BeritaLingkunganHasil Temu Perempuan Pembela HAM dan Pejuang Lingkungan Bersama WALHI Nasional

Hasil Temu Perempuan Pembela HAM dan Pejuang Lingkungan Bersama WALHI Nasional

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menginisiasi kegiatan temu Perempuan Pembela HAM dan pejuang lingkungan dengan melibatkan CSO Nasional sebagai upaya konsolidasikan sekaligus menyusun mekanisme perlindungan berbasis komunitas serta rekomendasi terhadap mekanisme perlindungan negara.

Hal tersebut dikemukakan Zenzi Suhadi, direktur eksekutif nasional WALHI dari Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Selain itu, secara khusus WALHI juga menyelenggarakan pelatihan keamanan bagi perempuan komunitas WALHI dan perempuan aktivis WALHI, sebagai upaya membangun sensitivitas dan protokol keamanan di kampung dan di WALHI daerah, di tengah perjuangan dan pembelaan yang akan semakin berat ke depan. Bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, akhir dari kegiatan ini juga telah dilakukan aksi bersama-sama dengan seluruh peserta temu perempuan dan jaringan lainnya di seluruh nusantara.

“Rangkaian kegiatannya telah dilakukan sejak tanggal 3 hingga 8 Maret 2024 di Hotel Kristal, Jakarta,” jelasnya.

Kata Suhadi, para perempuan pembela HAM dan pejuang lingkungan secara khusus merupakan entitas yang memiliki kerentanan dan dampak berlapis ketika hal-hal tersebut terjadi. Sayangnya, mekanisme negara untuk melindungi mereka tidak memadai untuk memberikan perlindungan, bahkan di banyak kasus justru tidak maksimal ditangani.

Baca Juga:  Hujan di Sorong, Ruas Jalan dan Pemukiman Warga Tergenang Air

“Tidak demokratisnya pengelolaan dan perlindungan sumber-sumber penghidupan menyebabkan persoalan-persoalan struktural yang diikuti dengan tindakan kekerasan, intimidasi, pelecehan, bahkan kriminalisasi oleh negara pada para pembela HAM dan pejuang lingkungan,” urainya.

Berdasarkan data WALHI, perempuan juga menjadi entitas yang paling memikul beban berat ketika bencana ekologis, akibat eksploitasi sumber daya alam terjadi. Dalam bencana banjir dan longsor misalnya, akan sulit ditemukan air bersih, maka perempuan yang tengah menstruasi akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan rutin membersihkan badan.

Dijelaskan, temu perempuan ini dimaksudkan sebagai ruang para PPHAM mengkonsolidasi pengalaman-pengalaman pembelaan dan perjuangannya di berbagai konteks dan merumuskan gagasan-gagasan dalam mendorong perlindungan perempuan pembela HAM.

Baca Juga:  Lima Bank Besar di Indonesia Turut Mendanai Kerusakan Hutan Hingga Pelanggaran HAM

“Perempuan pembela HAM mengkonsolidasikan pengalaman-pengalaman dalam melakukan pembelaan atas hak asasi perempuan dan memperjuangkan demokratisasi pengelolaan dan perlindungan sumber sumber penghidupannya serta menemukenali peluang dan tantangan perlindungan Perempuan pembela HAM lingkungan dalam mekanisme anti SLAPP, dan undang-undangan lainnya,” harap Suhadi.

Sementara itu, Erlina Loho, peserta perwakilan WALHI Papua yang turut hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan, perempuan harus mempertahankan kehidupan, mempertahankan generasi. Perempuan harus mengambil langkah besar untuk maju berdiri di garis depan demi perubahan besar untuk menggapai cita-cita, mimpi-mimpi besar.

“Sedikit demi sedikit perempuan Papua sudah banyak yang merebut ruang-ruang itu. Walaupun kami berkembang dalam patriaki yang kental, namun semangat tidak pernah padam untuk tetap berekspresi lewat karir dan karya,” kata Erlina.

Baginya, perjuangan perempuan di New York pada tahun 1908 dalam proses yang panjang mencapai kebebasan dan ruang gerak perempuan pada waktu itu.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

“Kisah perjuangan perempuan untuk kesetaraan bukanlah milik seorang feminis atau organisasi manapun, melainkan milik upaya kolektif semua orang yang peduli terhadap hak asasi manusia.”

“Dengan bersama-sama, mari kita semua membantu memperjuangkan perjuangan yang baik. Melakukan apa yang Anda bisa buat untuk mendukung dan memajukan perempuan Papua di berbagai bidang,” harapnya.

Sebaga perwakilan perempuan Papua yang hadir di forum Nasional, Erlina Loho merasa kegiatan ini bukan sebatas seremonial yang dirayakan untuk memperingati hari internasional Woman’s Day saja, tetapi ini sebuah gebrakan untuk melindungi perempuan-perempuan pembela HAM yang berdiri di garis depan.

“Sebab perempuan pembela HAM adalah perempuan yang mendapatkan penindasan berganda oleh negara dan keluarga. Perempuan pembela HAM dan lindungan ini harus dilindungi,” pesan Erlina. []

Terkini

Populer Minggu Ini:

20 Tahun Menanti, Suku Moi Siap Rebut Kursi Wali Kota Sorong

0
"Kami ingin membangun kota Sorong dalam bingkai semangat kebersamaan, sebab daerah ini multietnik dan agama. Kini saatnya kami suku Moi bertarung dalam proses pemilihan wali kota Sorong," ujar Silas Ongge Kalami.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.