Tanah PapuaMeepagoOrang Papua Wajib Rawat Noken Kehidupan

Orang Papua Wajib Rawat Noken Kehidupan

WAKEITEI, SUARAPAPUA.com — Kebudayaan Papua dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya kian hancur bahkan terancam punah karena beberapa faktor luar dan dari dalam, sehingga perlu upaya mendesak untuk selamatkan sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Titus Pekei, penggagas Noken Papua di UNESCO, mengemukakan hal itu saat berbicara dalam pertemuan sosialisasi doa puasa massal 40 hari 40 malam yang diserukan Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2) di aula Kaboudabi Wakeitei, Tigi, Deiyai, Rabu (8/6/2022).

“Kehancuran kebudayaan Papua termasuk kebudayaan suku Mee sudah terancam punah. Ada banyak faktor penyebabnya. Hal ini tidak bisa dibiarkan. Kita semua didesak untuk selamatkan. Maka, perlu dibangun kesadaran bersama untuk memulihkan kembali,” kata Titus.

Ia menyampaikan materi berjudul “Membangun kesadaran bersama untuk memulihkan kembali kehancuran kebudayaan suku Mee yang terancam punah”.

Baca Juga:  Direpresif Aparat Kepolisian, Sejumlah Massa Aksi di Nabire Terluka

Titus yakin, hanya dengan kesadaran tentang eksistensi manusia dan nilai-nilai kebudayaan asli, pemulihan bisa terjadi di Tanah Papua. Salah satunya menjaga noken kehidupan tetap utuh.

“Perlu kesadaran dan mulai pertobatan secara sungguh-sungguh adalah jalan keselamatan bagi kita umat manusia. Gerakan pemulihan melalui doa dan puasa merupakan solusi untuk berbalik ke jalan benar milik Ugatame (Tuhan) sebagai sumber hidup hari ini dan masa depan,” tuturnya.

Titus berharap, sosialisasi mengenai gerakan pemulihan Tanah Papua harus digencarkan ke semua orang dalam berbagai kesempatan, termasuk pada perayaan ibadah Minggu di Gereja.

“Semua harus satukan hati dan pikiran dengan Ugatame. Manusia tidak mesti berpikir melebihi Sang Pencipta. Kita menjadi pewaris ciptaanNya, menjadi pemikul noken kehidupan (agiya dokii),” kata Titus.

Baca Juga:  Sikap Mahasiswa Papua Terhadap Kasus Penyiksaan dan Berbagai Kasus Kekerasaan Aparat Keamanan

Titus juga menggarisbawahi filosofi suku Mee yaitu dou, gai, ekowai, harus dijadikan pijakan hidup untuk dipatuhi dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, juga sebagai warisan berharga bagi generasi masa depan.

“Mari kita berpikir bersama (dimi enaimo), melihat bersama (dou enaimo), bersikap bersama (gai enaimo), bekerja bersama (ekowai enaimo), dan menjaga bersama (ewanai enaimo),” ajaknya.

Yanto Pigome, asisten JDRP2, mengatakan, gerakan pemulihan Papua harus diketahui oleh semua orang agar mulai tanggal 21 Juni 2022 jam 12 siang masuk dalam doa puasa massal.

Menurut Yanto, kini sudah saatnya orang Papua harus melakukan gerakan bersama untuk pemulihan dengan kegiatan doa dan puasa selama 40 hari 40 malam. Hal ini sesuai petunjuk Tuhan melalui hambaNya.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Segera Perintahkan Panglima TNI Proses Prajurit Penyiksa Warga Sipil Papua

“Doa puasa massal merupakan jalan menuju pemulihan bangsa Papua. Setiap pribadi kita, keluarga, klan, marga dan bangsa ini sudah saatnya serahkan kepada Sang Pencipta dengan cara berdoa dan berpuasa. Kami yakin bahwa hanya dengan begitu akan ada pemulihan dari semua hal yang tidak baik,” bebernya.

Ketentuan mengenai doa puasa massal, imbuh Pigome, telah diuraikan dalam buku panduan yang disebarkan ke seluruh Tanah Papua maupun orang Papua di rantauan (diaspora).

Kegiatan doa puasa massal dimulai 21 Juni 2022 jam 12 siang hingga 31 Juli 2022 jam 12 siang.

Pewarta: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

PT IKS Diduga Mencaplok Ratusan Hektar Tanah Adat Milik Marga Sagaja

0
“Perusahaan segera ganti rugi tanaman, melakukan reboisasi dan yang paling penting yaitu kembalikan status tanah adat kami marga Sagaja,” pungkasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.