Tanah PapuaMeepagoRibuan Umat Hadiri Muspas Mee VII di Paroki Epouto

Ribuan Umat Hadiri Muspas Mee VII di Paroki Epouto

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Musyawarah Pastoral (Muspas) Mee VII diselenggarakan di Paroki Santo Fransiskus Assisi Epouto, Dekenat Paniai, Keuskupan Timika, selama sepekan setelah dibuka secara resmi pada Selasa (14/2/2023), berlangsung meriah.

Kegiatan Muspas Mee VII diadakan selama satu minggu (14 – 19/2/2023).

Data dari panitia Muspas Mee VII, peserta yang hadir di Paroki Epouto berasal dari tiga dekenat, yakni Dekenat Paniai (8 paroki), Dekenat Tigi (4 paroki dan 1 kuasi paroki), dan Dekenat Kamuu Mapia Piyaiye (10 paroki dan 1 kuasi paroki).

Juga utusan dari Nabire, Timika, Jayapura, Gereja Kingmi, kelompok budaya dan Bunani, serta undangan khusus. Jumlahnya sekira 3.000 orang.

Ribuan peserta Muspas Mee VII mengikuti kegiatan selama beberapa hari. Kegiatannya dibawah sorotan tema utama “Inkulturasi” dan sub tema “Aku Merayakan Liturgi Kehidupan” atau dalam bahasa Mee: “Aniya umitou kouko Ugatamee maida tadu atii”.

Perayaan misa kudus dipimpin Administrator Diosesan Timika, Pater Marthen Ekowaibi Kuayo, Pr, mengawali pembukaan Muspas Mee VII.

Pater Marthen dalam khotbahnya mengingatkan umatnya senantiasa berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan ragi orang Herodes, sesuai pesan Yesus dalam bacaan Injil.

Karena itu, kepada umat Tuhan di Meeuwodide, Pater Kuayo ajak untuk hidup baik seturut firman Tuhan agar jauh dari segala murka dan marah bahaya.

Usai misa pembukaan, dilanjutkan dengan penyampaian sambutan dari berbagai pihak.

Sambutan pertama dari Esau Tekege, ketua panitia Muspas Mee VII.

Selain melaporkan berbagai kegiatan persiapan umat bersama panitia untuk sukseskan Muspas Mee VII di Paroki Epouto, Esau Tekege akui Muspas Mee VII merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa sebelumnya yang dimulai tahun 2005 di Paroki St. Yusuf Enagotadi.

Baca Juga:  PTFI Bina Pengusaha Muda Papua Melalui Papuan Bridge Program

Selama Muspas Mee VII berlangsung, kata Tekege, bentuk kegiatannya antara lain ibadah, seminar, diskusi, dan perumusan hasil.

Dalam sambutan berikut, Administrator Keuskupan Timika, mengatakan, Muspas Mee sudah dimulai sejak 2005 dan saat ini yang ketujuh.

Dilansir laman Keuskupan Timika, pada Muspas pertama telah dirumuskan 8 pokok yang menjadi perhatian Gereja untuk wilayah Meeuwo. Salah satunya tentang “inkulturasi” yang menjadi tema utama pada Muspas Mee VII di Epouto.

Setiap Muspas diharapkan sebagai momentum istimewa bagi umat melihat kembali berbagai persoalan untuk kemudian cari sejumlah solusi terbaik. Salah satu maksud dari kegiatan besar ini yakni sarana bagi umat Tuhan menata hidup semakin dekat dengan Tuhan dengan meningkatkan kehidupan rohani maupun jasmani.

Sementara itu, bupati kabupaten Paniai, Meki Nawipa, dalam sambutannya, mengapresiasi sekaligus mendukung penuh pelaksanaan Muspas Mee VII.

Kata Meki, kegiatan Muspas telah melahirkan program-program yang relevan dengan kehidupan masyarakat dan seturut program pemerintah daerah. Misalnya, program pembangunan pendidikan, sosial ekonomi, pengelolaan tanah, dusun dan gunung sebagai sumber hidup masyarakat.

Meki Nawipa juga menekankan perlunya kerjasama yang baik antara pemerintah dan gereja dalam membangun negeri Meeuwo.

“Pemerintah daerah pada prinsipnya siap membantu Gereja untuk terus berkembang,” kata Meki.

