Oleh: Edmar Ukago*
*) Seniman, Budayawan. Tinggal di Nabire
Musik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Selain itu, musik merupakan bahasa universal yang dapat menyatukan segala macam perbedaan.
Karena alat perekat yang dirasa sangat ampuh dan efektif untuk menyatukan orang Papua adalah musik, maka Group Musik Rakyat Papua “Mambesak” terbentuk tahun 1978 dengan tujuan, tidak ada lagi perbedaan ko dari gunung, ko dari pante, ko dari pulau, ko dari tanah besar, dan lain-lain.
Mambesak melalui Arnold Ap dkk berhasil mengumpulkan banyak lagu-lagu rakyat (folksong) dari sejumlah wilayah adat di Tanah Papua untuk direkam dalam album volume 1 hingga 5.
Akhir tahun 1970-an dan tahun 80-an, rekaman kaset Mambesak diperbanyak berkali-kali dan dijual hingga seluruh pelosok Tanah Papua.
Irama, ketukan, aransemen dan keharmonisan musik Mambesak yang sederhana, mengalir bagai sungai di kampung-kampung dan menyatu serta merakyat bersama orang di kampung ini membuat tidak ada sekat perbedaan di antara seluruh orang Papua saat itu. Tape Recorder di kampung-kampung berkali-kali tanpa bosannya memutar ulang lagu-lagu Mambesak. Walau arti lagu tidak diketahui, tetapi ciri khas musik dan lagu Melanesia ala Papua merasuk hingga hati dan sumsum OAP dari semua suku.
Sekali lagi, itulah musik.
Saya berpikir bahwa musik Papua bisa menjadi jembatan yang ampuh, bahkan menjadi senjata yang ampuh untuk berperang melawan kezaliman. Musik bekerja langsung pada emosi dan jiwa kita orang Papua. Musik bisa menyebabkan rasa senang, tenang, sedih, kecewa, membangkitkan spirit, dan sebagainya.
Akhirnya, majulah musik rakyat Papua bersama spirit sang revolusioner Arnold Ap. (*)