HIPMAPAS Semarang Pasang Seribu Lilin untuk Korban KLB Asmat

0
2451

SEMARANG, SUARAPAPUA.com — Mahasiswa Papua yang dikoordinir Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Papua se-kota Semarang (HIPMAPAS) Jawa Tengah, menggelar pemasangan seribu lilin bagi korban Kejadian Luar Biasa (KLB) Asmat, Papua, Sabtu (3/2/2018) di Taman KB, pusat kota Semarang.

Kegiatan dimulai pukul 17:30 WIB dan berakhir pukul 21:40 WIB. Acara diisi dengan tarian dan lagu atau puisi dari semua daerah di Papua, pembacaan puisi dari solidaritas SEBUMI dan kaum pro demokrasi Indonesia lainnya, dan tampilan drama dari panitia yang menggambarkan realitas sosial yang ada di Papua.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

Seperti diberitakan sebelumnya, ada 71 anak Asmat yang meninggal karena malnutrisi/gizi buruk dan campak selama Desember-Januari 2018.

“Mahasiswa turut berduka. Kami tau dan kami rasakan betul bagaimana perasaan orang tua kami di Asmat. Tidak hanya di Asmat, tapi apa yang dirasakan orang-orang tua kami di Pegunungan Bintang, di Nduga, di Lanny Jaya, di semua tempat dimana adik-adik kami jadi korban dari dijalankannya sistem yang tidak betul, sistem yang menjajah,” ujar Ayub Edowai, wakil ketua HIPMAPAS Semarang di sela-sela kegiatan.

Baca Juga:  57 Tahun Freeport Indonesia Berkarya

Sementara itu, salah seorang panitia kegiatan ini, Luis Kobak, menjelaskan, kegiatan panggung seni dan penyalaan seribu lilin bagi korban KLB di Papua sengaja dibuka di tempat umum untuk sosialisasikan realitas sosial hari ini di Papua kepada semua masyarakat kota Semarang.

ads

Dalam pernyataan tertulisnya, HIPMAPAS menekankan, KLB serupa telah membunuh 2.044 anak, dan itu adalah situasi tidak masuk akal, mengingat orang Asmat telah bertahan hidup tanpa ada kejadian serupa selama ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya.

Baca Juga:  KPU Tambrauw Resmi Tutup Pleno Tingkat Kabupaten

HIPMAPAS juga menegaskan akan eksisnya depopulasi orang Papua asli melalui berbagai saluran, antara lain KLB serupa di Asmat yang terjadi di seluruh Papua, HIV/AIDS yang perkembangan dan penyebarannya tinggi, angka Indeks Prestasi Manusia (IPM) yang menempatkan Tanah Papua sebagai langganan urutan terakhir sejak aneksasi melalui Pepera 1969 hingga tahun 2017.

Pernyataan tertulis HIPMAPAS dapat dibaca di sini.

Pewarta: Bastian Tebai

Artikel sebelumnyaWarga Protes Pemda Pegubin Bongkar Sekolah
Artikel berikutnyaSoroti Pemulangan Jurnalis BBC, Kodam XVII Bantah AJI