Dijual

0
512

SENTANI, SUARAPAPUA.com — 70 Kepala Keluarga tercatat sebagai korban banjir bandang pada 16 Maret 2019 yang rumahnya rusak parah. Belasan rumah dilaporkan telah dijual ke orang yang bukan korban banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. 

Pemerintah telah membangun 300 buah rumah untuk para korban banjir  melalui Yayasan Buddha Tzu Chi melalui kerjasama Tzu Chi Indonesia, Pemkab Jayapura, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sinarmas, dan Indofood. 

Sampai dengan November 2022, 70 kepala keluarga korban banjir yang rumahnya rusak parah belum mendapat rumah dan menempati rumah yang telah dibangun pemerintah. 

Rumah bantuan bagi korban banjir bandang dibangun di Kemiri, Kabupaten Jayapura, Papua. Lister Gaad Suebu, ketua RT 02 RW 07 Ninekombe, Sentani yang ditemui suarapapua.com mengungkapkan 70 kepala keluarga yang terdampak banjir bandang sebagian ditempati oleh orang yang bukan korban banjir. 

Baca Juga:  Asosiasi Wartawan Papua Taruh Fondasi di Pra Raker Pertama

Belasan Rumah Sudah Berpindah Tangan

ads

Dari penelusuran suarapapua.com dengan mewawancarai dua ketua RT di Hinekombe, didapati informasi bahwa belasan rumah telah dijual dan berpindah tangan. Yang menempati, bukan lagi korban banjir, melainkan orang lain. 

Lister Gaad Suebu bilang, terdapat 30 kepala keluarga yang benar-benar terdampak banjir bandang karena rumah mereka rusak berat dan tidak bisa ditempat lagi. Sedangkan 40 kepala keluarga, asetnya meski terdampak banjir bandang, rumah mereka masih bisa ditempati.

“Total kepala keluarga yang terdampak banjir bandang pada tahun 2019 adalah 70 kepala keluarga,” ungkapnya. 

Lister juga mengatakan, 300 buah rumah bantuan telah  Yayasan Buddha Tzu Chi melalui kerjasama Tzu Chi Indonesia, Pemkab Jayapura, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sinarmas, dan Indofood. 

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

Lister bercerita, belasan rumah ditempati oleh orang yang tidak terdaftar sebagai korban banjir bandang. Hanya 60 Kepala Keluarga yang mendapat rumah bantuan pemerintah yang dibangun Yayasan Buddha Suci. 

 “60 kepala keluarga sudah mendapat rumah bantuan dan sudah ditempati. Sedangkan 10 kepala keluarga belum menempati rumah bantuan. Ada nama mereka di data, tetapi yang tempati orang lain,” katanya.  

Lister mengaku, sebagai ketua RT ia sempat bingung dan bertanya-tanya karena yang tempati belasan rumah bukan korban banjir bandang, melainkan orang lain.  

Kata dia, ia sempat bertanya kepada orang-orang yang tempati tersebut dan jawaban yang dia dapati adalah mereka sewa. 

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

“Kami sudah tanya, siapa kasih orang-orang ini mengaku kalau mereka sewa. Berjalannya waktu, ketahuan kalau rumah itu mereka beli. Data yang kami kumpulkan ada 15-san rumah yang sudah dijual dan berpindah tangan,”  ungkap Suebu.

Pernyataan serupa disampaikan Aser Suebu, Ketua RT 01 Kemiri kepada suarapapua.com. Dia bilang,  dalam aturan pembagian perumahan itu satu kepala keluarga dapat satu rumah.

 “Aturannya itu satu kepala keluarga satu rumah bukan hitung dalam rumah ada berapa orang lalu ambil rumah Sesuai dengan jumlah orang dalam rumah, ko mau rumah tiga lantai k dua lantai k tetap semua dapat satu rumah, itu aturannya. Tapi yang terjadi di lapangan tidak seperti itu,” ucapnya. 

 

Pewarta: Yance Wenda
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaIna Yanengga Jualan Pinang di Bandara Theys Eluay Sejak 2018 untuk Biayai Empat Adiknya
Artikel berikutnyaDelapan Negara Soroti Perlakuan Indonesia Terhadap West Papua di UPR