JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Sebanyak 20 mahasiswa asal Pegunungan Bintang mengaku diinterogasi polisi di bandara Oksibil seterlah tiba dari bandara Sentani, Kab. Jayapura, Papua pada 27 September lalu.
Hal ini diungkapkan Isaiyas Taplo, mahasiswa Pegunungan Bintan di Jayapura pada Senin (30/9/2019) kepada suarapapua.com.
Taplo yang juga pengurus Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) mahasiswa Pengunungan Bintang di Jayapura mengatakan, tindakan aparat yang secara leluasa melakukan intimidasi dan interogasi bahkan mengambil data terhadap 20 mahasiswa di Pegunungan Bintang dapat menimbulkan trauma baru bagi mahasiswa.
Sebab, kata dia, saat ini mahasiswa sedang dihantui dengan beberapa kajadian pasca kasus ujaran rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.
“Kami punya teman-teman 20 orang mereka itu ada yang kuliah di Jayapura dan mahasiswa eksodus dari luar Papua, mereka pulang karena kekhawatiran orang tua atas situasi yang sekarang terjadi di Papua bahkan di Indonesia. Tapi mereka diinterogasi dan diperiksa di bandara. Tindakan ini kami merasa tidak pantas. Karena ini justru akan membuat masalah baru untuk mahasiswa lainnya yang pulang ke kampung,” kata Isayas Taplo.
Taplo menjelaskan, yang berhak melakukan pendataan terhadap mahasiswa adalah pemerintah bukan aparat. Sehingga kami mahasiswa pengunungan bintang di seluruh Indonesia meminta kepada Kapolres Pengungan Bintang untuk memberikan penjelasan.
“Kami ini korban rasisme oleh Negara dan kami mau pulang ke kampung kami. Kenapa kami harus diinterogasi lagi mak dengan tegas kami minta untuk kapolres memberikan penjelasan,” katanya.
Di tempat yang sama, Notius Urwan menyayangkan sikap aparat yang telah interogasi dan tahan selama satu hari selama interogasi itu dilakukan.
“Jadi Mereka itu pulang karena situasi di Jayapura tidak aman. Karenanya orang tua kirim tiket jadi mereka pulang sambil menunggu situasi kondusif kembali. Dan kami tidak terima kawan-kawan kami langsung hadapi dengan polisi bukan keluarga kami sangat sesalkan kejadian ini,” Ucapnya.
Sekretaris Ikatan mahasiswa Pelajar Pengunungan Bintang (IMPPETANG) Thomas Wiliam Alwolka membeberkan, dari informasi yang diperoleh 20 mahasiswa berangkat dari Jayapura pada tanggal 27 dari bandara udara Sentani menuju Oksibil.
“Sebelum mereka berangkat sudah memberi tahu lebih awal kepada kami sebagai pengurus. Kami juga sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah. Kami mau pulang bukan atas inisiatif kami sendiri. Pemerintah sendiri dalam pertemuan sudah bilang untuk pulangkan seluruh mahasiswa,” katanya
Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau