Tanah PapuaAnim HaTiga Hari Festival Noken Day ke-11 di Asmat, Titus Pekei: Wajib Selamatkan!

Tiga Hari Festival Noken Day ke-11 di Asmat, Titus Pekei: Wajib Selamatkan!

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pemerintah kabupaten (Pemkab) Asmat, Papua Selatan, menghargai Noken sebagai warisan budaya takbenda yang telah diakui dunia internasional melalui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sejak 4 Desember 2012.

Sebagai bentuk penghargaannya, Pemkab Asmat menggelar festival hari Noken di Agats, ibu kota kabupaten Asmat, Papua Selatan, awal pekan ini.

Menariknya, dalam kegiatan tersebut dihadiri langsung Titus Pekei, penggagas Noken Papua ke UNESCO.

Titus merasa sangat dihargai pemerintah daerah bersama segenap masyarakat Asmat dengan mengundangnya ke “Kota Papan”.

Dalam catatan Titus, Pemkab Asmat satu dari sekian banyak daerah di Tanah Papua yang benar-benar menempatkan Noken sebagai satu warisan budaya dunia yang hidup dan ada bersama masyarakat adatnya semenjak dahulu kala.

Sebagai buktinya, digelar Festival Noken Day di lapangan Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat, Senin (11/12/2023). Festival ini diselenggarakan untuk merayakan HUT ke-11 Noken Papua.

Titus Pekei serahkan sertifikat Noken UNESCO kepada para pegiat Noken Papua di kabupaten Asmat pada kegiatan Festival Noken Day ke-11 yang diadakan selama tiga hari (11-13/12/2023) di halaman Museum Asmat, Agats, ibu kota kabupaten Asmat, Papua Selatan. (Supplied)

Diketahui, sejak 4 Desember 2012 Noken ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Penetapan dilakukan di Paris, Prancis.

Penetapan Noken Papua atas perjuangan keras Titus Pekei, ketua Lembaga Ekologi Papua. Ia pencetus sekaligus pejuang Noken Papua diakui seluruh negara sebagai warisan dunia.

Noken menurut Titus memang harus dihargai sebagai satu bagian terpenting dalam seluruh kehidupan orang Papua. Setiap tanggal 4 Desember dirayakan dalam bentuk apapun, minimal nilai-nilai Noken mesti dihayati dengan sesungguh hati.

Seperti dilakukan Pemkab bersama masyarakat Asmat, kata Titus, patut diapresiasi sebagai bentuk mengharmati Noken sebagai salah satu kekayaan berharga orang Papua.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

Titus yang hadir langsung di Agats mengapresiasi diselenggarakannya Festival Noken Day ke-11.

“Saya sangat senang bisa hadir di Asmat. Dari sebelum pembukaan, suasananya sungguh meriah sekali. Ini sangat luar biasa. Dan luar biasanya lagi karena ada partisipasi aktif dari masyarakat maupun pemerintah dan semua pihak di daerah ini,” tuturnya.

Pengakuan dunia terhadap nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Papua itu jelas dengan Noken Papua tercatat dalam daftar warisan budaya takbenda yang membutuhkan perlindungan mendesak (List of intangible cultural heritage in need of urgent safeguarding) sejak 2012.

“Telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia berdasarkan keputusan komite UNESCO,” kata Titus.

Titus Pekei serahkan buku karyanya tentang Noken Papua. (Supplied)

Harus Selamatkan

Selama berkunjung ke Asmat, Titus mengaku menyaksikan langsung indahnya kebudayaan Asmat.

Dalam seminar ia mengungkapkan pentingnya menyelamatkan Noken dari habitatnya. Hal itu mengingat fenonema pemanasan global secara tidak langsung turut mempengaruhi keberadaan Noken maupun benda budaya lainnya.

Kata Titus, Noken pun sangat tergantung dengan alam atau lingkungan. Artinya, bahan berasal dari alam, tentu wajib selamatkan lingkungan hidup agar bahan baku tidak musnah.

Oleh karenanya, dibutuhkan partisipasi semua pihak untuk tetap membudidayakan bahan baku Noken Papua.

“Budidaya bahan baku itu tidak hanya Noken saja, tidak hanya ukiran, tetapi benda budaya lain juga supaya tetap berkelanjutan dan ada bersama orang Papua untuk selamanya. Contohnya, ukiran itu bahannya adalah pohon, kulit kayu dari pohon. Sama halnya juga noken, bahannya dari kayu. Pohon atau kayu sumbernya ada di alam kita, ada di lingkungan hidup. Semua ini saling terkait, sehingga kita harus menjaga alam, kita harus menjaga lingkungan tetap lestari,” beber Pekei.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

Titus menyebut soal pemanasan global, Asmat layak dijempoli. Sebab ia akui Asmat dikategorikan luar biasa dalam hal menjaga alam atau lingkungan hidup.

