SORONG, SUARAPAPUA.com — Gedi bungkus adalah salah satu cara mama-mama Papua dari suku Moi Kelim mengolah sayur khas untuk disajikan dalam acara-acara besar ataupun buat konsumsi dalam rumah tangga.
Gedi adalah salah satu tumbuhan tropis dari family malvacea atau mallows. Daun gedi dikelompokkan dalam kelas abelmoschus.
Di Jawa, daun gedi hanya direbus dan airnya saja yang dikonsumsi.
Di Papua, khususnya wilayah kepala burung atau Sorong Raya, daun gedi diolah dengan berbagai cara untuk memenuhi konsumsi sehari-hari.
Di tanah Moi, khususnya di suku Moi Kelim, kabupaten Sorong, kita jumpai gedi bungkus. Daun gedi diambil satu-satu ditumpukan menjadi satu, lalu digulung-gulung hingga diikat dengan batang sele. Batang sele sebagai pengikat sekaligus pewangi sayur gedi. Setelah itu, rica, bawang merah dan bawang putih digoreng hingga kecoklatan, kemudian tuangkan air secukupnya.
Selanjutnya ditunggu hingga mendidih, lalu masukan gedi bungkus. Begitu ditutup agar airnya mendidih dan sayur gedi cepat masak. Langkah berikut taburkan garam dan penyedap lainnya, lalu disajikan untuk disantap.

Tergantung selera, bila ingin menggunakan sambal, maka dibuat sambal balado ataupun sambal goreng.
Untuk mempercepat pencernaan, baiknya dikonsumsi tanpa nasi atau bisa juga dengan papeda.
Rekomendasi kami: sangat nikmat bila dikonsumi dengan papeda.
Berbeda dengan mama-mama di suku Abun, Tambrauw. Dahulu, cara mengelolanya, daun gedi dibungkus dengan sagu, sayur lilin ataupun kasbi parut, lalu dimasukan dalam bambu dan siap dipanggang di bara api selama 30 hingga 45 menit.
Adakala disajikan langsung, tetapi juga bisa disimpan buat konsumsi di sore, malam, atau hari berikutnya.
Sekarang setelah perkembangan zaman, kadang-kadang tidak menggunakan bambu, tetapi bisa dikukus di dandang.
Jika berkunjung ke tanah Moi, Sorong kota dan kabupaten, tetapi belum pernah mencoba mencicipi gedi bungkus artinya belum sampai di wilayah kepala burung. []