Nasional & DuniaDewan Gereja Dunia Menyerukan Anggotanya Berdoa Untuk Situasi di Tanah Papua

Dewan Gereja Dunia Menyerukan Anggotanya Berdoa Untuk Situasi di Tanah Papua

Berdoa secara umum untuk tanah Papua, tetapi juga berdoa untuk Wamena yang belakangan ini menelan banyak korban nyawa maupun barang.

SWITZERLAND, SUARAPAPUA.com — Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia Pendeta Dr. Olav Fykse Tveit menyampaikan keprihatinannya atas situasi yang belakangan ini terus memburuk di Provinsi Papua dan Papua Barat Indonesia. 

Hal ini kata Pdt.Olav Fykse berdasarkan laporan gereja mitra di wilayah tanah Papua yang menunjukan berkaitan dengan demonstrasi damai anti rasisme oleh mahasiswa Papua yang diintimidasi oleh pasukan militer dan milisi Indonesia.

“Sementara, di daerah lain di Papua kami telah belajar tentang kekerasan horizontal antara orang Papua dan penduduk non pribumi.

Baca juga: Menyikapi Situasi Papua, Wartawan Diharapkan Menggunakan Narasi Yang Baik

Kami menyerukan kepada Pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menghentikan kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap penduduk asli Papua oleh pasukan militer dan milisi Indonesia.

Baca Juga:  Pacific Network on Globalisation Desak Indonesia Izinkan Misi HAM PBB ke West Papua

Untuk memastikan semua itu, harus ada akses kemanusiaan nasional dan internasional ke Wamena dan daerah-daerah lain yang terkena dampak sebagai masalah urgensi ini,” kata Pdt.Olav Fykse sebagaimana dilansir dari website resmi WCC oikumene.org, Minggu (29/9/2019).

Seruan serupa disampaikan Pdt. Dr Claudia Währisch-Oblau, Sekertaris Eksekutif untuk Penginjilan United Evangelical Mission (UEM) Jerman. Dimana Pdt.Claudia meminta kepada gereja-gereja anggota UEM agar berdoa bagi situasi di tanah Papua.

“Saudara dan saudari yang terkasih, untuk kedua kalinya dalam waktu singkat, kami meminta Anda untuk berdoa untuk situasi di Papua,” kata Pdt.Claudia sebagaimana dikutip dari kemitraangki.com, Minggu (29/9/2019).

Baca Juga:  Komisi HAM PBB Minta Indonesia Izinkan Akses Kemanusiaan Kepada Pengungsi Internal di Papua
United Evangelical Mission (UEM) Jerman logo. (ist)

Ia menyatakan, dalam waktu-waktu ini, 30 an lebih korban meninggal dunia di Wamena, sementara 3 siswa dan seorang tentara tewas di Jayapura. Ratusan orang telah ditangkap, akses internet telah dimatikan di Wamena, milisi pro-Indonesia telah diperintahkan untuk mempersenjatai diri terhadap orang Papua, dan wartawan dan pengamat independen telah dicegah memasuki provinsi Papua.

Jaringan Papua Barat dan Koalisi Internasional untuk Papua di mana UEM menjadi anggotanya sangat prihatin dengan situasi ini, demikian juga Komisaris HAM PBB Michelle Bachelet yang menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh pihak berwenang Indonesia.

Baca Juga:  Polri akan Rekrut 10 Ribu Orang untuk Ditugaskan di Tanah Papua

Baca juga: Sikapi Situasi Papua, Gereja-Gereja Papua Keluarkan Seruan Gembala

Ia juga menyinggung mengenai peryataan pakar PBB yang telah meminta pemerintah Indonesia untuk melakukan dialog yang tulus dengan orang Papua.

“Tolong doakan bersama kami agar Tuhan dapat menghibur keluarga mereka yang terbunuh, bahwa Ia akan menguatkan dan menyembuhkan mereka yang terluka, agar kekerasan bisa diakhiri, akses bantuan kemanusiaan difasilitasi di mana diperlukan dan bahwa Ia akan membimbing para aktivis dan politisi untuk mencari solusi damai dan adil untuk masalah Papua melalui cara-cara politik dan bukan kekerasan,” tukasnya.

Pewarta: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ribuan Data Pencaker Diserahkan, Pemprov PBD Pastikan Kuota OAP 80 Persen

0
“Jadi tidak semua Gubernur bisa menjawab semua itu, karena punya otonomi masing-masing. Kabupaten/Kota punya otonomi begitu juga dengan provinsi juga punya otonomi. Saya hanya bertanggung jawab untuk formasi yang ada di provinsi. Maka ini yang harus dibicarakan supaya apa yang disampaikan ini bisa menjadi perhatian kita untuk kita tindaklanjuti. Dan pastinya dalam Rakor Forkopimda kemarin kita juga sudah bicarakan dan sepakat tentang isu penerimaan ASN ini,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.