Berbagi Persiapan: Catatan Margi Si Regi Koroway (Bagian 2)

0
9622

Oleh: Margi)*

Wamena 3 Juli 2018. Saya menghabiskan waktu sepanjang hari ini untuk memeriksa semua persiapan saya untuk menjadi Guru bagi Suku Korowai.

Pada bulan Maret 2018, saya sudah melakukan survey selama 2 minggu di kampung Burukmakot. Waktu itu, saya menempuh rute perjalanan yang berbeda. Saya dari Wamena naik pesawat kecil, PC-12 milik Yajasi ke kampung Danowega kemudian berjalan kaki selama 10 jam ke kampung Burukmahkot.

Selama 1 minggu di sana, saya melakukan observasi dan menulis laporan yang berisi informasi mendasar tentang program pendidikan kontekstual. Hasil observasi ini menggugah saya untuk mendalami konsep pendidikan yang pernah dilakukan oleh Pdt I. S. Kijne dalam karya beliau membangun peradaban di Tanah Papua ketika itu (1900-an).

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Saya berpendapat bahwa konteks Suku Korowai pada saat ini mirip dengan kondisi Papua pada jaman Pdt. I. S. Kijne. Karena itu, konsep pembangunan pendidikan yang pernah beliau lakukan dapat direvitalisasikan.

ads

Oleh karena itu, pada bulan Mei 2018, saya ke Wasior di mana dulu Pendeta Kijne memulai Program Pembangunan Peradaban Papua. Saya membaca banyak buku, berdiskusi dengan banyak eks anak didik Kijne dan mengunjungi situs Batu Peradaban tempat Kijne banyak menghabiskan waktunya untuk berdoa bagi Papua.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Dari observasi selama 2 minggu di Kampung Brukmahkot – Korowai dan observasi di Wasior (Miei) saya sudah membuat persiapan untuk mengajar di Brukmahkot.

Persiapan saya tidak hanya untuk mendidik anak-anak usia sekolah saja tetapi juga para orang tua. Ibu-ibu perlu pendidikan ketrampilan hidup tentang mencuci, masak, air bersih. Saya akan bekerja sama dengan petugas Pustu setempat. Saya juga akan menggunakan waktu sore hari untuk melatih para Bapa dan pemuda untuk bertani, memotivasi anak mereka untuk sekolah.

Untuk para siswa, saya bermimpi mendorong pembangunan pendidikan dengan pola asrama. Di sekolah mereka dididik dengan metoda 3-M (membaca, menulis, menghitung) dan di asrama mereka dilatih ketrampilan hidup.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Tapi semua ini masih mimpi. Saya belum melakukan sesuatu. Besok saya baru akan berangkat ke Burukmahkot dan akan memulai pekerjaan untuk mewujudkan mimpi ini.

Terlalu awal untuk mempublikasikan rencana ini. Tapi saya menulisnya dengan harapan dapat didoakan agar TUHAN memberkatinya.

Doakan saya. Doakan Korowai.

Salam
Margi Si Regi Korowai

)* Penulis adalah anak muda Papua yang sedang mengabdikan diri untuk pendidikan di Koroway

Artikel sebelumnyaGagal Menembus Awan: Catatan Margi Si Ragi Korowai (bagian 1)
Artikel berikutnyaPelita Harapan: Catatan Margi Si Ragi Koroway (Bagian 3)