Laporan WargaPapuan Voices Bekali Puluhan Anak Muda di Nabire Teknik Bikin Film Dokumenter

Papuan Voices Bekali Puluhan Anak Muda di Nabire Teknik Bikin Film Dokumenter

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Bukan hanya di Jayapura dan daerah lain di Tanah Papua. Perlahan, Papuan Voices mulai merambah ke wilayah baru. Nabire dipilih sebagai tempat memperkenalkan bagaimana cara memproduksi film dokumenter berdurasi pendek. Manusia dan alam Papua adalah fokus karyanya.

Selama enam hari tim Papuan Voice ada di Nabire, ibu kota provinsi Papua Tengah.

Tidak cuma teori saja. Puluhan anak muda berkesempatan menerapkan langsung cara buat film dokumenter.

Sabtu (29/4/2023) malam bertempat di kafe Enauto Coffee, Nabire, Papuan Voices hadir di tengah-tengah sejumlah anak muda dari wilayah adat Meepago dan Saireri.

Ini puncak dari serangkaian kegiatan yang diawali 24 April 2023. Papuan Voices memperkenalkan karya selama ini, juga memberikan sejumlah materi pelatihan.

Kepada puluhan anak muda yang hadir, Papuan Voices memperkenalkan juga alat dan jenis-jenis shoot gambar. Kepada mereka juga diajarkan praktek pengambilan video yang baik menurut Papuan Voices.

Herman Degei dari Nabire mengabarkan kepada suarapapua.com, hasil pengambilan video tersebut kemudian dievaluasi bersama oleh dua fasilitator dari Papuan Voices.

Tiga hari berikutnya adalah waktu untuk anak-anak muda mempraktikkan langsung di lapangan. Pembuatan film dokumenter didampingi langsung tim Papuan Voices.

Asrida Elisabeth dari Papuan Voices menjelaskan, “Papuan Voices hadir di Nabire untuk memperkenalkan pentingnya film dokumenter. Memberikan pelatihan sekaligus langsung praktek. Tentu kami senang karena ada beberapa anak muda dari Nabire dan sekitarnya yang ikut langsung, hadiri pertemuan hingga terakhir mereka bisa hasilkan karya.”

Asrida turut mendampingi langsung puluhan anak muda itu.

Kepada mereka, Asrida mengajarkan teknik pengambilan video, teknik merekam objek, dan lain-lain. Ia juga mengevaluasi hasil karya mereka.

“Dari semua anak-anak muda itu, rata-rata baru belajar. Jadi, kami dampingi, kami evaluasi karya mereka dan memang wajar kalau ada kesalahan. Itu hal biasa. Kami lihat hasil rekaman, evaluasi kesalahannya, termasuk aspek lain yang wajib diperhatikan dalam pembuatan film dokumenter,” jelasnya.

Baca Juga:  Suku Abun Gelar RDP Siap Bertarung Dalam Pilkada 2024

Setelah tiga hari praktek di lapangan, kata film maker asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah lama hidup di Tanah Papua itu, berpuncak dengan pemutaran dan diskusi film dokumenter.

“Acara ini adalah puncak dari pelatihan pembuatan film dokumenter yang diadakan oleh Papuan Voices di Nabire dari tanggal 24 hingga 28 April 2023,” kata Asrida.

Sedikitnya 25 orang hadir di sana. Hadir pula dua orang yang menjadi tokoh dalam dua film itu.

Dua film yang diputar dan didiskusikan yaitu “Berbuah Merah” dan “Selektif Omnivora”. Keduanya dihasilkan peserta pelatihan di Nabire. Selama 3 hari, 5 orang peserta dibagi dua kelompok, terlibat menggarapnya.

Peserta pelatihan saat menonton hasil karyanya sebelum didiskusikan, Sabtu (29/4/2023) malam di kafe Enauto Coffee, Nabire. (Herman Degei untuk Suara Papua)

Jebulon Bunai, salah satu peserta pelatihan pembuatan film dokumenter yang diadakan Papuan Voices, merasa sangat senang dengan kegiatan ini. Baginya, dengan modal semangat yang dimilikinya selama ini untuk mengabadikan berbagai objek melalui jepretan kamera, terbantu sekali dengan pelatihan dari Papuan Voices.

Fotografer muda ini menceritakan, setelah di hari pertama mendapat berbagai hal melalui sesi perkenalan dilanjutkan dengan penyampaian materi pelatihan dan pengenalan alat beserta jenis-jenis shoot gambar serta praktek pengambilan video di hari kedua, ketiga, keempat dan kelima hingga puncaknya dievaluasi tim fasilitator, menyadari banyak kurangnya. Meski itu merupakan pelajaran tersendiri bagi anak muda ini.

“Sebelum proses pembuatan film dokumenter, kami lalui beberapa tahapan itu. Saya menilai kehadiran Papuan Voices di Nabire memang sangat tepat karena semangat kami selama ini sudah ditunjang dengan kegiatan ini. Jadi, sebelum turun lapangan, kami mulai kumpulkan ide cerita. Dari beberapa ide cerita yang muncul saat itu, dipilih hanya dua saja. Dua ide cerita itulah yang dikembangkan menjadi ide utama film, siapa tokohnya, dibuatkan sinopsis, susun pertanyaan untuk bahan wawancara, dan aktivitas yang dilakukan tokoh, kemudian susun storyboard,” tutur Bunai.