“Di Asmat kita lihat sepeda motor saja. Tidak ada motor. Kalau tidak ada motor berarti tidak ada knalpot. Berarti tidak ada polusi. Ini hal luar biasa yang patut dicontohi oleh daerah lain,” tandasnya.

“Sebelumnya hanya dengar saja, setelah tiba di Agats, terbukti benar tidak ada sepeda motor dan mobil. Itu artinya tidak tidak ada knalpot. Berarti tidak ada polusi. Ini hal luar biasa yang patut dicontohi oleh daerah lain,” tandasnya.

Setelah 11 tahun disahkan UNESCO, Pekei mengajak masyarakat Asmat dan seluruh orang Papua menyelamatkan Noken Papua dari Tanah Papua.

“Tugas orang Papua harus menyelamatkan bahan noken di Tanah Papua. Itu bagian penting dari upaya selamatkan budaya Papua, lingkungan hidup, dan hutan tropis Papua,” kata Titus.

Titus Pekei bersama mama-mama Asmat usai seminar sehari bertema “Gerakan pelestarian Noken warisan budaya dari Tanah Papua untuk dunia” di Agats, ibu kota kabupaten Asmat, Papua Selatan. (Supplied)

Jaga Eksistensi

Festival Noken Day ke-11 dilaksanakan pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Asmat. Berlangsung selama tiga hari (11-13/12/2023), dengan mengusung tema “Gerakan pelestarian Noken warisan budaya dari Tanah Papua untuk dunia”.

Muhammad Iqbal, pelaksana harian Sekda kabupaten Asmat, saat membuka festival ini mengatakan, hari Noken dirayakan setiap tanggal 4 Desember. Tahun ini momentum yang ke-11 setelah Noken Papua ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO.

“Tahun ini tepat sebelas tahun lalu penetapan bersejarah, Noken disahkan sebagai warisan budaya dunia. Noken merupakan kerajinan tangan dari masyarakat Papua yang diwariskan sebagai unsur budaya takbenda. Noken memiliki banyak nilai luhur, sehingga harus tetap dijaga eksistensinya sebagai satu khazanah budaya orang Papua yang telah diakui dunia internasional,” tutur Iqbal.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

Dikemukakan, Noken bagi masyarakat Papua memiliki beragam makna filosofis yang sangat spesial dibanding tas dan apapun jenis lainnya. Karena itulah setiap orang termasuk generasi muda diminta harus belajar menggali dan melestarikan aset budaya bangsa sekaligus menjaga ekologi hutan Papua.

“Generasi muda harus terus mau belajar, mencari, menggali, menjaga dan melestarikan aset budaya bangsa serta menjaga ekologi hutan Papua sebab di sanalah terdapat berbagai sumber kehidupan yang dapat kita kembangkan menjadi sumber pendapatan ekonomi bagi kemajuan Indonesia dan lebih khususnya di Papua,” harapnya.

Foto bersama di arena Festival Noken Day ke-11 yang diadakan selama tiga hari (11-13/12/2023) di halaman Museum Asmat, Agats, ibu kota kabupaten Asmat, Papua Selatan. (Supplied)

Sementara itu, Jhon Apoka, sekretaris panitia Festival Noken Day, menjelaskan sasaran dari festival ini yakni membuka ruang dan memberikan rangsangan bagi usaha pariwisata dari masyarakat khususnya mama-mama pegiat noken Papua dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif menuju kemandirian ekonomi berbasis kearifan lokal.

“Semoga dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat berbasis kearifan lokal serta dapat memberikan rangsangan bagi pertumbuhan pembangunan pariwisata agar daerah Asmat tetap jadi salah satu destinasi wisata minat khusus,” ujar Apoka.

Sekira 50 orang mama-mama Papua turut dalam festival hari Noken. Mereka datang dari kampung-kampung di Asmat. Selama tiga hari, mama-mama Asmat menampilkan karya terbaiknya di arena festival. []

Terkini

Populer Minggu Ini:

KPK Menang Kasasi MA, Bupati Mimika Divonis 2 Tahun Penjara

0
“Amar Putusan: Kabul. Terbukti Pasal 3 jo Pasal 18 UU PTPK jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) ke-1 KUHP. Pidana penjara 2 tahun dan denda Rp200 juta subsidair 2 tahun kurungan,” begitu ditulis di laman resmi Mahkamah Agung.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.