Soekarno, Hatta dan Benny Wenda: Jadi Pemimpin Setelah Lewati Penjara Negara Firaun

0
1828

Refleksi singkat terhadap hukuman Rasis Buchtar cs di Indonesia

Oleh: Yan Ukago)*
Penulis adalah Intelektual Papua

Pada tahun 1940an, Belanda, sangat kuatir dengan gerakan kemerdekaan Indonesia yang makin solid. Dengan alasan yang dicari-cari, aktivis Soekarno dan Hatta dimasukkan dalam bui. Padahal kolonial saat itu, tahu mereka dua orang yang baik.

Pada tahun 2020 ini, kita saksikan hal serupa, Indonesia menghukum Buchtar Tabuni dan alexander gobai cs. Ditangkap dengan alasan rasialis tapi dipenjaraka dengan pasal makar. Dalam hal menghukum orang yang tidak bersalah, indonesia dan belanda kelasnya sama. Indonesia telah lama belajar dari gurunya kolonial belanda itu.

Sejatinya Penjara itu tempat bagi para perampok, koruptor dan pembunuh. Bukan tempat untuk membui orang yang beda pendapat, orang yang bersebrangan, orang yang beda pandangan, juga bukan tempat penjara bagi lawan politik. Hukum dipakai sebagai tameng berlindung diri dibalik kepentingan negara.

ads
Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Di indonesia, orang yang salah bisa berkeliaran bebas, sementara orang benar ada di penjara. Wajah Itu ada sejak jaman belanda dan diteruskan negara ini sampai kini. Hukum itu milik penjajah belanda, kini punya penguasa Indonesia. Tapi penguasa maupun penjajah selalu lupa satu hal. Walau tidak bersalah, Pejuang sejati akan menerima bui dengan lapang dada. Dia siap dipenjara oleh Pemerintah Firaun. Penjara itu tempat terlahirnya para pemimpin dunia. Kita tau kini siapa itu soekarno dan Hatta. Kita juga kini tau siapa itu Nelson Mandela dari afrika selatan. Kita juga tau siapa itu Benny Wenda yang dibui tanpa alasan dan kini pimpin ULMWP, sayap politik Papua Merdeka.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Seminggu kemarin Buchtar cs telah dipenjara sementara pelaku rasis dibebaskan. Negara Indonesia telah menghukum mereka, Bagi kami org papua peristiwa itu sama Kaiser Pilatus yang demi kursinya membebaskan dua penyamun dan memilih menghukum Yesus orang yang benar itu.

Bagi OAP, indonesia adalah negeri Firaun, siapapun dia pemimpin Indonesia dipandang sebagai kaiser pilatus. Negara harusnya menghukum orang yang salah sesuai Firman Allah, bukan menghukum org dianggap yang salah terhadap kaiser dan pengikutnya yang berlindung di balik nama negara. Atau menghukum lawan politik atau org beda pandangan dengan alasan yang dicari-cari. Sekalipun atas nama negara, menghukum orang yang benar itu akan ada hukum karmanya.

Dulu Belanda tidak pernah duga kalau Soekarno dan Hatta, dua orang baik yang mereka hukum itu akhirnya memerdekakan Indonesia. Namun Indonesia adalah negara beradab yang kini sedang memenjarakan banyak orang benar dan kita menanti apa yang akan terjadi kemudian.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Bucthar cs telah dipenjara, kami OAP semua saat ini merasa ada di penjara. Kami akan kluar dan kibarkan kebenaran kasih Tuhan. Cerita Daud dan Goliat akan jadi nyata. Kita akan hidup bersaudara. Bersaudara itu tidak harus dalam satu negara. Apa artinya satu negara tapi saling membunuh? Lebih bermartabat sebagai negara tetangga tapi saling mengasihi seperti Indonesia dan Timor leste kini. Kebenaran itu bisa disalahkan tapi tidak bisa dikalahkan. Semua yang sedang terjadi ini adalah nubuat, semua akan indah pada waktunya. (*)

Artikel sebelumnyaKNPB Numbay: Rasisme akan Hidup dan Tetap Ada Selama Papua Bersama Indonesia
Artikel berikutnyaMahasiswa Bakar 1000 Lilin Untuk Tujuh Terdakwa Rasisme di Balikpapan