Benny Giay: Pemerintah dan Aparat Jangan Alihkan Masalah Rasis ke Politik

0
2319

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pdt. Benny Giyai, ketua sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua meminta pemerintah pusat dan aparat penegak hukum tidak mengalihkan isu rasisme ke isu politik.

Pernyataan tersebut disampaikan, saat menilai beberapa aksi yang dilakukan oleh masyarakat dan mahasiswa di tanah Papua yang berujung kepada isu politik Papua merdeka.

Menurutnya, beberapa aksi yang terjadi di Papua selama ini karena akibat dari  ucapan kata rasisme disampaikan kepada orang Papua.

Baca Juga: Perlakuan Rasisme dari Kolonialisme, Indonesia di Masa Lalu dan Papua di Masa Sekarang

Menurut Giyai, soal rasisme tidak bisa hanya dilihat dari kasus Surabaya. Tetapi kasus rasis terhadap orang Papua sudah lama terjadi di Indonesia. Dan yang luapan aksi spontan tolak dan lawan rasisme yang terjadi akhir-akhir ini adalah puncaknya.

ads
Baca Juga:  Situasi Paniai Sejak Jasad Danramil Agadide Ditemukan

“Masalah Papua hari ini berangkat dari isu rasisme di Surabaya dan beberapa kota lainnya di luar Papua. Bahkan di luar negeri. Sehingga sampai saat ini Gereja menilai isu itu digiring pada isu Politik Papua Merdeka,” kata Giyai, Kamis (26/9/2019) kemarin.

Atas kejadian tersebut, kata Giyai, ia menilai Papua ada dalam masalah besar dan gereja sendiri merasa terganggu karena umatnya diburu bahkan dituding dan dikejar bahkan dicari. Ia menilai ada kesadaran nasionalisme papua muncul setelah rasisme ini dibicarakan.

Baca Juga: Ko Masi Papua Ungkap Fakta Pelanggaran Hukum dan HAM Pasca Aksi Lawan Rasisme

“Kami lihat isu rasisme menambah satu gerakan baru lagi dan orang Papua sadar bahwa pelanggaran HAM, marginalisasi pembangunan yang tidak adil dengan didasari dari semangat rasisme maka rasisme memunculkan semangat baru, gerakan baru dan energi baru,” katanya.

Baca Juga:  MRP dan DPRP Fraksi Otsus se-Tanah Papua Minta Jokowi Terbitkan Perppu Hak Politik OAP

Untuk itu, Pendeta Benny Giay meminta agar pemerintah pusat aparat keamanan jangan mengalihkan persoalan ini ke ranah politik.

“Pihak keamanan lebih banyak mengalihkan masalah ini ke politik padahal ini bermula dari rasisme, maka mereka (OAP) yang ingin mencoba menyampaikan bahwa mereka bukan monyet, tetapi manusia ciptaan Tuhan yang sama seperti bangsa- bangsa lain di dunia,” katanya.

Sebelumnya, Juru Bicara Komite Internasional Jubir KNPB dihadapan ribuan Masyarakat Papua, yang melakukan demo damai atas ungkapan kata Rasis pada Senin (19/8/2019) di Kantor Gubernur Provinsi Papua menyampaikan, di dalam Negara yang terjajah penghinaan dan rasisme akan selalu subur.

Baca Juga: Lawan Rasisme, Ribuan Masyarakat Yahukimo Kembali Turun Jalan

Baca Juga:  Jawaban Anggota DPRP Saat Terima Aspirasi FMRPAM di Gapura Uncen

“Saya mau tanya.  Apakah kalian yang datang hari ini hanya karena kata Monyet..? Rakyat Papua yang saya hormati, hari ini saya berdiri disini, saya adalah Rakyat Papua. Gubernur Kolonial Indonesia, DPRP Penjaja Indonesia, MRP, semua penjabat yang hari ini duduk dibawah Penguasa Indonesia adalah “Rakyat” Bangsa Papua. Jadi status Kita hari ini adalah rakyat dan rakyat,” Kata Yeimo awali pembicaraan.

Jubir Internasional KNPB menjelaskan, karena yang mengalami penistaan, penghinaan terhadap harkat dan martabat itu adalah bangsa Papua.

“Karena itu ditempat ini saya mau bilang siapa suruh ada jadi terjajah..? sadarilah bahwa didalam negara yang terjajah rasisme, monyet itu akan selalu subur terpelihara,” tegasnya.

Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaVanuatu dan Solomon Islands Angkat Soal Pelanggaran HAM Papua Barat
Artikel berikutnyaA High School Student in Paniai Found Dead