Rilis PersGuru Fotografer Papua Calon DPD RI, Coblos Nomor Urut 9!

Guru Fotografer Papua Calon DPD RI, Coblos Nomor Urut 9!

WHENSLAUS Tebay, S.HI, guru fotografer Papua, salah satu figur muda yang tengah berjuang menjadi senator dari Tanah Papua. Dengan mencalonkan diri dalam bursa Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2024-2029 pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Whens, begitu sapaan akrabnya, maju dari daerah pemilihan (Dapil) provinsi Papua Tengah. Ia satu dari 12 calon DPD RI dari Dapil Papua Tengah. Dengan nomor urut 9.

“Masyarakat Papua Tengah yang ada di delapan kabupaten [Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak, dan Mimika], pada tanggal 14 Februari nanti, masuk TPS jangan lupa coblos nomor urut 9,” kata Whens Tebay sembari memperkenalkan diri sebelum menyampaikan visi dan misinya, Selasa (6/2/2024) di Nabire.

Whens bersama 11 orang lainnya disahkan sebagai calon DPD RI dari Dapil Papua Tengah setelah melewati sejumlah tahapan dari KPU pada beberapa waktu lalu. Dinyatakan sebagai kontestan Pemilu 2024, kini selama masa kampanye tentu saja sedang sosialisasikan program, visi dan misi jika nanti terpilih.

“Saat ini masa kampanye partai politik. Calon DPD RI juga sedang sesuaikan dengan jadwal dari KPU. Ada alasan tersendiri mengapa saya memilih jalan ini, tentunya karena mimpi besar saya bagi masyarakat Papua. Generasi muda pasti kenal saya. Selama ini saya bergerak bersama generasi muda. Saya bentuk wadah bagi anak-anak muda belajar menjadi fotografi, videografi. Mereka ada di hampir semua daerah. Pastinya mereka perlu terus didorong agar semakin berkembang, produktif, mampu mengembangkan skill yang dimiliki. Ini salah satu alasannya,” tutur Whens.

Dalam percaturan politik yang tengah diperjuangkan, Whens memilih motto “Muda dan energik ada bersama rakyat”.

Baca Juga:  Stop Kriminalisasi dan Pengalihan Isu Pemerkosaan dan Pembakaran Rumah Warga!

Anak muda dengan segudang pengalaman berorganisasi, sudah bulatkan tekad untuk melangkah ke Senayan. Tentu dengan dukungan dari rakyat Papua.

“Sesuai pengalaman kerja selama ini, selain di LSM, saya berusaha mewadahi anak-anak muda salurkan bakat. Anak muda Papua memiliki potensi di bidang fotografi dan videografi. Saya dirikan wadahnya, yang kemudian diberi nama Komunitas Papuans Photo. Sudah dari beberapa tahun lalu, dan masih eksis sampai sekarang,” Whens menceritakan.

Calon DPD RI nomor urut 9 itu mengaku respek dengan pemberdayaan masyarakat, tak terkecuali generasi muda sebagai bagian dari masyarakat Papua.

“Kerinduan saya selama ini, bagaimana kaderkan anak-anak muda di bidang foto, video, supaya mereka hidup mandiri.”

Bahkan anak muda Papua selagi masih di bangku pendidikan, Whens mau harus bisa hasilkan uang.

“Bagaimana kaderkan anak-anak muda supaya mereka bisa menghasilkan uang di saat kuliah. Dengan begitu tidak perlu lagi minta-minta atau berharap sama orang tua di kampung. Dengan karya sendiri sudah bisa dapat uang dan itu dipakai biayai kuliah. Syukur kalau lebih lengkapi fasilitas atau buka usaha yang tidak jauh dari hobby ataupun aktivitas keseharian,” tuturnya.

Pemilik nama gaul Whetex itu berangan-angan suatu kelak anak-anak Papua wujudkan impian menjadi tuan di negerinya sendiri.

“Kita kaderkan anak-anak muda agar bisa bersaing dengan orang lain, dengan saudara dari nusantara. Sudah saatnya anak Papua berkembang. Tidak boleh seperti begini terus. Anak Papua harus berkembang dengan usaha-usaha mikro di bidang jasa foto, video, dan apapun usahanya.”

Bukan itu saja. Ia optimis untuk terus kaderkan anak-anak muda lebih banyak. Bahkan hingga di bidang-bidang yang lain, seperti teknologi informasi (IT), musik, dan lainnya.

Baca Juga:  Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Lakukan Sidak ke Sejumlah SPBU Sorong

“Jangan lagi kalah saing di era Otonomi Khusus seperti sudah berlalu selama dua dekade lebih. Sekarang saatnya masyarakat harus lebih berdaya. Anak muda wajib lebih leluasa memaksimalkan kemampuannya, mengelolanya sendiri untuk menikmati dari rumah sendiri,” ujar Whetex.

