Sambut Hari HAM Sedunia, BEM Uncen Buat Diskusi Publik

0
85

JAYAPURA, SUARAPAPUA— Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Cenderasih melakukan diskusi publik menyambut hari hak asasi manusia (HAM) sedunia pada 10 Desember. Peringatan ini juga untuk mengenang hari diadopsinya deklarasi universal hak asasi manusia tahun 1948.  

Menteri hukum dan HAM BEM Uncen, Ayus Heluka menjelaskan kegiatan yang dilakukan merupakan ajang penjemputan hari HAM sedunia.

“Hari ini mahasiswa Uncen melakukan diskusi public untuk melihat implementasi  UU 1999 pasal 39, bahwasannya apakah di Papua sejak dahulu sampai saat ini masih terus terjadi pelanggaran HAM di tanah Papua atau tidak. Di sini kami melakukan dispub agar secara teori betul-betul mengerti apa itu pelanggaran HAM. Maka untuk itulah kami telah hadirkan pemateri dari LBH Papua,” terangnya, Selasa (8/12/2020) di Waena, Kota Jayapura.

Baca Juga:  Polri akan Rekrut 10 Ribu Orang untuk Ditugaskan di Tanah Papua

Pada 10 Desember 2020, kata Heeluka, pihaknya akan melakukan beberapa kegiatan untuk memperingati hari HAM sedunia, terutama pelanggaran HAM yang telah terjadi di tanah Papua.

“Mahasiswa Uncen bersama teman-teman dari kampus lain, kami akan melakukan mimbar bebas, pemasangan lilin, dan beberapa kegiatan lainnya di depan auditorium Uncen, karena di Papua banyak sekali pelanggaran-pelanggaran HAM yang belum dituntaskan oleh NKRI. Seperti Pania berdarah, Abe berdarah, Biak berdarah, Wasior berdarah, Wamena berdarah,” katanya.

ads

“Kami akan bersama-sama angkat masalah itu. Maka kami mengajak mahasiswa, pemuda dan masyarakat untuk datang menyampaikan pendapatnya, bersama-sama memperingati pelanggaran HAM itu,” ajaknya.

Yops Itlay, ketua BEM Uncen mengatakan 8 Desember merupakan hari di mana terjadinya kasus Pania berdarah.

“Hari ini adalah hari di mana pelanggaran berat terjadi di Paniai, di mana aparat Indonesia menembak mati 6 orang pelajar dan beberapa orang korban luka kritis. Jadi, di Papua itu banyak sekali pelanggaran HAM di masa lalu sampai sekarang seperti di Puncak 4 pelajar dan 1 ASN ditembak, di Nduga, Intan Jaya, Mimika. Masyarakat sudah mengungsi dimana-mana tinggalkan segalanya,” ungkap Itlay.

Baca Juga:  Empat Jurnalis di Nabire Dihadang Hingga Dikeroyok Polisi Saat Liput Aksi Demo

Sehingga, Yops meminta negara untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang telah terjadi di Papua, serta memberikan rasa aman kepada warga di daerah rawan konflik agar dapat merayakan Natal tahun ini.

“Jangan hanya terus memberikan janji-janji pasul, yang akhirnya menjadi luka busuk dalam negara ini. Ingat apapun yang dilakukan pusat jika tidak diselesaikan pelanggaran HAM, maka Papua akan begitu-begitu saja,” tegasnya.

“Saya juga minta agar negara hentikan penambahan pasukan dan penembakan yang terus dilakukan di Nduga, karena ini sudah memasuki 3 tahun mereka tidak merayakan Natal.

Baca Juga:  Tragedi Penembakan Massa Aksi di Dekai 15 Maret 2022 Diminta Diungkap

Maka, kata dia, berikanlah rasa aman kepada rakyat di sana agar dapat merayakan Natal tahun ini dengan sukacita,” pintanya.

Sementara itu, Emmanuel Gobay, direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Papua, berharap agar materi yang telah dibawakan betul-betul berguna bagi mahasiswa Uncen untuk mengadvokasi pelanggaran-pelanggaran HAM yang terus terjadi di tanah Papua.

“Mari kita bersama-sama menyelenggarakan teori dan prakteknya. Karena dengan itu kita menanamkan benih-benih hak asasi manusia dalam diri kita masing-masing dan melalui itu akan mengurangi tindakan pelanggaran HAM, maka kita sudah menjalankan perintah internasional untuk menghilangkan kejahatan luar biasa,” pungkasnya.

 

Pewarta: Yanuarius Weya
Penyunting: Yance Agapa 
Editor: Arnold Belau

 

Artikel sebelumnyaAkar Militerisme di Papua, Tapol: Negara Gagal Jalankan Reformasi Politik Sejati
Artikel berikutnyaNatal 2020, Telkomsel Prediksi Layanan Data Naik 10,19 Persen