Mendulang Keberuntungan Saat Persipura Bertanding di “SULE”

0
458

SENTANI, SUARAPAPUA.com – Susana Ongge 47 tahun ibu empat anak dan empat cucu ini mulai menekuni usaha jualan topi hias dari buku ayam dan kasuari serta gelang atau gantungan dari bahan bekel.  

Selama empat tahun perempuan asal Sentani ini berjualan di depan stadion utama Lukas Enembe (SULE), di Sentani, kabupaten Jayapura. Sejak Sule menjadi markas bagi Persipura dalam beberapa pertandingan yang berlangsung di sule itu menjadi berkat baginya.

“Saya berjualan seperti ini sudah sejak tahun 2019 sampai sekarang. Saya jual Pinang, topi hias dan pita rambut dari bekel. Sebelum Persipura main di Sule ini pendapatan saya dalam sehari cuman Rp 400 ribu dan di waktu Persipura berapa kali bermain ini dalam sehari puji Tuhan saya dapat 1 juta,” ungkap Susana Ongge kepada suarapapua.com di Sentani, Senin (10/10/2022).

Topi hias dan bekel yang ia jual relatif murah meria dan ketika ada yang menawarkan dengan harga renda ibu empat cucu ini mengiyakan. Dalam mengerjakan topi hias dan bekel ia dibantu dengan anak-anaknya.

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

“Topi hias itu harganya Rp. 200 ribu kalo ada yang tawar saya kasih yang penting ada modal dan bisa diolah lagi, kalau Beker yang saya buat jadi pita rambut itu murah saja ada yang Rp. 25 ribuan ke atas. Dalam satu hari kami bisa buat paling banyak 10 topi hias,” ujar perempuan asal Sentani Timur ini.

ads

Mama Susana mulai berjualan dari pagi jam 8 hingga malam sesuai dengan aktivitas di area Sule hanya bermodalkan meja  dan payung.

“Saya jualan biasa dari pagi setelah selesaikan pekerjaan di rumah, karena mama ini suami sudah almarhum jadi saya harus jadi bapa buat ke empat  anak-anak saya. Dari 2019 saya jualan hanya dengan begini saja tidak ada tempat yang layak bisa saya gunakan seperti penjual lainnya,” ujarnya.

Baca Juga:  Non OAP Kuasai Kursi DPRD Hingga Jual Pinang di Kota Sorong

Kata perempuan 47 tahun ini, hasil jualan ia gunakan untuk kebutuhan dalam rumah dan juga untuk kebutuhan anak  bungsu yang masih SMA.

“Dari hasil juala ini anak-anak tiga sudah kerja dan yang bungsu masi SMA, mereka semua saya biayai dari hasil jualan seperti ini,” ujar Ongge.

Aktivitas berjualan ini sudah menjadi mata pencaharian yang oatena baginya, sehingga tetap bertahan walau tak ada tempat yang layak baginya untuk berteduh.

“Saya Kemarin-kemarin bawa proposal ke bank BRI tapi di tolak, saya lengkapi surat izin usaha dari RT/RW lurah dan bawa ke bank BPD, saya di suru tunggu tiga hari ternyata proposal saya di kembalikan, saya cuman mau dinas terkait bantu kami yang jualan di  depan stadion ini dengan tempat jualan ka, agar kami bisa berjualan dengan tenang jadi kalau hujan tidak harus buru-buru angkat jualan kami,” ujar Ongge.

Baca Juga:  Hari Konsumen Nasional 2024, Pertamina PNR Papua Maluku Tebar Promo Istimewa di Sejumlah Kota

Penjual topi hias lainnya juga mengaku mendapat sedikit peningkatan dalam pendapatan ketika Persipura bermain di stadion utama Lukas Enembe. 

“Sebelumnya pendapatan tidak bagus, ya dalam satu hari bisa Rp. 250 ribu  begitu saja tapi ketika Persipura beberapa kali bermain itu satu hari bisa Rp. 800 – 1 juta,” jelas Fanny Sokoy. 

Kaya Fanny tempat ia dan beberapa penjual lainnya Berjualan di tempat yang strategis namun terkendala dengan tempat.

“Bisa kah pemerintah bantu kami tempat jualan? Agar ada tempat kami berjualan dan tidak duduk berjualan dengan modal  berteduh di bawa pohon mangga,” tuturnya. 

Pewarta: Yance Wenda
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaKepala Distrik: BLT dari Kemensos Senilai 1,8 Miliar Belum Sampai ke Masyarakat Sugapa
Artikel berikutnyaImam Katolik dari Suku Kamoro Kedua Siap Ditahbiskan Pekan Depan