BeritaPesan dari Missio Canonica: Kita Diutus Menjadi Pelaku Firman Tuhan

Pesan dari Missio Canonica: Kita Diutus Menjadi Pelaku Firman Tuhan

WAKEITEI, SUARA PAPUA.comPater Marthen Ekowaibi Kuayo, Pr, Administrator Diosesan Keuskupan Timika, berpesan kepada lulusan Sekolah Tinggi Katolik (STK) Touye Paapaa Deiyai agar pergi mewartakan Firman Tuhan dan menjadi lilin di tengah pelbagai realitas sosial di Tanah Papua.

“Hendaklah menjadi pelaku Firman Tuhan di tengah realitas sosial, menjadi pembawa solusi atas masalah-masalah sosial yang ada, bukan menjadi pengamat dan penilai tanpa melakukan karya dan tindakan nyata,” ujarnya saat khotbah singkat pada misa pelantikan dan perutusan (Missio Canonica) 32 orang wisudawan-wisudawati angkatan pertama, Jumat (23/10/2020) di Gereja Katolik St. Yohanes Pemandi Wakeitei, dekenat Tigi, Deiyai.

Para lulusan yang telah menyandang titel Sarjana Pendidikan (S.Pd) maupun semua orang diminta agar menjadi pelaksana Sabda Allah dengan senantiasa mencari solusi atau jalan keluar untuk mengatasi segala masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:  KKB Minta Komisi Tinggi HAM Investigasi Kasus Penyiksaan OAP

“Wisudawan-wisudawati dan juga kita semua, jadilah pelaku Firman Tuhan. Kalau seorang guru, jangan menjadi pengamat karena kalau pengamat itu dia akan melihat orang lain buat apa dan pasti komentar apa yang ada di luar dirinya. Jangan jadi pengamat yang menilai, oh sekolah ini tidak jalan, oh di sana begini, begitu, tidak usah pikiran penilai, tidak usah amat-amati, ko bukan pengamat, kamu itu pelaku, pelaksana. Kamu punya tugas itu mengajar kalau di sekolah,” ajaknya.

Pater Kuayo mengingatkan, jika tak memiliki iman dan hati serta kesabaran gampang menjadi pengamat bagi yang lain dengan lebih suka cerita tinggi tanpa melakukan tindakan apapun.

“Ini tidak boleh ada, karena kita diutus untuk menjadi pelaku Firman Tuhan, pembawa solusi dan pelaksana, bukan pengamat atau penilai. Marilah kita bersatu dengan Yesus untuk menjadi pewarta, menjadi rasul. Disebut rasul karena mereka hidup bersama Yesus, jalan bersama Yesus, makan bersama Yesus, maka itulah yang mesti diteladani para sarjana ini dalam tugasnya nanti.”

Baca Juga:  Bappilu Partai Demokrat Provinsi PP Resmi Gelar Pleno Penutupan Pendaftaran Cagub dan Cabup

Apalagi, kata dia, merosotnya kondisi pendidikan tentu dibutuhkan orang-orang yang mau mengabdi sebagai bukti tak membiarkan kian hancur.

Usai kotbah dalam misa bertema “Yesus lantik dan utus aku untuk menjadi pribadi yang Engkau kehendaki”, Pater Kuayo menyerahkan Injil, Salib Yesus dan Lilin kepada para lulusan untuk digunakan dalam tugas Katekis di dalam Gereja dan di tengah masyarakat.

“Terimalah cahaya Kristus “Touye Paapaa” dan bawalah terang ini untuk menerangi dirimu sendiri, keluarga, klen, marga dan sesama baik di sini maupun di seluruh penjuru duni. Damai Tuhan bersamamu,” para lulusan didoakan seraya mengutus sekaligus menyampaikan secara resmi di hadapan seluruh hadirin bahwa 32 orang telah dilantik dan diutus sebagai Pelayan Sabda Allah.

Baca Juga:  Atasi Konflik Papua, JDP Desak Pemerintah Buka Ruang Dialog

Sementara itu, Oktovianus Pekei, ketua STK “Touye Paapaa” Deiyai, mengajak wisudawan-wisudawati mampu mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan masyarakat demi menggenapi nilai-nilai Firman Tuhan.

“Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana dari kampus ini, saudara-saudari tetap memiliki komitmen terhadap pengembangan ilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi almamater STK. Juga dalam tugasnya nanti hendaknya mendahulukan kesadaran bertanggungjawab terhadap kepentingan masyarakat baik bagi masyarakat Papua maupun masyarakat Indonesia,” kata Pekei.

Pewarta: SP-CR17
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

TPNPB Intan Jaya Mengaku Mendapat Serangan Udara Aparat TNI dan Polri

0
“Militer Indonesia segera berhenti menjadi guru, tenaga kesehatan dan mengambil alih dinas sosial pemerintah daerah dalam membagi-bagi makanan terhadap masyarakat sipil dan anak-anak di wilayah konflik bersenjata.”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.