ArtikelOpiniMengenang Pekerja Kemanusiaan yang Konsisten

Mengenang Pekerja Kemanusiaan yang Konsisten

Anak muda Papua yang tidak terlalu dikenal oleh banyak kalangan, kecuali generasi muda sejawatnya. Tidak dikenal bukan masalah baginya yang selalu setia susun agenda apa yang harus dikerjakan setelah satu pekerjaan selesai. Ia bekerja demi kemanusiaan tanpa didesak siapapun dan motivasi lainnya. Bekerja semata-mata konsisten pada hati nuraninya.

Sesco Dimi, nama pemuda asal lembah hijau Kamuu, kabupaten Dogiyai, Papua, itu.

Jauh sebelum hadir dan tinggal di rumah singgah Pusat Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), Matraman, Jakarta Pusat, saya mengenalnya sejak masih di bangku perkuliahan. Ia kuliah di Bandung, saya di Yogyakarta. Kami beda dua tahun.

Semakin kenal lebih dekat saat bersama-sama di ibu kota negara Indonesia. Tidak karena satu suku. Saya terkesima dengan kesetiaannya terhadap berbagai persoalan Papua.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Sesco Dimi memiliki hati nurani yang jauh lebih untuk menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Hingga tinggalkan kota studi dan memilih merantau ke kota metropolitan. Di Jakarta, ia memperkuat personil konsolidasi massa pemuda-pemudi Papua dalam mendukung advokasi pendampingan hukum PBHI. Bersama kaka Maya yang setia dengan pekerjaan kemanusiaan untuk Papua di PBHI saat itu.

Sesco turut kawal sejumlah persoalan Papua. Termasuk kasusnya Pendeta Izak Onawame dan kawan-kawan.

Pdt. Izak Onawame ditetapkan sebagai terdakwa dalam kasus penembakan dua warga Amerika Serikat di Tembagapura, kabupaten Mimika. Divonis 8 tahun penjara saat sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 7 November 2006.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Dalam sebuah pertemuan di kantor PBHI, Sesco Dimi bicara tegas tentang nasib Pdt. Izak Onawame dkk, bahwa mereka adalah korban konspirasi PT Freeport di Timika.

“Orang bilang sulit lawan perusahaan raksasa ini, tetapi saya bersama kawan-kawan pasang badan untuk konsolidasi pemuda-pemudi pelajar dan mahasiswa asal Papua turun demonstrasi. Memperkuat posisi advokasi pendampingan kuasa hukum dari PBHI yang diketuai Jhonson Panjaitan,” kata Sesco, kala itu.

Sesco Dimi dan kawan-kawan di rumah singgah PBHI, konsen berjuang gigih. Dia bilang, kalah menang itu masalah berikut, yang terpenting tunjukkan kepada Freeport, Amerika, Indonesia, Belanda dan afiliasinya bahwa kami pemilik Tanah Papua juga ada, dan mengapa selalu korbankan masyarakat yang buta, tak tahu, hingga pewarta Injil Tuhan dicap musuh seolah membawa senjata mematikan.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

“Bapak pendeta Izak Onawame dan kawan-kawan korban dari rakusnya perusahaan pencuri kekayaan alam Papua. Perlakuannya sangat kejam. Pandangan miring, serba lucu dan sangat aneh, harus kita lawan,” tegas Sesco.

Perjuangan panjang pernah dilaluinya demi membela orang-orang kecil.

Sayang, pekerja kemanusiaan yang konsisten itu telah berpulang mendahului kami.

Kabar duka yang sangat mendalam saya terima empat hari lalu, bahwa dari Nabire Sesco Dimi menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 3 Januari 2023.

Koyaa uwii (selamat jalan) sahabatku. Rest in peace….

Dari sahabatmu,

Titus Pekei, SH, M.Si

Terkini

Populer Minggu Ini:

HRM Melaporkan Terjadi Pengungsian Internal di Paniai

0
Pengungsian internal baru-baru ini dilaporkan dari desa Komopai, Iyobada, Tegougi, Pasir Putih, Keneugi, dan Iteuwo. Para pengungsi mencari perlindungan di kota Madi dan Enarotali. Beberapa pengungsi dilaporkan pergi ke kabupaten tetangga yakni, Dogiyai, Deiyai, dan Nabire.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.