Bupati Paniai menyatakan perlunya percepatan pembangunan di daerah. Menurutnya, pembangunan akan berjalan baik bila ada kerja sama antara pemerintah, Gereja dan masyarakat.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

“Tiga pihak ini harus saling mendukung, satu hati, satu pikiran agar semua program yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan sukses,” ujarnya.

Karena itu, Meki Nawipa minta dukungan semua pihak dengan menanggalkan segala perilaku kurang baik. Termasuk aktivitas negatif yang disadari dengan jelas selalu menghambat segala yang baik bahkan membawa orang ke jurang kehancuran.

“Kita harus tinggalkan ego, rasa benci dan rasa sombong. Mari kita saling menghormati dan mengasihi satu sama lain dalam membangun tanah Meeuwodide tercinta ini. Identitas kita sebagai orang Meeuwodide sudah hilang, mari kita tinggalkan kegiatan-kegiatan tidak baik seperti minuman keras (Miras), berbagai jenis perjudian antara lain Togel dan aneka permainan judi lain, palang jalan, dan lain sebagainya. Mari kita kembali ke Gereja,” tuturnya mengajak.

Sebelum akhiri sambutan, bupati tak lupa berterima kasih kepada semua tokoh terdahulu yang telah berjasa dalam ide dan kerja nyata dalam membangun Paniai dan Meeuwidode umumnya.

Juga mengajak warga masyarakat dapat mengatur dengan baik keuangannya.

Selain itu, semua yang terlibat diminta jaga keamanan dan ketertiban bersama hingga Muspas Mee VII berakhir.

“Semua masyarakat mari kita sukseskan Muspas Mee VII. Mari kita berdoa agar Tuhan selalu hadir di Meepago dan Papua umumnya,” ajak Meki Nawipa mengakhiri.

Penjabat gubernur Papua Tengah yang diwakili Ausilius You, Asisten I Setda Papua Tengah, dalam sambutannya, menyampaikan terima kasih kepada panitia maupun Keuskupan Timika yang selama ini konsisten dan tanpa lelah memberikan pelayanan pastoral luar biasa kepada segenap umat Tuhan di Meeuwodide.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Ausilius You kemudian mengajak semua pihak selalu menjaga rasa kekeluargaan, toleransi, dan kerjasama dalam membangun Meeuwodide dan umumnya Papua Tengah, serta menjaga keamanan terlebih menjaga diri, keluarga dan sesama.

Acara dilanjutkan dengan penyerahan anak panah dan busur dari ketua panitia Muspas Mee VII kepada pimpinan Gereja dan pemerintah. Lalu, penyematan kartu anggota Muspas Mee VII sebagai tanda kegiatan secara resmi dibuka.

Pembukaan Muspas Mee VII ditutup dengan acara “Ebamukai” atau gelar tikar untuk sumbang derma yang dihadiri pula umat dari Gereja Kingmi Papua, komunitas Bunani, para pejabat dari tiga kabupaten, serta undangan lainnya.

Muspas merupakan program Gereja Katolik di Dekenat Paniai. Muspas awal mula digagas setelah melihat berbagai dinamika yang mesti disikapi umat Tuhan dalam membaca tanda-tanda zaman. Hasil pergumulan dan diskusi dari Tim Pastoral bersama kaum awam mengerucut pada perlunya ruang dan waktu untuk bicara sekaligus ditindaklanjuti dalam kehidupan menggereja.

Maka, awal Februari 2005 diadakan Muspas pertama kali di Paroki St. Yusuf Enagotadi.

Lalu, Muspas kedua tahun 2008 di Paroki St. Yohanes Pemandi Waghete.

Tiga tahun kemudian (2011), Muspas ketiga di Paroki St. Fransiskus Obano.

Selanjutnya, tahun 2014 Paroki Segala Orang Kudus Diyai jadi tuan rumah Muspas Mee IV.

Tahun 2017 Muspas Mee V dilaksanakan di Paroki Salib Suci Madi.

Dan, Muspas Mee VI tahun 2020 di Paroki Kristus Kebangkitan Kita Damabagata. (*)

Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Partai Demokrat se-Papua Tengah Jaring Bakal Calon Kepala Daerah Jelang Pilkada...

0
Grace Ludiana Boikawai, kepala Bappiluda Partai Demokrat provinsi Papua Tengah, menambahkan, informasi teknis lainnya akan disampaikan panitia dan pengurus partai Demokrat di sekretariat pendaftaran masing-masing tingkatan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.