PolhukamHukumTragedi Pengungsi Dekai: Ima Selepole Dianiaya, Aminera Kabak Dibunuh Sadis

Tragedi Pengungsi Dekai: Ima Selepole Dianiaya, Aminera Kabak Dibunuh Sadis

DEKAI, SUARAPAPUA.com — Dua orang perempuan di Dekai, kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, dianiaya orang tak kenal (OTK) hingga satunya ditemukan tak bernyawa. Satu lainnya luka berat, dirawat di RSUD Dekai.

Tragedi memilukan itu terjadi dalam sehari di tempat yang sama dengan perbedaan waktu dua jam pada Rabu (11/10/2023) pagi di area kebun Lokasi Baru Kilometer 5 ujung jalan Statistik, distrik Dekai, kabupaten Yahukimo.

Kedua korban diketahui bernama Aminera Kabak (29), dan Ima Selepole (27).

Berdasarkan penuturan keluarga korban, pada pagi hari kedua ibu itu ke kebun. Dalam perjalanan diserang OTK terhadap Ima Selepole bersama anaknya yang berusia sekira 8 tahun.

“Dia (pelaku) tidak pake baju, hanya celana pendek saja. Mukanya tertutup topeng. Dia bilang ko balik pulang,” cerita anak dari ibu Ima, Rabu (11/10/2023).

Awalnya pelaku memaksa berhubungan badan, namun korban tolak. Karenanya, pelaku menganiaya hingga korban menderita luka-luka berat.

“Tusuk dengan pisau di kepala, terus di dekat alat kemaluan juga,” jelas Panius Bayage, suami Ima Selepole.

Kata Panius, anak itu lari ke rumah untuk meminta pertolongan. Pihak keluarga bergegas ke tempat kejadian, tetapi pelaku sudah kabur. Di lokasi kejadian hanya seorang diri sedang dalam kondisi kritis. Keluarga langsung mencari mobil dan antar ke RSUD Dekai.

Baca Juga:  Usut Tuntas Oknum Aparat yang Diduga Aniaya Warga Sipil Papua

“Sekitar jam sebelas siang kami bawa ke rumah sakit. Petugas medis sudah rawat, tapi ibu belum sadar kembali,” jelasnya.

Ciri-ciri pelaku tak bisa dipastikan karena mengenakan topeng. Tetapi bisa diketahui kalau dia orang Papua.

“Kami minta pelaku harus segera ditangkap dan diproses hukum,” ujar Zakius Bayage, keluarga korban.

Sementara kasus kedua, seorang melintas area kebun balik pulang ke kebun menemukan Aminera Kabak tergeletak tak bernyawa. Kejadian itu disampaikan kepada warga terdekat dan keluarga laporkan ke Polres Yahukimo.

“Kami terima informasi langsung ke Polres baru kita turun sama-sama masuk ke tempat kejadian lalu langsung bawa ke rumah sakit,” kata Andi Pahabol, salah satu keluarga korban.

Di mata Sarmin Hubusa, pemilik lokasi kebun,cara pembunuhannya sangat sadis dan keji. Posisi leher dan kedua tangannya diikat ke belakang hingga alat vital dibelah dengan pisau.

“Kasus penganiayaan hari ini dua orang perempuan, tempat yang sama, cuma jam yang berbeda. Kejahatannya sangat sadis dan tidak manusiawi,” ujarnya .

Tak ada cara lain di luar hukum bagi pihak keluarga korban, kecuali serahkan sepenuhnya ke pihak berwajib dan Tuhan untuk melihat pelaku kejahatan itu.

“Saya pesan tidak usah ada gerakan tambahkan karena kita semua belum pasti tahu pelakunya. Harap pihak kepolisian segera menemukan pelaku,” pinta keluarga korban penganiayaan.

Baca Juga:  Penyebutan Rumput Mei Dalam Festival di Wamena Mendapat Tanggapan Negatif
Ibu Aminera Kabak (29) saat dirawat di RSUD Dekai, kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Rabu (11/10/2023) sore. (Atamus Kepno – Suara Papua)

Sangat Sedih

Keluarga Aminera Kabak dirundung duka mendalam setelah kenyataan pahit harus dialami dari pengungsian.

Sudah terusir dari rumahnya setelah beberapa waktu lalu terjadi kontak tembak TNI/Polri dan TPNPB Kodap XVI Yahukimo di distrik Dekai, Aminera Kabak harus meregang nyawanya.

