DEKAI, SUARAPAPUA.com — Berbeda dari tahun sebelumnya, siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Ninia, Dekai, kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada tahun ajaran 2022/2023 tidak bisa meraih tingkat kelulusan 100% lantaran satu orang dinyatakan gugur.
Hal ini diketahui setelah adanya pengumuman kelulusan siswa-siswi SMA N Ninia yang diumumkan secara serentak, Jumat (5/5/2022) kemarin.
Natalina Tampangallo, kepala SMA N Ninia, mengatakan, dari hasil pengumuman, ada satu siswa dinyatakan gugur lantaran yang bersangkutan tidak respons saat dikonfirmasi pihak sekolah.
“Peserta ujian sebenarnya 124 siswa, tetapi satu orang dinyatakan gugur karena anaknya dihubungi tidak memberikan respons apa-apa, jadi mungkin anak ini tidak mau lagi bersekolah,” kata Natalina kepada wartawan, Jumat (5/5/2023) siang di komplek SMA N Ninia.
Diakuinya, kondisi saat ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di awal pembelajaran, skema pendidikan di tengah masa pandemi Covid-19, muncul lagi dampak kasus rasisme dan beberapa kejadian di kota Dekai. Makanya banyak waktu libur sekolah.
“Kita mau bagaimana lagi, kondisinya memang seperti itu. Jadi, selain kita berusaha berkoordinasi dengan guru-guru untuk anak-anak tetap belajar, kita juga buatkan tugas,” jelasnya.
Meski kesal karena banyak waktu terbuang begitu saja, ia akui di ibu kota kabupaten selama beberapa waktu terakhir sudah mulai kondusif.
“Berapa saat ini mulai kondusif, tetapi kami merasa rugi dengan waktu yang terbuang tanpa proses belajar dan mengajar dengan baik,” ucapnya dengan nada sedih.
Natalina berharap, siswa-siswi setelah selesaikan sekolah ini agar dapat lanjutkan ke peguruan tinggi supaya bisa menjadi penerus bangsa dan daerah, juga Gereja.
“Jadi anak-anak yang cerdas, punya pengetahuan dan punya iman yang kuat supaya bisa membawa pengaruh yang baik di lingkungan keluarga, gereja dan masyarakat pada umumnya,” pesan Natalina.
Tomi Luku, salah satu siswa kelas XII mengatakan, setelah lulus bersama 123 peserta lainnya, siap lanjutkan pendidikan.
Selama tiga tahun penuh dengan tantangan, namun bagi Tomi, itu telah dilaluinya hingga pada puncak pengumuman kelulusan.
Tantangan yang dimaksudnya, belajar kadang tidak fokus akibat situasi di daerah. Tetapi bersyukur karena mereka selalu belajar dengan cara lain, yakni mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) dari para guru. Cara itu diyakini turut membantu hingga akhirnya lulus ujian.
“Sebenarnya kami tidak fokus belajar, tetapi kami terbantu karena biasa ada banyak tugas-tugas PR dari guru. Itu sangat membantu kami,” imbuh Tomi.
Pewarta: Atamus Kepno
Editor: Markus You