ArtikelMengenang Gerardus Thommey, Prajurit Papua Angkatan Pertama

Mengenang Gerardus Thommey, Prajurit Papua Angkatan Pertama

Oleh: Ibrahim Peyon, Ph.D)*
)* Penulis adalah Akademisi dan Antropolog Papua

Pertama kali saya bertemu bapak Gerardus Thommey di Belanda. Mendengar semua cerita perjuangan dan perjalanan hidupnya, saya tergagum. Bapak Gerardus adalah angkatan pertama sebagai prajurit TPN-OPM, salah satu orang kepercayaan Jacob Pray. Gerardus diangkat dan dilantik sebagai Panglima Kodap Merauke yang pertama.

Setelah pelantikan, ia bersama rombongannya berjalan kaki dari Waris ke Boven Digul dan buka markas pertahanan di sana. Tidak lama kemudian ia pimpin konfrontasi dengan militer Indonesia, dan menghabiskan pos ABRI di Tanah Merah. Akibat kekalahan itu, ABRI serang perkampungan masyarakat dengan bom dari udara dengan helikopter.

Karena sulit hindari serangan ABRI, Gerardus pimpin pasukannya membawa rakyat ke hutan di perbatasan PNG, kemudian mengungsi ke Giyungga, PNG. Di sana mereka buka tempat pengungsian.

Gerardus jadikan tempat itu sebagai pusat pertahanan, dan terus melancarkan perang kepada ABRI di Tanah Merah dan sekitarnya. Akibatnya, pemerintah Indonesia intervensi kepada pemerintah PNG dan polisi PNG tangkap Gerardus Thommey dan beberapa orang lain dan dimasukan penjara di PNG.

Pada suatu hari, mereka dikunjungi di penjara oleh utusan PBB, urusan pengungsi. Pejabat PBB itu adalah seorang Afrika asal Ghana. Diplomat PBB itu minta orang-orang West Papua yang ditahan di penjara itu dikirim ke Afrika.

Sesuai permintaan diplomat itu, Gerardus dan beberapa lainnya dikirim ke Afrika. Mereka diterima oleh presiden Senegal dan akhirnya kedutaan West Papua dibuka di sana. Gerardus dan lainnya tinggal di sana, tetapi karena pertengkaran internal yang menyebabkan seorang teman mereka dari suku Mee dipukul dan mati, maka pemerintah Segenal tutup kantor itu. Hingga mereka dikirim ke Belanda sesuai permintaan mereka.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Gerardus mengatakan ia merasa kehilangan teman baiknya itu. Gerardus adalah salah satu tokoh yang ikut korban dalam peristiwa itu. Ia kemudian ke Belanda dan menetap di sana.

Pada tahun 2004, Gerardus pertama kali bertemu dengan Benny Wenda di Belanda. Dia dengar bahwa ada seorang muda klan Wenda datang dari Inggris, dan akan bicara dalam komunitas West Papua di Belanda. Setelah mendengar fam Wenda, ia sudah tahu kalau itu anaknya Jenderal Mathias Wenda, teman sejati Gerardus.

Ketika Gerardus di pertemuan itu, mengikuti semua pembicaraan Benny, tentang perjuangan dan apa yang akan dilakukannya. Benny sampaikan persatuan orang Papua di luar negeri, tetapi orang Papua di Belanda saat itu tidak terima serius karena mereka masih terbagi dalam faksionis.

Beberapa orang menawarkan Benny Wenda untuk bermalam di rumah mereka. Secara diam-diam Gerardus dekati Benny, namun Benny sendiri sudah punya rencana akan bermalam dengan Gerardus.

Setelah di rumahnya, mereka berdua diskusi agenda perjuangan. Gerardus cerita semua pengalamannya. Lalu, Benny diminta untuk dipertimbangkan. Satu pertanyaan Gerardus kepada Benny, “Anak, apakah anak datang atas nama OPM atau organisasi apa?” Benny menjawab, bahwa ia datang atas nama DeMMAK. Dengar itu, Gerardus usulkan kepada Benny, bahwa anak bentuk organisasi bernama Free West Papua Campaign (FWPC).

