Byakologi dan Masa Depan Orang Biak

0
12652

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Tidak dapat dipungkiri bahwa orang Biak memiliki andil besar dalam mendorong proses perubahan dan pembangunan di Tanah Papua. Sejak berabad-abad silam, orang Biak telah membangun relasi dengan orang-orang dari luar Papua, baik dari sekitar Maluku, Cina, bahkan Eropa.

Relasi tersebut telah menempatkan orang Biak sebagai aktor utama perubahan di Tanah Papua. Namun sangat disayangkan, dalam beberapa tahun belakangan ini peran orang Biak dirasakan mulai menurun di berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun hukum.

Kekhawatiran terhadap eksistensi jati diri orang Biak di masa depan, telah mendorong inisiatif baru di kalangan akademisi dan praktisi budaya Byak untuk mendorong upaya pembenahan dan antipisasi. Upaya-upaya ini diawali dengan Kelompok Diskusi Terarah yang melibatkan tokoh adat, akademisi dan praktisi budaya Byak pada tanggal 2 November 2018, bertempat di Loka Budaya Universitas Cenderawasih, dengan mengangkat tema “Mitologi Koreri dan Migrasi Orang Biak”. Hasil diskusi ini merekomendasikan agar dilakukan diskusi serupa di Biak, dengan melibatkan para pemangku kepentingan di Biak, yang mencakup kalangan tokoh adat maupun pemerintah.

Dalam press release yang dikirim ke redaksi suarapapua.com, Apolos Sroyer sebagai Manfun Kawasa Byak (Ketua Dewan Adat Biak), menjelaskan bahwa “kehadiran Lembaga Byakologi, diharapkan menjadi jawaban bagi keberlangsungan budaya dan orang Byak. Selama ini orang Byak tersebar dan terpecah dalam kelompok-kelompok kecil. Kami ingin Byakologi melakukan kajian potensi budaya Byak, kemudian mengembangkannya, sehingga bisa memberikan manfaat bagi generasi orang Byak di masa yang akan datang.”

Baca Juga:  57 Tahun Freeport Indonesia Berkarya
Apolos Sroyer, Manfun Kawasa Byak membaca deklarasi berdirinya Byakologi. (IST – SP)

Diskusi serupa kemudian dilanjutkan di Biak pada tanggal 4 Desember 2018, bertempat di Aula Akademi Teknik Biak, dengan mengangkat tema “Sarisa Byak – Byakologi sebagai Pusat Kajian Budaya Byak”.

ads

Diskusi kedua mendapat tanggapan yang sangat baik dari kalangan tokoh adat maupun pemerintah Kabupaten Biak Numfor. Hal ini terbukti dengan kehadiran 21 Mananwir yang mewakili sembilan Bar (Wilayah Adat Byak), serta perwakilan dari instansi pemerintah seperti Kepala Dinas beserta Staf Dinas Kebudayaan Kabupaten Biak Numfor, staf Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor dan staf Distik Samofa.

Diskusi ini merekomendasikan agar segera dibentuk Lembaga Byakologi. Lembaga ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menggali, mencari, menemukan dan mengembangkan budaya Byak, sebagai landasan utama demi menjaga dan melindungi eksistensi jati diri orang Byak di masa depan. Guna memperkuat komitmen tersebut, maka para Mananwir secara tegas mendeklarasikan pendirian Lembaga Byakologi pada tanggal 10 Desember 2018 di Biak.

Baca Juga:  ULMWP Kutuk Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

Dr. Johz Mansoben, dalam diskusi di Biak (4/12/2018) mengungkapkan, “Byakologi adalah langkah maju yang dapat menolong orang Byak untuk menemukan kembali jati dirinya. Saya berharap lembaga ini bisa bekerja secara independen, tidak terikat dalam struktur pemerintah maupun struktur adat. Lembaga ini diharapkan dapat melahirkan kajian-kajian kritis dan ilmiah, demi kemajuan orang Byak.”

Sementara itu, Drs. Jacob Ronsumbre, M.Si, akademisi Universitas Cenderawasih yang turut menggagas Lembaga Byakologi lebih menekankan pada nilai-nilai fiosofi dan pandangan hidup orang Byak.

“Lembaga Byakologi merupakan pergumulan panjang dalam mencapai kemajuan signifikan bagi orang Byak. Pesan-pesan filosofis yang telah diwariskan oleh leluhur orang Byak, patut kita wujudkan saat ini. Orang Byak selalu menjadi inspirator bagi perubahan, dan kita wajib mempertahankan hal tersebut. Saya senang kita bisa wujudkan pesan leluhur kita, demi membawa perubahan dan perdamaian bagi Tanah Papua,” tutur Jacob Ronsumbre.

Sisi kebijakan yang berkaitan dengan ide Byakologi diulas oleh Markus Binur, direktur Belantara Papua yang turut berkontribusi dalam dua kali diskusi.

Menurut Binur, pendekatan budaya sangat penting dalam pengambilan kebijakan hingga penerapannya di lapangan..

Baca Juga:  Hujan di Sorong, Ruas Jalan dan Pemukiman Warga Tergenang Air

“Pendekatan budaya akan menolong pemerintah untuk menjabarkan dan menerapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang selaras dengan harapan orang Byak. Byakologi akan menjadi elemen penting yang dapat membantu pemerintah dengan memberikan saran-saran konstruktif. Selain itu, Byakologi dapat menjadi partner dari Kankain Karkara Byak dalam menggagas upaya-upaya melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya Byak,” ungkap Binur.

Badan Pengurus Byakologi. (IST – SP)

Bupati Biak Numfor yang diwakili oleh Asisten I bidang Tata Pemerintahan Setda Biak Numfor, turut mengambil bagian dalam deklarasi pendirian Lembaga Byakologi pada tanggal 10 Desember 2018. Dalam sambutannya, Frits Gerit Senandi, selaku  Asisten I Setda Biak Numfor menyampaikan bahwa Pemda Biak selama ini sangat mendukung kegiatan Kainkain Karkara Byak (KKB).

“Kami selalu hadir dalam setiap kegiatan KKB, karena kami ingin mendengar secara langsung  aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat. Pendekatan budaya merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembangunan. Inisiatif para Mananwir yang mendorong gagasan Byakologi, patut diapresiasi oleh semua pihak,” kata Senandi.

Untuk informasi lebih jauh tentang Byakologi, silahkan hubungi: Mananwir Apolos Sroyer (Mobile: +62-821-9776-5159, email: [email protected]), Dr. Johz Mansoben (Mobile: +62-812-480-2004), Drs. Jack Ronsumbre (Mobile: +62-812-4843-3323), Markus Binur (Mobile: +62-852-5470-0116).

 

Artikel sebelumnyaPemerintah dan Masyarakat Yahukimo Gelar Natal Bersama
Artikel berikutnyaRakyat Papua di Maybrat Serukan Enam Tuntutan Pada Hari HAM