Dengan mengusung visi mulia dalam bursa pencalonan DPD RI, fotografer terbaik dari Tanah Papua ini membeberkan sejumlah program jika diberi kesempatan menjadi senator. Antara lain visi pemberdayaan masyarakat, penghormatan tetap lestarinya lingkungan, penghormatan terhadap masyarakat adat, menjunjung tinggi pluralisme, dan asas keadilan.

Hal tersebut dijadikan fondasi hukum dan sosial demi kebaikan setiap anak negeri tanpa memandang rasa atau suku, agama, budaya, dan latar belakang sosial. Sebab, penduduk di wilayah provinsi Papua Tengah terdiri dari berbagai suku bangsa. Tentu saja dibutuhkan pola pendekatan yang tepat menjawab komitmen demi memajukan daerah dan masyarakat kian mandiri dalam seluruh inisiatif ataupun aktivitas.

“Monopoli semua aspek oleh satu kelompok tertentu harus ditiadakan dengan cara memberi keleluasaan semua pihak mengambil peran penting untuk semakin berdaya, mandiri, sebagai jawaban atas kerinduan selama ini. Di situlah makna Otsus itu akan semakin nyata dirasakan,” tandasnya.

Whetex menyebut hanya dengan begitu kesenjangan sosial di berbagai hal akan perlahan terkikis, jika perlu diakhiri lantaran adanya keterlibatan nyata semua kelompok masyarakat. Konflik bahkan tak lagi muncul mana kala suasana “sama rasa” benar-benar terasa dan nyata diimplementasikan.

Tak cuma jago di bidang fotografi dan videografi serta IT, Whens juga sangat peduli dengan isu-isu sosial kemasyarakatan. Termasuk peduli kesehatan dan lingkungan.

“Dengan terus mengkaderkan banyak anak muda sesuai minatnya, kita juga peduli terhadap apapun persoalan yang dialami masyarakat. Seperti selama ini kami lakukan walau masih lingkup kecil, manfaatnya ada. Jadi, tetap peduli terhadap masyarakat, lingkungan, kesehatan, persoalan sosial, dan sebagainya. Itu sudah pasti,” lanjut Whens.

Baca Juga:  Freeport Setor Rp3,35 Triliun Bagian Daerah atas Keuntungan Bersih 2023

Calon senator nomor urut 9 itu yakin bahwa dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada tentu memberi gambaran bagaimana setiap warga negara mendapatkan hak-hak dasar antara lain hak hidup, hak demokrasi, pendidikan, kesehatan, dan kehidupan ekonomi yang layak di negara ini.

Bagi Whens, hal tersebut merupakan komitmen utama demi membawa masyarakat di Tanah Papua menikmati hak asasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Maka, ia dengan tak ragu-ragu menanti dukungan rakyat dalam bursa percalonan yang tinggal menghitung hari ini. Whens berprinsip, keterlibatan generasi muda dan masyarakat luas adalah kunci kesuksesan bersama pada saatnya nanti.

Lulusan Hubungan Internasional dari Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) pada tahun 2014 itu berharap dukungan doa dan suara pada 14 Februari mendatang, generasi muda dan seluruh rakyat pemilik hak politik memilihnya, mencoblos calon DPD RI dengan nomor urut 9.

“Dukungan doa dan suara saudara-saudari sekalian sangat berarti bagi saya. Bersama saya, kitorang bangkit, berdaya dan menikmati hak-hak dasar sebagai warga negara Indonesia. Ingat, jangan salah pilih,” ujarnya sembari menjelaskan, di TPS petugas akan sediakan lima kertas suara Pemilu 2024 dan kertas suara untuk DPD RI adalah berwarna merah.

Pria energik asal kampung Mauwa, distrik Kamuu, kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, itu telah mantapkan langkahnya yang tentunya dengan dukungan rakyat akar rumput. Rakyat tidak ragu memilihnya. [*/Adv]

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ribuan Data Pencaker Diserahkan, Pemprov PBD Pastikan Kuota OAP 80 Persen

0
“Jadi tidak semua Gubernur bisa menjawab semua itu, karena punya otonomi masing-masing. Kabupaten/Kota punya otonomi begitu juga dengan provinsi juga punya otonomi. Saya hanya bertanggung jawab untuk formasi yang ada di provinsi. Maka ini yang harus dibicarakan supaya apa yang disampaikan ini bisa menjadi perhatian kita untuk kita tindaklanjuti. Dan pastinya dalam Rakor Forkopimda kemarin kita juga sudah bicarakan dan sepakat tentang isu penerimaan ASN ini,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.