PartnersSidang Raya Gereja Pasifik di Noumea Akan Membicarakan Isu Keadilan Sosial dan...

Sidang Raya Gereja Pasifik di Noumea Akan Membicarakan Isu Keadilan Sosial dan Hak Perempuan

Editor :
Elisa Sekenyap

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Sebanyak 12 dewan gereja nasional dan 35 gereja-gereja Anggota Konferensi Gereja Pasifik atau PCC berkumpul di Noume, Kaledonia Baru untuk menggelar Sidang Raya PCC ke-12 tahun 2023. Sidang raya tersebut akan berlangsung dari 16 – 23 November 2023.

Sidang raya gereja-gereja Pasifik tersebut diselenggarakan setelah KTT Forum Kepulauan Pasifik ke-52 tahun 2023 yang digelar di Rarotonga Kepulauan Cook pada 6-10 November 2023.

Sebagaimana dilansir dari Islands Business, pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Église Protestante de Kanaky Nouvelle-Calédonie (EPKNC), denominasi Protestan utama di wilayah dependensi Prancis di Pasifik dengan tema “Apakah Kamo – Khristus mentransformasikan kami menjadi manusia baru-Mu”.

Dalam pertemuan tersebut, para delegasi dari gereja-gereja Pasifik dan persekutuan gereja nasional akan berpartisipasi dalam serangkaian refleksi budaya, spiritual dan teologis, sambil mendiskusikan isu-isu keadilan sosial seperti penentuan nasib sendiri, lingkungan hidup, serta hak-hak perempuan dan anak.

Ketika para delegasi tiba minggu di Universitas Kaledonia Baru (UNC) di Noumea, Sekretaris Umum PCC, Pendeta James Bhagwan mengatakan: “Kenyataan bahwa kita akan berkumpul di Kaledonia Baru sangatlah berarti, karena di sinilah PCC mengadakan sidang konstitusionalnya pada tahun 1966,” kata Pdt. James.

Berdasarkan penelusuran, PCC dan Misi Pasifik pertama diselenggarakan pada 1961 di Seminari Teologi Malua di Samoa. Lima tahun setelah Malua, PCC mengadakan Sidang Raya pendiriannya di Kepulauan Loyalty yang terpencil di Kaledonia Baru.

Baca Juga:  Bainimarama dan Qiliho Kembali Ke Pengadilan Tinggi Dalam Banding Kasus Korupsi

Di mana para pemimpin gereja berkumpul di suku Xépénéhé di distrik Wetr, Lifou, dari tanggal 25 Mei hingga 7 Juni 1966 untuk secara resmi membentuk organisasi oikumenis regional. Ketua PCC pertama adalah Sione ‘Amanaki Havea dari Metodis Tongan.

Refleksi, dan lokakarya
Sebelum upacara pembukaan resmi pada, Minggu 19 November 2023, banyak peserta telah melakukan perjalanan ke lokasi-lokasi lain di seluruh Kanaky-Kaledonia Baru, untuk bergabung dalam pertemuan pra-Majelis bagi para pemimpin, perempuan, pemuda dan teolog.

Para pemimpin gereja senior terbang ke Kepulauan Loyalty untuk mengadakan Pertemuan Pemimpin Gereja Pasifik di Sekolah Tinggi Teologi Bethanie di Lifou.

Dewan Sekolah Tinggi Teologi Pasifik (PTC) akan mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya di luar tempat asalnya di Suva Fiji, untuk mendiskusikan pendidikan teologi dan metamorfosis PTC menjadi Universitas Komunitas Pasifika.

Dalam rangka mempersiapkan agenda refleksi dan diskusi yang ekstensif selama seminggu, para pemimpin akan mendiskusikan usulan struktur Komunitas Ekumenis Pasifik, yang dipresentasikan kepada Sidang Raya untuk disahkan.

Moderator PCC, Pdt. Dr. Tevita Havea ketika menyampaikan sambutan dalam acara penyambutan dan pembukaan oleh tuan rumah. (Supplied for SP)

Dipimpin oleh Dewan Pemuda Ekumenis Regional PCC, para pemuda akan melakukan perjalanan ke Lycée Agricole de Dö-Névâ di Waa Wi Lûû (Houaïlou), di pantai timur pulau utama Grande Terre. Di tengah-tengah presentasi tentang tema-tema utama Sidang Raya, kaum muda dari seluruh Oseania akan

Baca Juga:  Dua Hari GCC, PM Rabuka: Jadilah Pemimpin Adat Bagi Semua Warga Fiji

membahas “isu-isu kaum muda, penentuan nasib sendiri, penatalayanan dan peran mereka sebagai pemimpin pelayan generasi yang tidak hanya menyerukan keadilan, tetapi juga membawa pesan-pesan harapan dan perdamaian.”

