SORONG, SUARAPAPUA.com — Rustamadji, rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, kembali membekukan proses pemilihan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selama sebulan.
Kebijakan pembekuan proses sementara dilakukan untuk menjawab tuntutan mahasiswa terkait penolakan pemilihan BEM secara online, Rabu (8/11/2023).
“Pemilihan BEM dibekukan hingga bulan depan,” ujar Rustamadji di hadapan ratusan mahasiswa Unimuda Sorong.
Rektor Unimuda mengatakan, keputusan pembekukan pemilihan BEM sementara berdasarkan hasil audiensi dengan perwakilan mahasiswa karena belum menemukan solusi final. Ia juga menyatakan, Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) yang baru diisi oleh mahasiswa yang kritis.
“Ini langkah tengah, BEM dibekukan sampai pembentukan yang baru. Proses pemilihan online atau offline itu keputusan KPUM. Mahasiswa Papua yang kritis harus mengambil bagian dalam KPUM, sehingga bisa mengontrol dan mengawal setiap proses,” tuturnya.

Keputusan tersebut disambut dengan dua pandangan berbeda.
Menurut Nur Ainul Yaqin, ketua KPUM BEM Unimuda Sorong, setiap proses sudah dilakukan, hanya saja sebagian mahasiswa berbeda pendapat.
“Rektor sudah bekukan proses pemilihannya, jadi kami juga menyatakan sikap untuk membubarkan KPUM,” kata Nur.
Hal yang dipersoalkan, lanjut Nur, proses pemilihan online BEM Unimuda merupakan keputusan KPUM yang telah disosialisasikan kepada mahasiswa.
“Proses pemilihan online ini telah disosialisasikan kepada seluruh mahasiswa yang dilakukan secara bertahap,” katanya.
Terkait Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang belum diplenokan, mahasiswa semester 5 jurusan Teknik Sipil itu tidak sebutkan secara pasti, namun diperkirakan sekitar 4 ribu mahasiswa.
“Jumlahnya empat ribu mahasiswa,” imbuh Ainul.
Sementara itu, Adrian Howay, koordinator aksi, mengaku sangat kecewa karena apa yang menjadi tuntutan mahasiswa tidak ditanggapi serius oleh rektor Unimuda Sorong.
“Kami minta pleno DPT dan pemilihan offline. Bukan minta bentuk KPUM yang baru seperti disampaikan oleh pak rektor. Proses ini sudah berjalan, hanya pleno DPT dan pemilihan offline yang jadi masalah. Harusnya dua hal ini yang diperbaiki, bukan mulai dari awal lagi,” kata Howay.

Mahasiswa tidak terima dengan sistem pemilihan secara online yang dianggap sebagai bentuk pembungkaman ruang demokrasi di perguruan tinggi.
Mekanisme pemilihannya diminta harus offline untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecurangan dan lain-lain yang tidak sesuai semangat demokrasi.
Dalam orasinya para mahasiswa mengancam akan memboikot seluruh aktivitas perkuliahan apabila proses pemilihan BEM tetap dilaksanakan secara online.
“Kami siap konsolidasi untuk palang kampus ini dan hentikan aktivitas perkuliahan,” ujar Manfred Kosamah, salah satu mahasiswa Unimuda. []