Kisah Alion Belau, Capt Pilot yang Menginspirasi: Berawal Dari Sering ke Bandara

0
2628

Namanya Alion Belau, saat ini ia menjadi captain pilot termuda mengawaki pesawat milik BUMD Kabupaten Puncak, Papua.

Menjadi seorang Pilot awalnya tidak pernah dibayangkan Alion. Namun bermodalkan keinganan dan tekad yang bulat, Alion yang lahir di Distrik Homeo, Kabupaten Intan Jaya pada 13 Maret 1993 silam dari pasangan Aser Belau dan Yustina Selegani kini berubah menjadi pemuda Papua yang bisa menginspirasi pemuda-pemuda Papua lainnya.

Saat diwawancarai Seputarpapua.com, Alion mengisahkan perjalanan dan perjuangannya hingga kini ia menjadi seorang pilot yang cukup diperhitungkan di Papua.

Alion bercerita, kisahnya bermula ketika semasa kecil ia ikut bersama keluarganya hijrah dari kampung halaman menuju Jayapura. Pada saat itu ayahnya menempuh pendidikan tinggi dan berkuliah di STT Walter Post Jayapura.

Alion kecil saat itu mulai bersekolah, namun tidak melalui Taman Kanak-kanak. Ia langsung masuk sekolah dasar (SD), tepatnya di SD Inpres Kampung Sentani, Jayapura. Di sekolah itu Alion hanya duduk sampai bangku kelas IV, selanjutnya hijrah lagi bersama orangtuanya lalu menetap di Timika.

ads

Di Timika, keluarga Alion tinggal di Kwamki Lama yang kini sudah berubah nama menjadi Distrik Kwamki Narama. Alion kemudian melanjutkan pendidikannya di SD YPPGI Abdiel Tinal hingga tuntas di tahun 2005.

Baca Juga:  Angkatan Bersenjata Selandia Baru Tiba di Honiara Guna Mendukung Demokrasi Pemilu Solomon

Selanjutnya Alion menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Advent Timika yang terletak di Jalan C. Heatubun hingga tahun 2008. Kemudian setelah lulus, mengikuti seleksi program beasiswa LPMAK yang kini berganti nama YPMAK untuk tingkat menengah atas atau SMA. Ia lulus bersama beberapa rekannya anak-anak tujuh suku dan dikirim ke Semarang, Jawa Tengah.

Tahun pertama di Semarang dan tinggal di asrama Yayasan Bina Taruna Bumi Cenderawasih (Binterbusih) yang bekerjasama dengan YPMAK, Alion Belau bersama rekan-rekannya harus mengikuti matrikulasi selama 1 tahun. Matrikulasi menjadi syarat multak diikuti Alion guna melihat kemampuan anak-anak untuk ditempatkan di sekolah yang dipilih YPMAK.

Usai ujian matrikulasi, Alion dinyatakan lolos dengan hasil yang memuaskan dan berhak memilih beberapa sekolah yang menjadi referensi YPMAK, akhirnya dipilih SMA Theresiana 2 Semarang, pada tahun 2009.

Semester awal di kelas X (kelas 1 SMA), ada tes pemilihan jurusan. Terdapat beberapa jurusan SMA dan Alion memilih IPA, kemudian mengikuti tes. Ia bersyukur tembus pada jurusan yang diinginkannya itu.

Baca Juga:  Bainimarama dan Qiliho Kembali Ke Pengadilan Tinggi Dalam Banding Kasus Korupsi

Bukan tanpa alasan, jurusan IPA dipilih oleh Alion, di mana menjadi seorang pilot adalah cita-cita sedari kecil yang terpaut dalam diri. Karena itulah mempelajari ilmu exact atau sains, merupakan dasar penting untuk menjadi seorang pilot, meski Bahasa Inggris juga menjadi dasar cukup penting untuk menjadi pilot. Namun bagi Alion itu bisa dipelajari dilain kesempatan.

Bahkan, sejak dibangku SMP ia pun sudah mulai mencoba belajar berbahasa Inggris dengan sendirinya, baik dalam keseharian di sekolah maupun di rumah, meski masih salah dalam mengucap.

Kisah yang membuat Alion pertama kali ingin bercita-cita menjadi seorang pilot adalah, ketika masih kecil dan duduk di bangku SD. Di Kwamki Narama kompleks sekitar tempat tinggalnya, setiap kali ada masyarakatnya hendak berangkat atau pulang ke kampung halaman selalu saja ramai. Keramaian itu membuat anak-anak seumurannya menjadi antusias dan ikut berkumpul. Bahkan sampai ikut mengantar warga atau tatangga yang akan berangkat dengan menumpangi pesawat hingga ke bandara, entah itu sambil berjalan kaki maupun naik sepeda.

Baca Juga:  Kunjungan Paus ke PNG Ditunda Hingga September 2024

Suatu hari di bandara, Alion melihat seorang pilot turun dari atas pesawat mengenakan seragam putih. Menurut Alion pilot itu terlihat gagah, seraya membayangkan, sungguh gagah dirinya jika menjadi seorang pilot. Apalagi jika Alion sendiri yang mengemudikan pesawat terbang dan membawa masyarakatnya pulang-pergi kampung halaman.

“Saya bilang wow. Saya bayangkan bagaimana kalau itu saya? Sungguh terlihat gagah. Bagaimana kalau itu saya yang membawa masyarakat saya naik pesawat, pulang pergi kampung halaman, itu sesuatu yang wah menurut saya. Bahkan mungkin kebanggaan bagi masyarakat saya apalagi orang tua saya. Mungkin juga orang pendatang, wah, ternyata orang Papua juga bisa jadi pilot,” kata Alion sambil tersenyum.

Dari situlah, setiap kali ada warga yang berangkat ke kampung halaman, Alion selalu ikut mengantar ke bandara hanya sekedar untuk melihat pilot gagah bersama pesawat terbangnya di bandara.

Dengan hanya bermodalkan keinginan yang kuat dibarengi tekad yang bulat, serta membentuk kepribadian baik secara mandiri, Alion kini berhasil meraih kesuksesannya sebagai seorang pilot pesawat terbang di bumi Cenderawasih, tanah kelahirannya.

Nantikan Kisah Alion selanjutnya…

SUMBERSeputar Papua
Artikel sebelumnyaPemuda Katolik Koncab Intan Jaya Nyatakan Tolak Otsus Jilid II
Artikel berikutnyaPapuan Voices akan Gelar ‘Festival Mini’ di Papua