Uskup Timika: OAP Tidak Bisa Hidup Tanpa Tanah

0
11812

DEIYAI, SUARAPAPUA.com — Orang Asli Papua (OAP) tidak bisa hidup tanpa tanah dan akan miskin pada saat tidak memiliki tanah di negerinya sendiri.

Hal tersebut disampaikan Uskup Keuskupan Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr., saat meresmikian pembentukan Dekenat Tigi di Waghete, beberapa waktu lalu.

Selama ini, kata Uskup Saklil, OAP selalu menyanyi lagu “Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi”, itu benar.

“Tetapi, mana, kamu masih punya tanah kah?” ujarnya.

Uskup minta umat cinta tanah, dengan cara garap lahan yang ada, dan yang kedua adalah tidak mudah jual ke orang lain dengan harga murah.

ads
Baca Juga:  PWI Pusat Awali Pra UKW, 30 Wartawan di Papua Tengah Siap Mengikuti UKW

“Bagaimana saya mau mewartakan tentang perubahan keselamatan di atas tanah ini, kalau saya sendiri tidak punya rumah, tidak punya kebun dan tanah. Harus ingat itu baik-baik,” tuturnya.

Ia menegaskan, “Tungku api mati dan rumah tidak berasap, lalu apa yang kamu mau wartakan di atas tanah Papua ini?”.

Uskup menyatakan hal tersebut merupakan tantangan paling berat masa sekarang, di tengah banyak kemudahan, bantuan dan peluang, tetapi banyak OAP tidak punya rumah, kebun, dan tanah, apalagi tidak tahu pelihara babi di kandang.

Baca Juga:  Panglima TNI Didesak Tangkap dan Adili Prajurit Pelaku Penyiksa Warga Sipil Papua

“Banyak orang Papua yang sudah jual tanah habis, perusahaan kelapa sawit masuk lagi kasih habis tanah Papua, akhirnya mati semua.”

“Orang Papua bisa hidup tanpa uang, tetapi tidak bisa hidup tanpa tanah,” tegas Uskup Saklil.

Ia juga menceritakan fenomena dewasa ini, banyak pegawai OAP yang hanya tinggal di rumah kos milik om Bugis, tinggal pulang balik terus karena tidak punya tanah untuk bangun rumah sendiri.

Baca Juga:  Desak Pelaku Diadili, PMKRI Sorong Minta Panglima TNI Copot Pangdam Cenderawasih

“Selama ini kitorang OAP sendiri bilang bahwa hidup ini harus berubah, tetapi kitorang sendiri tidak berubah. Contoh, di satu rumah bukan satu keluarga lagi, tetapi tiga keluarga yang tinggal.”

Uskup yang lahir dan besar di tengah Suku Kamoro ini mengingatkan orang Papua tidak lagi jual tanah. “Karena tanah inilah yang menjadi tungku api bagi kita,” pungkasnya.

Pewarta: Yance Agapa
Editor: Mary Monireng

Artikel sebelumnyaLMA Pegaf Dikukuhkan, Ini Pesan Bupati Saroy
Artikel berikutnyaPuskesmas Dekai Adakan Musyawarah dengan OPD dan Kakam