BeritaLingkunganPentas Papua Reggae Jungle untuk Selamatkan Hutan dan Air

Pentas Papua Reggae Jungle untuk Selamatkan Hutan dan Air

SENTANI, SUARAPAPUA.com — Memperingati hari hutan sedunia dan air sedunia, sejumlah seniman Papua yang tergabung dalam Komunitas Rasta Kribo Papua (Kork) mengadakan festival Papua Reggae Jungle (PRJ) selama dua hari di lapangan Pirigin, kampung Bambar, distrik Waibhu, kabupaten Jayapura, Papua.

Thedy Pekei, ketua panitia festival PRJ, mengatakan, kegiatan ini pada prinsipnya mau mengajak kesadaran setiap orang menjaga kelestarian alam, hutan, dan air demi keselamatan manusia ciptaan Tuhan di seluruh dunia.

“Kegiatan ini didukung oleh banyak pihak. Tujuan kegiatan ini dalam rangka hari hutan sedunia pada tanggal 21 Maret dan hari air sedunia 22 Maret. Jadi, kami buat dengan pentas musik, penanaman pohon, supaya ketika ada air dapat menghasilkan air yang baik demi kehidupan manusia di dunia ini,” jelasnya kepada suarapapua.com, Rabu (22/3/2023) malam.

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

Kata Thedy, seturut dengan dua hari penting, kegiatan ini mengusung tema utama “Hutan dan air sumber kehidupan”.

Festival dimeriahkan para seniman yang tergabung dalam Kork Papua. Turut didukung Papua Bangkit Sound System, dan Gudang Garam. Juga bantuan dan sponsor lain seperti pemerintah provinsi Papua dan pemerintah kabupaten Jayapura.

Sejumlah komunitas turut terlibat, antara lain pameran film dari Papuan Voices, Komunitas Tato, dan demo sajian kuliner khas Papua.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

“Saya berharap agar kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun. Karena hutan dan air sangat dibutuhkan dalan kehidupan,” ujar Pekei.

Selain festival reggae dengan live music, dalam dua hari itu diwarnai beberapa kegiatan. Antara lain penanaman sejumlah pohon, kemah, bazar, pameran, dan lain-lain.

Thedy menyebutkan sedikitnya 12 group band turut memeriahkan PRJ yang diadakan kali kedua ini.

“Ada dua belas group band yang tampil di sini, yakni Anak Danau Band, Bar Abib Band, Black United Band, Dave Solution, Insos Ori, Meeuwodide Band, Meyom One, Pikon Vibration, Rasmel Band, Sga Rijde Band, dan Wone Robots Band,” rincinya.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

Sementara itu, Charles Toto dari Papua Jungle Chef yang hadir dalam festival ini, menyatakan sudah waktunya orang Papua kembali ke pangan lokal.

Orang Papua menurutnya harus kembangkan potensi pangan lokal yang ada dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia berharap, tidak lagi biasakan diri dengan hasil olahan dari pabrik yang instan.

“Saya bisa keliling dunia karena saya bisa olah makanan lokal. Semua bahan asli Papua. Makanan lokal itu semuanya ada di daerah kita termasuk airnya juga. Dari kegiatan seperti ini saya berharap agar kita kembangkan pangan lokal,” kata Chato, panggilan akrab Charles Toto.

Pewarta: Ardi Bayage

Terkini

Populer Minggu Ini:

Orang Mee dan Moni Saudara, Segera Hentikan Pertikaian!

0
“Kami tegaskan, jangan terjadi permusuhan sampai konflik diantara orang Mee dan Moni. Semua masyarakat harus tenang. Jangan saling dendam. Mee dan Moni satu keluarga. Saudara dekat. Cukup, jangan lanjutkan kasus seperti ini di Nabire, dan di daerah lain pun tidak usah respons secara berlebihan. Kita segera damaikan. Kasus seperti ini jangan terulang lagi,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.