Kami Pasang Lilin Sebagai Bentuk Keprihatinan Terhadap Korban Pelanggaran HAM

0
868

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Sejumlah kegiatan dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) se-dunia pada 10 Desember, digelar Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP). Salah satunya, pemasangan lilin sebagai bentuk keprihatinan atas korban pelanggaran HAM di belahan dunia, termasuk Indonesia dan lebih khususnya di Tanah Papua.

Theo Hesegem, direktur eksekutif YKKMP, mengatakan, puncak peringatan hari HAM internasional dengan menyalakan lilin diawali kegiatan seminar sehari di Gereja Kingmi Suppes, Hom-hom, Wamena, kabupaten Jayawijaya, Jumat (10/12/2021).

Seminar bertema “Minuman keras, narkoba dan ganja merupakan mesin pembunuh orang asli Papua secara sistematis” itu dilaksanakan atas kerja sama Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Komnas HAM Perwakilan Papua.

“Kami melakukan pemasangan lilin ini merupakan bentuk menyampaikan keprihatinan kami terhadap korban-korban pelanggaran HAM,” jelas Theo dalam keterangan pers kepada suarapapua.com.

Selain seminar, pihaknya juga menggelar dialog interaktif di RRI Wamena, atas kerja sama MRP dan Komnas HAM Perwakilan Papua yang didukung pemerintah kabupaten Jayawijaya dan Polres Jayawijaya.

ads

“Kegiatan ini bagian dari peringatan hari HAM sedunia, dimana bangsa-bangsa di dunia melalui PBB telah menetapkan tanggal 10 Desember adalah hari hak asasi manusia (HAM). Oleh karena itu, bagi kami hari ini menjadi momentum penting untuk bersuara mempertahankan tatanan kehidupan manusia tanpa mengurangi rasa hormat, karena setiap orang punya hak dan kebebasan untuk hidup dengan bebas dan berkembang tanpa mengalami kekerasan, diskriminasi, ancaman, teror, intimidasi, apalagi mengurangi hak hidup orang lain dalam bentuk menghilangkan nyawa manusia,” tuturnya.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

PBB menetapkan tanggal 10 Desember sebagai hari HAM dengan harapan agar diberikan kebebasan bagi setiap manusia di muka bumi ini untuk berkarya dengan bebas di negaranya masing-masing.

Dalam kegiatan seminar, kata Theo, anak-anak dan remaja hadir dengan harapan bisa ikuti sebagai bekal untuk lebih berhati-hati mengkonsumsi barang-barang berbahaya bagi masa depan generasi Papua dan Jayawijaya, yakni minuman keras, narkoba, dan ganja.

“Mengapa mereka perlu dilibatkan? Kami merasa bahwa masa depan anak muda sangatlah penting. Karena mereka adalah generasi penerus masa depan Papua dan Jayawijaya. Kami tidak mau moral anak-anak, remaja dan pemuda rusak hanya gara-gara miras, narkoba dan ganja.”

Untuk itulah Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua bersama Solidaritas Pemberantasan Miras dan Narkoba melibatkan anak muda demi menjaga keutuhan sendi-sendi kehidupan mereka.

“Mereka harus menyadari bahwa minuman keras, narkoba dan ganja merupakan mesin pembunuh orang asli Papua secara sistematis,” ujarnya.

Baca Juga:  FPD Yahukimo Aksi di Kantor KPU Papua Pegunungan Tuntut Pleno Dibatalkan

Theo berharap, seminar ini satu upaya memberikan kesadaran bagi generasi penerus tidak terlibat di dunia miras, narkoba dan ganja.

“Orang asli Papua punya hak hidup untuk bertumbuh dan berkembang, tetapi selama ini selalu tidak luput dari kasus kematian akibat miras. Masa depan anak-anak muda perlu dijaga karena mereka yang akan membangun bangsa ini dan khususnya lagi kabupaten Jayawijaya di masa mendatang.”

Selain pemasangan lilin dan dialog interaktif di RRI Wamena, pihaknya juga mengadakan doa pemulihan terhadap konflik bersenjata di Tanah Papua dan pengungsian dari Nduga, Intan Jaya, Puncak, Kiwirok, Maybrat, Yahukimo, dan beberapa daerah lain.

Dalam pada itu dilakukan juga pemotongan kue hari HAM se-dunia.

Masih menurut Theo, dalam waktu dekat melakukan pemasangan baliho di beberapa tempat umum di sekitaran kota Wamena, antara lain pasar baru, pasar Sinakma, pasar Misi di Wouma, pasar Potikelek, depan mall, bandara dan beberapa tempat perbatasan kabupaten Jayawijaya seperti perbatasan kabupaten Yalimo, perbatasan kabupaten Lanny Jaya, perbatasan kabupaten Tolikara, perbatasan kabupaten Mamberamo Tengah.

“Dengan pemasangan baliho itu saya yakin akan mulai menyadarkan mereka yang selalu mabuk, termasuk juga agen atau produsen miras. Kita berharap agar suasana natal dan tahun baru harus aman.”

Baca Juga:  KKB Minta Komisi Tinggi HAM Investigasi Kasus Penyiksaan OAP

Pemasangan spanduk dan baliho tersebut diharapkan sebagai media penyadaran bagi siapapun agar tidak konsumsi minuman beralkohol dan sejenisnya jelang perayaan Natal tahun ini.

“Natal harus dirayakan dalam suasana yang penuh damai. Untuk itu, kami juga minta kepada pemerintah daerah (Jayawijaya) serius menangani pemberantasan miras, narkoba dam ganja. Persoalan ini perlu kerja sama dari semua,” tandasnya.

Sementara itu, KNPB Numbay pada perayaan hari HAM se-dunia menyinggung sikap pemerintah Indonesia yang terkesan tidak mampu selesaikan kasus pelanggaran HAM di Tanah Papua.

Benny Murib, sekretaris KNPB Numbay, dilansir nokenwene.com, menegaskan, negara mestinya ada kemauan untuk tangani kasus-kasus pelanggaran HAM berat di West Papua secara independen dan jujur sesuai perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

“Dari tahun ke tahun kasus pelanggaran HAM terus meningkat, tetapi negara Indonesia tidak pernah mau tangani untuk selesaikan,” ujar Benny usai ibadah natal KNPB Numbay sekaligus peringatan hari HAM Internasional, Jumat (10/12/2021) di Expo, Waena, Kota Jayapura.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaRWP dan Rakyat Indonesia di Sulut Desak PT Freeport Ditutup
Artikel berikutnyaPresiden Joko Widodo Dianggap Bohongi Rakyat Papua