BeritaPemerintah Daerah Tidak Peduli Nasip Anak-anak Terlantar di Wamena

Pemerintah Daerah Tidak Peduli Nasip Anak-anak Terlantar di Wamena

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Pemerintah kabupaten Jayawijaya terkesan tak peduli dengan kehidupan anak-anak yang selalu dibiarkan hidup terlantar.

Karlos Hisage, penanggungjawab Komunitas Anak Kaki Abu Wamena (KAKAW) mengungkapkan hal ini kepada suarapapua.com di Wamena, Rabu (16/12/2020).

“Kita lihat di Wamena ini banyak sekali anak-anak yang dibiarkan tanpa ada perhatian. Saya berusaha merangkul anak-anak dan memberikan pembinaan sejak bulan Oktober lalu,” jelasnya usai perayaan Natal bersama KAKAW di Wamena.

Hisage mengaku sangat prihatin dengan kondisi yang saban hari dialami generasi penerus masa depan Papua.

“Saya lihat mereka terlantar dan rasa kasihan, jadi saya rangkul anak-anak dan saya kumpulkan mereka di satu tempat, lalu saya bikinkan rumah.”

Upaya yang dilakukan ini, kata Hisage, tanpa banyak mengharapkan perhatian dari pihak lain termasuk pemerintah daerah.

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

“Semua biaya menjadi tanggungan pengurus KAKAW secara suka rela. Kami lakukan tanpa sponsor dari pihak manapun. Sejak bulan Oktober lalu, kami keluarkan uang saku kurang lebih sebanyak 30 juta rupiah untuk membiayai makan dan minum, juga kebutuhan lainnya,” kata Hisage sembari menambahkan, tidak ada sponsor dari siapapun.

Ia berharap, pemerintah daerah bisa sedikit peduli terhadap anak-anak, minimal membangun tempat tinggal berpola asrama. Hal itu juga sebagaimana tertera dalam Pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi, “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”.

Yan Kapitarau, hamba Tuhan yang melayani ibadah Natal KAKAW di komplek Potikelek, mengatakan, gereja tidak harus berpaku pada pelayanan pada hari-hari ibadah saja, tetapi penting juga untuk buka mata melihat umat terlantar seperti anak-anak yang tergabung dalam komunitas ini.

Baca Juga:  ULMWP Desak Dewan HAM PBB Membentuk Tim Investigasi HAM Ke Tanah Papua

“Tidak hanya pihak pemerintah saja, gereja juga harus buka mata terhadap anak-anak jalanan ini. Jangan segala hal kita langsung mau arahkan ke pemerintah, tetapi tanggungjawab sebagai hamba-hamba Tuhan untuk memperhatikan anak-anak kita yang ada dalam komunitas seperti ini,” kata Yan.

Sebab, menurutnya, salah satu makna dari kelahiran Yesus ke dunia ini adalah mencari yang hilang. Seperti dijelaskan dalam Alkitab, dari 100 ekor domba, 99 ekornya sudah aman, hanya satu yang hilang dan gembala pergi mencarinya.

“Pemerintah memang punya tanggungjawab besar sebagai wakil Allah dan menghadirkan damai bagi semua orang yang adalah umat Tuhan,” imbuhnya.

Kapitarau mengajak semua pihak termasuk pihak Gereja dan pemerintah daerah Jayawijaya untuk peduli anak-anak terlantar yang sejatinya pemilik masa depan Papua.

“Papua kedepan ada di tangan generasi sekarang. Kita sekarang kalau terlambat mendidik untuk mempersiapkan generasi, maka sepuluh hingga dua puluh tahun kedepan, kita orang Papua akan kehilangan pemimpin asli.”

Baca Juga:  PTFI Bina Pengusaha Muda Papua Melalui Papuan Bridge Program

Tak lupa pula ia menyemangati pengurus bersama anak-anak terlantar untuk terus melangkah menjemput tahun baru dengan kejutan baru dalam tuntutan Tuhan.

“Komunitas ini akan bertumbuh jauh lebih baik lagi kedepan. Jadi, saya punya saran, kalau bisa semua komunitas yang ada di Wamena, kumpul jadi satu dan membentuk satu himpunan komunitas yang lebih besar supaya jangan jalan sendiri-sendiri. Kita kalau jadi satu, kita akan kuat,” pesan Yan.

Ia mengakhiri khotbah sembari mengucapkan kepada pengurus dan seluruh anggota KAKAW selamat merayakan natal 25 Desember 2020 dan selamat memasuki tahun baru 1 Januari 2021.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Aparat Hadang dan Represi Aksi Demo Damai Mahasiswa Papua di Bali

0
“Kondisi hari ini, rakyat Papua menghadapi situasi represif, intimidasi serta pembunuhan yang sistematis dan terstruktur oleh negara pasca otonomi khsusus diberlakukan tahun 2001. Akibatnya, konflik berkepanjangan terus terjadi yang membuat aparat TNI/Porli menuduh warga sipil dengan sembarangan,” tutunya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.