Baca Juga:  Heboh! Banyak Bangkai Babi di Mimika Dibuang ke Aliran Sungai

Sekilas, film pertama berjudul “Berbuah Merah” bercerita tentang Despince Yumai, seorangsarjana tata boga di Nabire yang mencoba mengembangkan buah endemik Papua yaitu buah merah. Ia ubah buah merah menjadi satu produk pangan dalam bentuk sambal yang bisa dikonsumsi masyarakat luas.

Sementara, film kedua “Selektif Omnivora”, bercerita tentang Meli Badii, anak muda di Nabire yang sudah 11 tahun tidak mengkonsumsi nasi beserta beberapa produk industri makanan dan minuman lainnya.

Asrida juga menjelaskan, Papuan Voices adalah komunitas film maker di Tanah Papua yang fokus memproduksi dokumenter berdurasi pendek tentang manusia dan tanah Papua. Film dokumenter itu bertujuan mengangkat cerita-cerita tentang Papua dari sudut pandang orang Papua sendiri.

“Ada tiga kegiatan yang rutin dilakukan oleh Papuan Voices, yaitu pelatihan pembuatan film dokumenter, festival film Papua, dan pemutaran film.”

Asrida melihat ada semangat luar biasa yang diperlihatkan puluhan anak muda di kota Nabire.

“Dengan adanya beberapa peserta dari Nabire yang ikut pelatihan sampai terakhir menghasilkan karya ini, kami berharap agar ke depannya semakin banyak generasi muda Papua yang terlibat. Nah, yang sudah tahu, bisa ajarkan lagi kepada yang belum tahu. Begitu seterusnya,” kata Asrida.

Sementara itu, Yanuarius Anouw, peserta lainnya, mengapresiasi Papuan Voices yang bersedia bikin pelatihan hingga dalam beberapa hari anak-anak muda bisa hasilkan karya yang kemudian mendapat atensi luar biasa dari fasilitator.

Apresiasi dari direktur Bentara Papua ini mengingat pelatihan yang dibuat tim Papuan Voices sangat tepat di era digital.

Baca Juga:  PWI Pusat Awali Pra UKW, 30 Wartawan di Papua Tengah Siap Mengikuti UKW

“Di zaman digital seperti sekarang ini, kalau kita mau angkat cerita tertentu, advokasi atau kampanye tentang masyarakat adat atau hutan adat, itu lebih cocok dengan video dokumenter seperti ini. Orang cenderung mau mendapatkan informasi dari medium video ketimbang baca berita,” kata Anouw.

Diskusi tim Papuan Voices bersama peserta pelatihan pembuatan film dokumenter usai pemutaran hasil karyanya, Sabtu (29/4/2023) malam di kafe Enauto Coffee, Nabire. (Herman Degei untuk Suara Papua)

Ia juga menyarankan tim Papuan Voices tidak bosan-bosan untuk terus membekali generasi muda Papua dengan teknik pembuatan film dokumenter.

“Lanjutkan lagi pelatihan seperti ini supaya banyak orang terutama anak muda bisa terlatih untuk mengangkat banyak cerita ke publik dalam bentuk film dokumenter. Sebab film dokumenter mampu membuat penonton mengetahui hal-hal unik di sekitarnya, bisa memantik penonton untuk merefleksikan ulang realita di sekitarnya karena film dokumenter bisa jadi cermin realitas dan juga punya kekuatan untuk mendorong perubahan,” tuturnya.

Papuan Voices menanggapi hal itu dengan mengatakan pihaknya sangat terbuka untuk kerja sama berkaitan dengan pelatihan, pembekalan bahkan praktek lapangan untuk menghasilkan karya, termasuk juga pemutaran film.

“Pastinya kami siap saja kalau ada yang minta Papuan Voices. Bagi Papuan Voices, hal-hal baik harus disebarluaskan untuk kehidupan yang lebih baik,” kata Asrida.

Tertarik dengan sebagian besar film dokumenter karya teman-teman Papuan Voices? Kata Asrida, silakan diakses secara gratis di chanel YouTube Papuan Voices.

Diskusi film berlangsung selama dua jam lebih. Dimulai pada Pukul 20.00 WIT berakhir tepat Pukul 22.30 WIT.

Foto bersama selepas acara pemutaran film dan diskusi film mengakhiri serangkaian kegiatan selama enam hari di Nabire.

Para peserta yang hadir diberi pilihan. Boleh pulang, boleh juga tetap di kafe Enauto Coffe hingga Pukul 24.00 WIT. Bagi yang bertahan menyimak beberapa film dokumenter karya tim Papuan Voices dari daerah lain di Tanah Papua.

Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Parpol Harus Terbuka Tahapan Penjaringan Bakal Calon Bupati Tambrauw

0
SORONG, SUARAPAPUA.com --- Forum Komunikasi Lintas Suku Asli Tambrauw mengingatkan pengurus partai politik di kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya, untuk transparan dalam tahapan pendaftaran...

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.