Kenelak Pahabol, suami dari almarhumah Aminera Kabak yang juga pengungsi, merasa kesal karena sampai sekarang belum bisa kembali ke rumah dan tidak beraktivitas seperti biasanya, hingga harus mengalami tragedi memilukan itu dari tempat pengungsian.

“Kami ini keluarga pengungsi, setelah kejadian baku tembak itu kami pindah ke sini dan tadi mama ke kebun begini orang bunuh,” tuturnya sambil menyeka linangan air mata.

Ditemui di rumah duka Jln. Angguruk Pemukiman Bawah, Dekai, Rabu (11/10/2023) sore, Kenelak Pahabol mengaku sangat terpukul dengan kejadian sadis yang menimpa istrinya.

“Istri saya salah apa? Kenapa aniaya sampe bunuh begini? Kurang ajar,” ujar Pahabol.

Yali Silak, salah satu perwakilan pemuda, mengaku awalnya ada pemberitahuan dari aparat keamanan bahwa khusus laki-laki tidak boleh beraktivitas di wilayah Lokasi Baru Ujung Jalan Statistik, Dekai.

“Dari pihak TNI dan Polri, laki-laki dilarang ke bawah. Sekarang laki-laki itu (pelaku penganiayaan) bisa ada di situ dan buat kejahatan ini. Wah, aneh sekali,” tutur Yali.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Segera Perintahkan Panglima TNI Proses Prajurit Penyiksa Warga Sipil Papua

Ia tidak bermaksud menyalahkan pihak manapun, tapi herannya pelaku mencabut nyawa orang tak bersalah itu bisa ada di tempat yang dilarang. Sementara tempat kejadian masih dibawah kendali pihak keamanan.

“Kami tidak salahkan TNI dan Polri, tapi kenapa harus ada pembiaran? Kami bingung dan heran saja, di bawah itu masyarakat biasa tidak bisa turun, tapi pelaku bisa berani masuk dan melakukan tindakan kejahatan terhadap perempuan dan anak,” kesalnya.

Silak juga minta bantuan dari pihak berwenang bersama pemerintah untuk menginvestigasi kasus pembunuhan itu. Sekaligus memberikan jaminan hak hidup seluas-luasnya kepada warga masyarakat di kamp pengungsian.

“Kami minta pemberdayaan perempuan dan anak segera datang investigasi kasus ini dan berikan jaminan hidup kepada perempuan dan anak,” ujar Silak.

Senada, Andi Pahabol, salah satu warga setempat mendesak pemerintah daerah segera telusuri kedua kasus itu. Tangkap dan adili pelakunya.

“Kami dari wilayah tiga minta kepada pemerintah segera telusuri motif pembunuhan ini karena pembunuhannya sangat keji, tidak manusiawi. Tolong, pemerintah segera tangkap dan proses oknum pelakunya.”

Andi tegaskan, “Jangan ada pembiaran terhadap manusia jahat. Pemerintah harus tegas. Tidak salahkan siapa-siapa, kami kutuk pelakunya. Harap segera terungkap.” []

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kadis PUPR Sorsel Diduga Terlibat Politik Praktis, Obaja: Harus Dinonaktifkan

0
Kadis PUPR Sorsel Diduga Terlibat Politik Praktis, Obaja: Harus Dinonaktifkan SORONG, SUARAPAPUA.com --- Bupati Sorong Selatan, Papua Barat Daya, didesak untuk segera mencopot jabatan kepala dinas PUPR karena diduga telah melanggar kode etik ASN. Dengan menggunakan kemeja lengan pendek warna kuning dan tersemat lambang partai Golkar, Kadis PUPR Sorong Selatan (Sorsel) menghadiri acara silaturahmi Bacakada dan Bacawakada, mendengarkan arahan ketua umum Airlangga Hartarto dirangkaikan dengan buka puasa di kantor DPP Golkar. Obaja Saflesa, salah satu intelektual muda Sorong Selatan, mengatakan, kehadiran ASN aktif dalam acara silatuhrami itu dapat diduga terlibat politik praktis karena suasana politik menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan secara serentak tanggal 27 November 2024 mulai memanas. “ASN harus netral. Kalau mau bertarung dalam Pilkada serentak tahun 2024 di kabupaten Sorong Selatan, sebaiknya segera mengajukan permohonan pengunduran diri supaya bupati menunjuk pelaksana tugas agar program di OPD tersebut berjalan baik,” ujar Obaja Saflesa kepada suarapapua.com di Sorong, Sabtu (20/4/2024).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.