Artikel22 Mei 1894, Hari Bersejarah Gereja Katolik di Tanah Papua

22 Mei 1894, Hari Bersejarah Gereja Katolik di Tanah Papua

Editor :
Markus You

Oleh: Titus Pekei*
*) Pejuang Noken Papua, Tokoh Intelektual Katolik di Tanah Papua

Tanah Papua adalah pulau Injil. Pulau Injil tidak lepas dari perjalanan sejarah kontak awal misi bagi tanah dan manusia di pulau Nieuw Guinea (kini, Papua).

Kita telusuri sejarah Papua di masa silam. Sejak kontak oleh pelaut asing yang terjadi kebetulan bagi pulau tanpa nama yang dicatat Nieuw Guinea tidak terpisahkan dari sejarah misi pewartaan Injil. Setelah itulah diperkenalkan beberapa nama dengan cerita bagi pulau tanah orang kafir yang kini disebut Papua ini.

Lintasan sejarah masa lampau yang terdokumentasikan dalam beberapa literatur, kita jadi tahu bahwa melalui jalur perdagangan pelaut silam meninggalkan catatan penyatuan hati tanpa menyentuh hingga tersohor bagi pelaut itu sendiri. Hingga diperkenalkan keluar dengan beberapa nama melalui pengamatan, pengalaman, dan dari cerita dari pelaut asing itu di masa silam. Mereka melihat sebuah pulau raksasa yang kemudian menjadi catatan penuh misteri pada masa silam, bahkan hingga kini.

Suatu kelak dibagi menjadi beberapa bagian, seperti Papua timur adalah Papua Nugini (PNG). Papua barat adalah West Papua. West Papua menjadi bagian dari Netherland, Nieuw Guinea West Papua, UNTEA, Indonesia. Pijakan catatan sejarah ini bagi manusia dan tanah bangsa Papua (Sorong-Samarai) tidak lepas dari sejarah karya misi ordo-ordo Injili bagi tanah ini, seperti Serikat Yesus (SJ), Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC), Ordo Fratrum Minorum (OFM), Ordo Salib Suci (OSC), Ordi Santo Augustinus (OSA) dan ordo lainnya.Ordo dengan misionernya telah berpijak di tanah ini. Ordo bukan sebatas imigran karya misinya, misi berpijak dan tetap berkarya hingga mengorbankan dirinya. Seperti jiwa patriotik Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d’Armandville, SJ di tanah Neuw Guinea, tepatnya di Fakfak, pada 22 Mei 1894. Daerah ini kini masuk dalam wilayah kerja Keuskupan Manokwari Sorong.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Pastor Le Cocq tidak diam dalam mewartakan Injil bagi orang kafir menurut mereka di tanah Nova Guinea, kini Papua. Suatu hari Pastor Le Cocq menumpang kapal berlayar ke arah timur dari Fakfak hingga memasuki pantai Mimika dan kemudian diberitakan bahwa ia meninggal dunia dalam tugas karya misi Katolik Roma di Kipia, Mimika Pantai, Papua Selatan, yang kemudian menjadi wilayah Keuskupan Timika kini. Pastor Le Cocq yang adalah Rasul Kristus mengalami satu kejadian tragis dalam misi mulia. Diberitakan Pastor Le Cocq SJ meninggal dunia tanpa diketemukan jasadnya di pantai Kipia pada tanggal 27 Mei 1896.

Untuk mengenang karya pastoralnya yang super hebat, telah dibangun sebuah Patung Salib Kristus raksasa. Lokasinya di tempat dimana Pastor Le Cocq dikabarkan menemui ajal.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Regio Papua meliput Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Agats, Keuskupan Manokwari-Sorong, dan Keuskupan Timika.

Merujuk sejarah mula-mula dengan tokoh misionaris adalah Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d’Armandville, maka pada tahun ini genap 129 tahun Gereja Katolik di Regio Papua.

Dalam beberapa kesempatan, saya berbicara tentang karya luhur misionaris. Ketokohan Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d’Armandville memang harus patut dihargai oleh siapapun. Dalam seminar yang berlangsung pada tanggal 22 Maret 2022 di aula Paroki Kristus Terang Dunia Waena, misalnya, saya berbicara tentang karya misionaris khususnya di keuskupan Timika dan sekitarnya.

Selama empat hari semiloka bertajuk “Sejarah masuknya gereja Katolik di Papua” dihadiri perwakilan umat Katolik dari lima keuskupan di regio Papua, (Lihat,  https://youtu.be/zXCKaRt8eqM).

Begitupun saat bedah buku “Bergerak Menjadi Papua” karya Pastor Alfonsus Biru Kira, Pr, Sabtu (21/5/2022) di aula Paroki Kristus Kebangkitan Kita (K3) Damabagata, Tigi Timur, Deiyai. Saya akui semangat misionaris yang pantang menyerah dalam karya luhur mewartakan Firman Allah hingga ke Tanah Papua sejak 1894 seiring hadirnya Pastor Le Cocq di Sekru, Fakfak, (Baca, 128 Tahun Lalu Pastor Le Cocq Merintis Karya Misi Katolik di Tanah Papua).

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Tiga tahun lalu Sekolah Tinggi Katolik (STK) “Touye Paapaa” Deiyai Keuskupan Timika mulai menggagas perlunya menggali sejarah Gereja Katolik Papua. Saya hadir sebagai pembicara saat itu, bersama bapak Hubertus Takimai. Memang Pastor Le Cocq layak disebut tokoh penting, bahkan saya beri julukan sebagai pahlawan perintis Agama Katolik di Tanah Papua, (Baca, STK “Touye Paapaa” Deiyai Peringati 127 Tahun Misi Gereja Katolik di Papua).

Sebagai bagian dari penghormatan dan penghargaan misionaris itulah pada tanggal 22 Mei 2023 di Fakfak akan diadakan misa syukur karya misi Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d‘Armanville. Penanda sejarah awal mula Katolik masuk di Tanah Papua. Sejarah ini tidak dapat terpisahkan dari karya misi lainnya. Terdahulu atau setelah di pulau Nova Guinea, kini Tanah Papua.

Perayaan 129 tahun Gereja Katolik di Regio Papua akan ditandai dengan misa syukur di Fakfak, 22 Mei 2023 mendatang. Pesta iman ini sebagai penghormatan terhadap karya misi Gereja Katolik pertama dengan tokoh misionaris Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d‘Armandville di Sekru, sebuah perkampungan di dekat Fakfak pada tanggal 22 Mei 1894. (*)

Terkini

Populer Minggu Ini:

Perda Pengakuan dan Perlindungan MHA di PBD Belum Diterapkan

0
“Kami bersama AMAN Sorong Raya akan melakukan upaya-upaya agar Perda PPMHA  yang telah diterbitkan oleh beberapa kabupaten ini dapat direvisi. Untuk itu, sangat penting semua pihak duduk bersama dan membicarakan agar Perda PPMHA bisa lebih terarah dan terfokus,” ujar Ayub Paa.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.