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Berdasarkan usulan itu, Benny Wenda membentuk Free West Papua Campaign di Inggris. Kemudian, cabangnya diluncurkan di seluruh dunia. Kita lihat saat ini.

Sejak itu, seluruh hidup Gerardus Thommey dan istrinya habiskan untuk mendukung Benny Wenda. Tiap bulan selama dua minggu Gerardus ke Inggris untuk menjaga keluarga Benny. Setelah kembali, giliran istrinya ke Inggris untuk dua minggu sisanya.

Gerardus selalu mendorong Benny Wenda, dan selalu menjadi pertahanan terkuat untuk Benny dalam perjuangan ini. Menghormati jasa-jasa Gerardus Thommey, anak bungsu Benny Wenda mengambil nama Thommy dari kakeknya ini.

Di Belanda, Gerardus Thommey juga menasehati dan mendampingi Oridek Ap dan adik-adiknya, untuk bersama-sama mendorong agenda-agenda perjuangan.

Ada satu cerita lucu. Suatu hari Gerardus bicara agenda perjuangan tertentu. Oridek masih sangat muda waktu itu. Oridek ke rumah berdebat dengan Gerardus. Tetapi, Gerardus tersenyum saja diperlakukan sebagai orang tua. Dia bilang, “anak, nanti baru tahu setelah sudah dewasa.”

Secara perlahan, Gerardus dekati Oridek dan mendorong perjuangan mereka.

Oridek mengatakan, waktu itu masih muda, jadi tidak mengerti maksud baik bapak Gerardus Thommey.

Beberapa saat kemudian barulah rasakan pentingnya kehadiran orang tua satu ini. “Dan akhirnya Gerardus satu-satunya orang tua yang dorong kami di sini. Geradus adalah orang yang paling setia. Semangat nasionalisme selalu mendidih dalam tubuhnya. Walau usianya makin tua, tetapi semangatnya tidak pernah luntur. Setiap kegiatan apa pun dia selalu paling depan,” demikian Oridek.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Pada suatu hari, Oridek, Raki, dan saya ke Brussel untuk beberapa agenda. Kami ke rumah bapak Gerardus untuk minta petunjuk. Saat itu bapak Gerardus masih sakit. Tetapi, Gerardus menyatakan bersedia ikut dampingi kami ke Brussel. Kami bertiga terkejut, bagaimana bapak masih sakit, tetapi ia temani kami.

Dalam perjalanan, bapak Gerardus berkata, “Anak-anak, bapak sudah tua dan kondisi sakit, tetapi bapak harus dampingi anak-anak untuk memberi semangat kalian bahwa ada orang tua ikut. Kami orang tua tidak tinggalkan kamu sendiri, tetapi kami harus dampingi kalian untuk memberikan semangat. Suatu saat kalau bapak sudah tidak ada lagi, kalian akan ingat bahwa orang tua selalu ada dengan kalian.”

Ah… bapak Gerardus Thommey, sungguh sangat berharga nasihat dan dedikasimu. Sungguh engkau pahlawan sejati. Terima kasih bapak atas kebersamaan, keramahan, dan humor-humormu. Saya minta maaf, hasil wawancara denganmu belum tulis, karena data itu tidak sempat bawa, dan masih tersimpan dalam file di Jerman. Tetapi, pasti akan saya tulis untuk mengingat perjuanganmu.

Selamat jalan bapak….

Beristirahatlah dengan tenang dan damai di Sorga bersama Tuhan Allah dan Yesus Kristus. Tuhan akan menempatkanmu di sisi-Nya sesuai perjuangan dan pengorbananmu untuk bangsa besar ini. (*)

 

Terkini

Populer Minggu Ini:

61 Tahun Aneksasi Bangsa Papua Telah Melahirkan Penindasan Secara Sistematis

0
“Kami mendesak tarik militer organik dan non organik dari tanah Papua dan hentikan operasi militer di atas tanah Papua. Cabut undang-undang Omnibus law, buka akses jurnalis asing dan nasional seluas-luasnya ke tanah Papua,” pungkasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.