Sementara, pra-pertemuan perempuan akan diadakan di Canala di wilayah Xârâcùù di provinsi selatan Kaledonia Baru. Sesi ini bertujuan untuk mempromosikan kolaborasi di antara jaringan perempuan dan gereja-gereja, mengembangkan rekomendasi untuk Sidang Raya, dan “berdiri dalam solidaritas dengan para suster yang berjuang untuk menentukan nasib sendiri.”

Penentuan nasib sendiri dan penatalayanan
Sidang Raya PCC diadakan setiap lima tahun sekali, dan pertemuan sebelumnya diadakan di Auckland, Aotearoa-Selandia Baru, membahas peran komunitas diaspora Pasifik.

Pendeta Bhagwan mengatakan bahwa keputusan tahun 2018 untuk menjadi tuan rumah Sidang Raya minggu ini di Kaledonia Baru datang pada waktu yang tepat.

“Saat itu menjelang referendum pertama tentang penentuan nasib sendiri di Kaledonia Baru pada tahun 2018, dan Sidang Raya ke-11 mengeluarkan sebuah pernyataan dan seruan regional untuk berdoa bagi rakyat Kanaky.”

Sidang Umum ke-12 diadakan pada saat yang sangat penting bagi masyarakat Kanaky di Kaledonia Baru. Minggu depan, dua menteri pemerintah Prancis akan tiba di Noumea untuk melanjutkan diskusi mengenai status politik koloni Prancis, dan politisi lokal sedang mendiskusikan tahap selanjutnya dari proses dekolonisasi.

“Mengingat tantangan yang dihadapi saudara-saudari kita, terutama di sekitar referendum ketiga pada tahun 2021,” kata Pdt. Bhagwan.

Baca Juga:  Pacific Network on Globalisation Desak Indonesia Izinkan Misi HAM PBB ke West Papua

“Ini adalah kesempatan yang penting bagi kami untuk datang ke sini sebagai komunitas iman, berkumpul untuk mendengarkan masyarakat dan gereja-gereja di Kanaky-Kaledonia Baru, dan belajar dari mereka. Kami sangat menantikan program ini, dan kami ingin merayakan bahwa Kanaky adalah sebuah komunitas di Kepulauan Pasifik.”

Berikut tema-tema pleno, termasuk “Transformasi sebagai Persekutuan Ekumenis”. Di mana pidato utama pada hari Senin oleh Uskup Agung Emeritus Dr. Winston Halapua, dari Keuskupan Anglikan Polinesia.

Pada hari, Selasa, Presiden Kaledonia Baru Louis Mapou akan berpidato di hadapan Sidang Raya. “Transformasi sebagai Penentuan Nasib Sendiri,” adalah tema utama, dan sidang pleno pada hari, Selasa akan mencakup refleksi dari Gereja dan Masyarakat Kanaky; Etaretia Porotetani Maohi (EPM) dari Mā’ohi Nui / Polinesia Prancis; Gereja-gereja di Tanah Papua (Papua Barat); dan Kongres Kristen Aborigin dan Penduduk Asli Australia.

Pada hari Rabu, sidang pleno “Transformasi sebagai Penatalayanan Ekologis” memiliki fokus utama pada perubahan iklim, warisan nuklir, dan “penatalayanan ciptaan Tuhan.” Maureen Penjueli, Koordinator Jaringan Pasifik untuk Globalisasi (PANG) akan memberikan pidato utama, dengan tanggapan dari Uskup Agung Fiji Peter Loy Chong dan presentasi dari Pdt. Dr. Cliff Bird tentang “Menenun Kembali Tikar Ekologi: Kerangka Ekologi untuk Pembangunan.”

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ribuan Data Pencaker Diserahkan, Pemprov PBD Pastikan Kuota OAP 80 Persen

0
“Jadi tidak semua Gubernur bisa menjawab semua itu, karena punya otonomi masing-masing. Kabupaten/Kota punya otonomi begitu juga dengan provinsi juga punya otonomi. Saya hanya bertanggung jawab untuk formasi yang ada di provinsi. Maka ini yang harus dibicarakan supaya apa yang disampaikan ini bisa menjadi perhatian kita untuk kita tindaklanjuti. Dan pastinya dalam Rakor Forkopimda kemarin kita juga sudah bicarakan dan sepakat tentang isu penerimaan ASN ini,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.