BeritaMama-mama di Kwowok Belajar Olah Pisang Menjadi Tepung

Mama-mama di Kwowok Belajar Olah Pisang Menjadi Tepung

SORONG, SUARAPAPUA.com — Dengan berlimpahnya hasil kebun, mama-mama di kampung Kwowok, distrik Saifi, kabupaten Sorong Selatan, belajar tentang pengelolaan pisang menjadi tepung. Pelatihan diberikan langsung Bentara Papua, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) di provinsi Papua Barat.

Menurut Yanuarius Anouw, direktur Bentara Papua, pelatihan dan pendampingan berkelanjutan diberikan kepada masyarakat adat di kampung Kwowok untuk mendorong kemandirian dalam mengelola sumber daya alam yang ada tanpa bergantung ke pihak lain dan melupakan nilai-nilai kehidupan.

Yanuarius mengatakan, kampung Kwowok mempunyai komoditi unggulan seperti pisang yang mempunyai nilai ekonomis, sehingga terus mendorong masyarakat adat di sana untuk mengolah pisang menjadi tepung dan tepung tersebut bisa digunakan untuk membuat kue.

Baca Juga:  Saksi Beda Pendapat, KPU PDB Sahkan Pleno Rekapitulasi KPU Tambrauw

“Masyarakat Kwowok mempunyai komoditas unggulan seperti pisang dan itu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga kami melakukan pelatihan dan pendampingan berkelanjutan agar kedepan masyarakat adat mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola sumber daya alamnya tanpa berharap kepada siapa-siapa dan tidak melupakan nilai-nilai kehidupan yang telah dibangun dalam komunitas adat,” jelasnya kepada suarapapua.com, Selasa (13/12/2022).

Data dari Bentara Papua, selama September 2022 telah dilakukan pendampingan kepada masyarakat Kwowok untuk pengelolaan pisang menjadi tepung sagu karena di kampung tersebut mempunyai potensi pisang yang berlimpah seperti pisang Dewaga, Dewaga abu-abu, Raja, Kapok, dan pisang Tali.

Baca Juga:  Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Lakukan Sidak ke Sejumlah SPBU Sorong

Selama ini masyarakat Kwowok biasanya hanya memanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika hasil panen pisang berlimpah, biasanya dijual, tetapi kesulitan akses pasar dan transportasi.

Bentara Papua melihat hal tersebut sebagai suatu peluang untuk mendampingi masyarakat di kampung Kwowok selama satu sampai tiga bulan agar mendapat pengetahuan dan kemampun yang baik dalam memanfaatkan sumber daya demi pengembangan ekonomi keluarga yang berkelanjutan dan mandiri.

Sementara itu, Beyum Antonela Baru, salah satu aktivis dari Tambrauw yang sedang memberikan pendampingan kepada masyarakat di distrik Mare, kabupaten Maybrat, menilai pendampingan yang berkelanjutan dan mandiri sangat penting didorong di basis masyarakat.

Baca Juga:  MRP dan DPRP Fraksi Otsus se-Tanah Papua Minta Jokowi Terbitkan Perppu Hak Politik OAP

Adanya dana kampung yang sangat besar, kata Beyum, melahirkan masyarakat yang pasif dan tidak mandiri.

Beyum melihat ada banyak potensi di kampung yang bisa dikelola untuk mendapat nilai ekonomis yang tinggi dan menghasilkan pendapatan bagi kampung tersebut.

“Dana kampung yang besar membuat masyarakat tidak mandiri dan menggantungkan hidup di sana. Ketika ada program pemerintah ya tidak hanya sebatas habis program dan laporan, tetapi harus ada pendampingan yang berkelanjutan dan tetap bersama masyarakat sampai masyarakat mampu melakukan apa yang didorong dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki,” tuturnya.

Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

20 Tahun Menanti, Suku Moi Siap Rebut Kursi Wali Kota Sorong

0
"Kami ingin membangun kota Sorong dalam bingkai semangat kebersamaan, sebab daerah ini multietnik dan agama. Kini saatnya kami suku Moi bertarung dalam proses pemilihan wali kota Sorong," ujar Silas Ongge Kalami.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.