JAYAPURA,SUARAPAPUA.Com — Pada momen Natal kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi STIKOM Muhammdiyah Jayapura yang diselengarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) tidak pekan lalu di kampus Stikomo, lebih diajak kepada mahasiswa mahasiswa untuk belajar menggasihi sesama mahasiswa di kampus tanpa memandang agama, ras, golongan dan Suku.
Semion Murib, ketua BEM Stikom mengatakan, dinamika yang terjadi di kampus sekarang jangan dibawa sampai di luar kampus karena ketika itu suatu masalah dibawah ke luar, maka efek yang akan datang besar.
“Dalam suasana natal ini saya mau sampaikan bahwa kampus yang kita menuntut ilmu itu kampus yang didirikan oleh Muhamadyah. Yang kuliah banyak yang beragama nasrani. Jadi saya berharap situasi tersebut tidak membuat patah semangat pada diri kita kita tetap jalani, kita harus menimbah ilmu dengan magasihi sesama,” Murib di Waena pada sabtu (17/10/2016) lalu.
Sabda Nawarisa, manta ketua BEM Stikom mengatakan, natal kali ini merupakan natal yang pertama kali yang digelar BEM Stikom Muhammadiyah Jayapura.
“Sebelumnya pada masa kepemimpinan saya belum pernah adakan natal. Kami berikan apresiasi kepada pengurus BEM dan MPM yang sekarang,” katanya Nawarisa.
Menurut sabda, Natal untuk kampus Stikom Muhamadyah dalam kepengurusannya sudah masuk dalam program kerja, namun tidak sempat lakukan karena satu dan lain hal. Terutama dengan latar belakang kampus yang muslim.
“Tapi untuk yang selarang luar biasa dan ini bagi saya sejara pertama tolong kegiatan ini harus di pertahankan. Jadi Perayaan natal ini kami melihat bahwa suatu perubahan nilai nilai yang toleransi untuk masyarakat papua dalam umat beragama. Dan di sini Saya mau katakan bahwa pancasila ada di papua karen di luar sana banyak yang terjadi perpecahan agama yang luar biasa,” ujar sabda dalam sambutannya mewakili senioritas.
Bagi mantan ketua Bem tahun 2014 itu, di negara ini dasarnya adalah pancasila dan UUD 45. Namun pancasila itu tidak pernah terwujud di tanah air Indonesia.
“Tetapi kami di Papua lebih menghargai kepada umat beragama contonya saya dari fakfak saya agama Muslim tapi kami lebih toleran kepada umat bergama dan itu bukan di fakfak saja tapi di seluru papua maka pancasila itu ada di Papua. Untuk umat bergama di papua suda tertama dari leluhur kami maka kami harus menjalani dengan saling menghargai sesama umat,” tutupnya
Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau