BeritaRibuan Orang Hadiri Misa Syukur Pesta Emas 50 Tahun SMP YPPK Santo...

Ribuan Orang Hadiri Misa Syukur Pesta Emas 50 Tahun SMP YPPK Santo Thomas Wamena

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Perayaan misa syukur pesta emas yubileum ke-50 SMP YPPK Santo Thomas Wamena Jayawijaya, Kamis (27/5/2021) dihadiri ribuan orang, berlangsung meriah.

Hadir dalam kegiatan yang diadakan di halaman SMP YPPK Santo Thomas Wamena itu staf khusus gubernur Papua Ani Rumbiak, bupati Yahukimo Didimus Yahuli, Plt Sekda Jayawijaya, Dandim 1702 Jayawijaya, perwakilan Kapolres Jayawijaya, alumni serta para guru dan siswa-siswi.

Didimus Yahuli, bupati kabupaten Yahukimo, dalam sambutannya mewakili lintas alumni SMP YPPK Santo Thomas Wamena menyampaikan terima kasih kepada angkatan pertama tahun 1971 hingga 2021 yang telah menyelenggarakan pesta emas 50 tahun sebagai bentuk kepedulian atas sekolah tertua di wilayah Lapago ini.

“Saya angkatan tahun 1986-1987. Saya satu-satunya orang yang beragama Protestan dalam angkatan tahun itu. Waktu masuk sekolah awalnya bimbang akan diterima atau tidak (ragu) karena saya anak Yali dari suku yang terbelakang, daerah yang terpencil dan masuk SMP juga orang Yali bisa dihitung dengan jari,” tuturnya.

Ketika pertama masuk sekolah, pak E. Dumatubun menurut Didimus menyampaikan bahwa SMP YPPK Santo Thomas tak ada beasiswa untuk membantu meringankan beban dalam proses pendidikan.

“Anak bisa sekolah di sini tidak ada sponsor, jadi anak kamu bisa sekolah atau tidak? Saya tidak kasih jawaban. Saya hanya tunduk terdiam. Hari ini saya berdiri di depan sini sangat bersuka cita dan sangat bangga bisa sekolah di SMP Santo Thomas Wamena,” kata Didimus.

Baca Juga:  PT Eya Aviation Indonesia Layani Penerbangan Subsidi Wamena-Tolikara

Bupati yang baru dilantik beberapa pekan lalu ini mengatakan, SMP YPPK Santo Thomas Wamena telah menghasilkan orang-orang hebat dan banyak perubahan selama ini.

“Di sekolah ini kami memiliki banyak cerita, mulai main bola kaki dengan bola basket, main pecek di pohon beringin. Itu kisah-kisah di masa kami sekolah di sini dan itu kisah yang tidak bisa saya lupakan. Saking sayangnya saya terhadap sekolah ini, sehingga di tanda tangan saya bagian terakhir itu saya ambil nama dari kepala sekolah E. Dumatubun,” kata Yahuli.

“SMP YPPK Santo Thomas telah banyak melahirkan pemimpin-pemimpin hebat di Papua, dan saya salah satunya. Jadi, memang tidak sia-sia bagi saya dan adik-adik masuk di sini. Kedepannya alumni akan terus melihat hal-hal yang perlu kita dukung dan benahi sekolah ini agar lebih baik lagi untuk mencetak SDM Papua,” tutur Yahuli.

Alpius Hugi, ketua alumni SMP YPPK Santo Thomas Wamena, mengatakan, semua alumni memiliki komitmen yang besar untuk hadir dan membangun sekolah ini.

“Alumni punya komitmen untuk menaikkan standar sekolah di mulai dari mendukung penuh saran prasarana termasuk gedung, alumni juga akan berkoordinasi dengan pemerintah yang juga sebagai mitra, serta kepada direktur eksekutif YPPK dan orang tua untuk membangun gedung aekolah,” ucapnya.

Baca Juga:  DKPP Periksa Dua Komisioner KPU Yahukimo Atas Dugaan Pelanggaran KEPP

Alpius akui sekolah ini telah berkarya selama 50 tahun. Artinya, ini sekolah yang pertama dan tertua di wilayah Lapago, pusatnya di Lembah Balim.

“Alumni akan dorong agar gedung yang dibutuhkan di sekolah ini harus jadi. Kebanyakan SDM yang ada di Lembah Balim ini ada yang dari SMP ini, sehingga pemerintah daerah harus kembali melihat sekolah ini dan kita siapkan generasi yang handal kedepannya,” kata Alpius.

Alumni SMP YPPK Santo Thomas Wamena, menurutnya, akan terus berkoordinasi dengan semua alumni untuk memberi yang terbaik di masa mendatang.

“Alumni dari SMP ini ada 3.800 ratus lebih orang mulai dari tahun 1971-2021. Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk berkomunikasi dengan semua alumni,” tuturnya.

Sementara itu, perwakilan angkatan pertama SMP YPPK Santo Thomas Wamena tahun 1971, Robertus Huby mengaku bangga menjadi bagian dari angkatan pertama yang selesai tahun 1973.

“Dulu sekolah ini masih pecek. Guru-guru suruh kami angkat pasir di kali Uwe, tapi pada zaman itu belum ada plastik. Karung yang kami gunakan isi pasir itu terbuat dari alang-alang. Kami bawa sedikit demi sedikit pasir itu, tetapi selalu jatuh di jalan,” Robertus mengenang.

Ia terharu dengan banyaknya alumni SMP YPPK Santo Thomas Wamena yang menjadi orang yang hebat dan sukses.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

“Saya begitu lihat bupati Yahukimo ini saya menangis, karena lulusan dari SMP YPPK Santo Thomas ini ada yang menjadi bupati. Kami kakak-kakak dulu jalan di sekolah ini seperti jalan yang kecil tapi sedikit demi sedikit jalan itu menjadi jalan yang besar. Saya berpesan kepada adik-adik yang masih sekolah, sekolahlah dengan baik karena zaman sekarang ini tidak seperti masa kami dulu yang sangat susah. Zaman sekarang ini semua sudah diberikan kemudahan,” ucap Hubi.

Pantauan suarapapua.com, alumni mengumpulkan 18 ekor babi untuk pesta makan bersama (bakar batu) sebagai ucapan syukur pesta emas yubelium 50 tahun SMP YPPK Santo Thomas Wamena yang dihadiri kurang lebih seribu tamu undangan dan simpatisan.

Pesta emas diwarnai penyerahan cinderamata kepada mantan kepala sekolah ibu Sisilia Kipimbop yang merupakan guru tua dan akan pensiun di tahun ini.

Selain itu, penyerahan bantuan berupa komputer, printer, infokus, mesin babat, kompor, dan bak sampah. Juga pemberian bantuan dana awal Rp200 juta untuk bangun kantor sekolah yang terbakar.

Untuk diketahui, SMP YPPK Santo Thomas Wamena telah berhasil melahirkan kurang lebih 13 imam dan bruder serta tiga suster biarawati.

Pewarta: Agus Pabika
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Perda Pengakuan dan Perlindungan MHA di PBD Belum Diterapkan

0
“Kami bersama AMAN Sorong Raya akan melakukan upaya-upaya agar Perda PPMHA  yang telah diterbitkan oleh beberapa kabupaten ini dapat direvisi. Untuk itu, sangat penting semua pihak duduk bersama dan membicarakan agar Perda PPMHA bisa lebih terarah dan terfokus,” ujar Ayub Paa.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.